KABARBURSA.COM – Pengamat mata uang dan komoditas Ibrahim Assuaibi mengungkapkan, ada beberapa sentimen yang mengakibatkan harga emas dunia naik cukup signifikan pada pekan perdagangan awal Agustus 2025.
Kenaikan harga emas dunia sebesar 2 persen, kata Ibrahim, terjadi usai data ketenagakerjaan di Amerika Serikat (AS) menunjukkan pelemahan.
Ia mengungkapkan, berdasarkan data Departemen Tenaga Kerja AS, nonfarm payrolls bertambah 73.000 pada periode Juli 2025. Jumlah ini jauh di bawah ekspektasi dan turun jika dibandingkan dengan revisi bulan Juni yang mencapai 14.000. Sementara para ekonom menargetkan tingkat pengangguran nasional menjadi 4,2 persen menjadi 4,1 persen.
“Lemahnya pertumbuhan lapangan kerja ini mendorong pasar untuk memperkirakan akan ada dua kali pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) sebelum akhir 2025, dimulai pada September.lebih rendah dari perkiraan para ekonom, sehingga meningkatkan tingkat pengangguran nasional menjadi 4,2 persen dari 4,1 persen,” kata Ibrahim, di Jakarta, dikutip Senin, 4 Agustus 2025.
Sentimen lain yang membuat harga emas melonjak adalah memanasnya politik di AS usai satu dari tujuh gubernur Federal Reserve Adriana Kugler mundur dari jabatannya pada Jumat, 1 Agustrus 2025.
Menurutnya, pergeseran personel ini justru terjadi di tengah pergeseran personel ini terjadi karena peningkatan tekanan di bawah kepemimpinan Donald Trump yang kerap mengkritik Jerome Powell yang tidak menurunkan suku bunga lebih cepat.
“Trump juga menyatakan bahwa apa yang ia sebut sebagai renovasi kantor pusat The Fed terlalu mahal dapat menjadi alasan untuk menggulingkan Powell, sebelum akhirnya menarik kembali ancamannya,” ujarnya.
Efek dari Perang Dagang yang Memanas
Faktor lain yang tidak kalah berperan dalam peningkatan harga emas adalah karena memanasnya perang dagang usai Trump menandatangani perintah eksekutif yang menaikkan tarif hingga 50 persen kepada puluhan negara.
“Pungutan tersebut akan mulai berlaku pada pukul 12.01 dini hari pada 7 Agustus,” kata Ibrahim.
Hal ini membuat negar-negara industri di Uni Eropa, Jepang dan Korea Selatan bakal terkena tarif sebesar 15 persen. Kenaikan tarif yang lebih besar (50 persen) juga terjadi di negara lain seperti Brasil.
“Trump juga menaikkan tarif untuk Kanada menjadi 35% untuk barang-barang yang tidak mematuhi Perjanjian AS-Meksiko-Kanada, yang ditandatangani pada masa jabatan pertama Trump,” kata Ibrahim.
Di sisi lain, ketegangan geopolitik di Eropa pascapenyerangan drone ke wilayah perbatasan Rusia dan Ukraina. Penyerangan ini membuat Trump murka dan mengancam akan membuat sanksi yang lebih besar.
Washington mengancam akan mengenakan tarif hingga 100 persen kepada pembeli minyak terbesar Rusia, Tiongkok dan India, sekaligus mengenakan tarif sebesar 25 persen kepada India atas hubungannya dengan Moskow,” ujarnya.(*)
Disebutkan, penghentian pembelian minyak Rusia oleh Tiongkok dan India dapat secara signifikan membatasi pasokan global, mengingat keduanya juga merupakan importir minyak terbesar di dunia.(*)