Logo
>

Tembus Rp16.000, ini Alasan Asumsi Kurs Rupiah Melenceng

Ditulis oleh Ayyubi Kholid
Tembus Rp16.000, ini Alasan Asumsi Kurs Rupiah Melenceng

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Asumsi nilai tukar rupiah yang disepakati oleh Kementerian Keuangan bersama dengan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) dalam rapat kerja Komisi XI DPR RI dengan pemerintah, Kamis 6 Juni 2024 berada di kisaran Rp15.300 hingga Rp15.900 per dolar AS. Namuh hal tersebut terbukti jauh dari kondisi aktual saat ini, yang telah melampaui angka Rp16.000.

    Diketahui, Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Kamis 20 Juni 2024 dibuka melemah, menjelang keputusan rapat dewan gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI). Rupiah tercatat turun 18 poin atau 0,11 persen, menjadi Rp16.383 per dolar AS dari penutupan sebelumnya sebesar Rp16.365 per dolar AS.

    Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu mengungkapkan alasan melencengnya asumsi kurs tersebut dikarenakan banyak faktor global yang mempengaruhi fluktuasi nilai tukar ini.

    "Kan banyak faktor ya, terutama adalah global. Globalnya kan memang kita lihat masih cukup ketat," ujar Febrio di Gedung DPR RI, Kamis 20 Juni 2024.

    Meskipun demikian, Febrio menyatakan bahwa terdapat beberapa pertimbangan yang menjadi dasar dalam perencanaan asumsi nilai tukar tersebut. Ini termasuk konsensus pasar dan data terbaru yang menunjukkan kecenderungan penurunan suku bunga The Fed pada bulan September mendatang.

    "Kami juga melihat adanya potensi penurunan suku bunga The Fed, paling tidak pada bulan September, sehingga kami melihat bahwa konsensus pasar dan data-data terbaru konsisten menuju arah tersebut," terangnya.

    Di sisi lain, dia mengatakan ada peluang terjadinya pemotongan suku bunga the fed itu juga di 2025. Hal tersebut pun sudah dia konsultasikan dan kolaborasi terus dengan Bank Indonesia. Mengingat BI merupakan lembaga yang memiliki untuk menjaga stabilitas rupiah.

    "jadi ini terkait tentang apa yang menjadi strategi dari BI kita akan dukung," tandas dia.

    Sementara, Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda, membeberkan faktor eksternal dan internal yang membuat Dolar AS semakin perkasa terhadap Rupiah.

    Menurut Huda, faktor eksternal dan internal berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS.

    “Dari eksternal, the Fed rate masih sangat perkasa dan rezim suku bunga tinggi masih belum berakhir. Permintaan dolar akhirnya meningkat, rupiah melemah,” ujar Huda kepada Kabar Bursa, Kemarin.

    Selain itu, Huda menilai pasar juga masih melihat peluang untuk the Fed turun semakin kecil. Dia pun memprediksi the Fed hanya menurunkan suku bunganya satu kali.

    “The Fed kemungkinan hanya menurunkan suku bunganya sekali. Pasar masih melihat inflasi di US masih tinggi. Tidak memungkinkan untuk menurunkan suku bunga secara eksponensial,” jelasnya.

    Untuk faktor internal, Huda melihat fundamental ekonomi Indonesia saat ini tidak begitu kuat meskipun inflasi cukup terkendali dan pertumbuhan ekonomi di angka sekitar lima persen. Namun begitu dia memandang pasar tidak bereaksi positif.

    “Kemudian, pasar malah melihat kenaikan hutang secara ugal-ugalan akan membuat kemampuan fiskal jadi terbatas,” ungkapnya.

    Nilai Tukar Rupiah

    Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Kamis 20 Juni 2024 dibuka melemah, menjelang keputusan rapat dewan gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI). Rupiah tercatat turun 18 poin atau 0,11 persen, menjadi Rp16.383 per dolar AS dari penutupan sebelumnya sebesar Rp16.365 per dolar AS.

    Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda, membeberkan faktor eksternal dan internal yang membuat Dolar AS semakin perkasa terhadap Rupiah.

    Menurut Huda, faktor eksternal dan internal berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS.

    “Dari eksternal, the Fed rate masih sangat perkasa dan rezim suku bunga tinggi masih belum berakhir. Permintaan dolar akhirnya meningkat, rupiah melemah,” ujar Huda kepada Kabar Bursa, Kemarin.

    Selain itu, Huda menilai pasar juga masih melihat peluang untuk the Fed turun semakin kecil. Dia pun memprediksi the Fed hanya menurunkan suku bunganya satu kali.

    “The Fed kemungkinan hanya menurunkan suku bunganya sekali. Pasar masih melihat inflasi di US masih tinggi. Tidak memungkinkan untuk menurunkan suku bunga secara eksponensial,” jelasnya.

    Untuk faktor internal, Huda melihat fundamental ekonomi Indonesia saat ini tidak begitu kuat meskipun inflasi cukup terkendali dan pertumbuhan ekonomi di angka sekitar lima persen. Namun begitu dia memandang pasar tidak bereaksi positif.

    “Kemudian, pasar malah melihat kenaikan hutang secara ugal-ugalan akan membuat kemampuan fiskal jadi terbatas,” ungkapnya. (yub/prm)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Ayyubi Kholid

    Bergabung di Kabar Bursa sejak 2024, sering menulis pemberitaan mengenai isu-isu ekonomi.