KABARBURSA.COM - Berita bagus untuk disimak oleh para ibu. Aplikasi MyPertamina memberikan cashback sangat besar untuk setiap pembelian atau isi ulang refill Bright Gas ukuran 5,5 kilogram atau 12 kilogram. Dari pemantauan KabarBursa, cashback yang akan didapat bisa mencapai Rp25 ribu.
Hemat refill tabung Bright Gas dengan MyPertamina ini sudah diberlakukan sejak 1 Juli kemarin hingga 31 Desember mendatang. Berikut detail penting dari promo tersebut:
- Produk Promo: Refill tabung Bright Gas 5,5 Kg atau Bright Gas 12 Kg di SPBU/Outlet resmi Bright Gas.
- Metode Pembayaran: Gunakan LinkAja melalui aplikasi MyPertamina dengan minimal transaksi Rp90.000.
- Cashback: Ada kesempatan untuk mendapatkan cashback hingga maksimal Rp25.000, tergantung pada jenis tabung yang diisi ulang:
- Untuk refill Bright Gas 5,5 Kg: Cashback maksimal Rp15.000 dengan minimum pembelian Rp90.000.
- Untuk refill Bright Gas 12 Kg: Cashback maksimal Rp25.000 dengan minimum pembelian Rp192.000.
- Periode Promo: Berlaku mulai dari 1 Juli hingga 31 Desember 2024.
- Batasan Transaksi: Setiap pengguna dapat menggunakan promo ini maksimal 4 kali dalam 1 minggu untuk setiap jenis tabung (5,5 Kg atau 12 Kg).
- Poin MyPertamina: Setiap isi ulang akan memberikan poin MyPertamina, yaitu 30 poin untuk Bright Gas 5,5 Kg dan 60 poin untuk Bright Gas 12 Kg.
- Lokasi Promo: Promo berlaku di SPBU/Outlet Bright Gas yang sudah terkoneksi dengan aplikasi MyPertamina. Detail outlet bisa dilihat di mypertamina.id/outletBG.
- Penggabungan Promo: Promo ini tidak dapat digabungkan dengan metode pembayaran atau promo sejenis lainnya.
- Perubahan Ketentuan: PT Pertamina Patra Niaga berhak untuk melakukan perubahan syarat & ketentuan program promo tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada konsumen.
Dengan demikian, pengguna MyPertamina dapat memanfaatkan promo ini untuk menghemat biaya refill tabung Bright Gas dan mendapatkan keuntungan tambahan berupa cashback serta poin MyPertamina.
Gagal Batasi Penggunaan BBM Bersubsidi
Penerapan kebijakan subsidi bahan bakar minyak (BBM) oleh pemerintah dinilai tidak tepat sasaran. Anggaran subsidi ini berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Ketidakoptimalan dalam pengelolaan kebijakan ini menjadi perhatian khusus mengingat eskalasi konflik di Timur Tengah antara Iran dan Israel yang belum menunjukkan tanda-tanda reda.
Indonesia sebagai negara importir minyak dunia terpengaruh secara langsung.
Menurut pengamat ekonomi energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi, ketika harga minyak dunia melampaui USD100 per barel dan distribusi minyak bumi terhambat akibat perang, Indonesia akan merasakan dampaknya.
“Devisa yang digunakan untuk mengimpor minyak akan semakin meningkat. Jika subsidi BBM tidak diperbaharui, maka anggaran subsidi bisa mencapai Rp300 triliun,” ujarnya kepada KabarBursa, Selasa, 23 April lalu.
Oleh karena itu, untuk mengoptimalkan subsidi BBM yang tepat sasaran, Fahmy mengatakan bahwa pemerintah harus serius dalam mengelola hal tersebut.
“Langkah pertama adalah membatasi subsidi BBM agar tepat sasaran. Pemerintah dan Pertamina selama ini menggunakan mekanisme MyPertamina yang tidak efektif. Seharusnya diterapkan mekanisme yang sederhana di setiap SPBU,” ungkapnya.
Fahmy menyarankan pemerintah untuk mengatur subsidi BBM hanya untuk sepeda motor dan angkutan barang dan orang karena lebih mudah diterapkan di seluruh SPBU.
“Kalau sebelumnya sulit untuk mengontrol dengan kriteria tertentu, namun untuk sepeda motor dan angkutan barang lebih mudah diatur di setiap SPBU,” paparnya.
Selain itu, jika harga minyak dunia tetap naik, pemerintah perlu menaikkan harga BBM subsidi.
“Kenaikan harga BBM subsidi akan menyebabkan inflasi. Hal ini akan berdampak pada daya beli masyarakat yang kemungkinan akan menurun,” jelasnya.
“Jika harga minyak dunia tetap tinggi, beban APBN akan semakin berat terutama dalam subsidi dan penggunaan devisa untuk impor,” tambah Fahmy.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.