KABARBURSA.COM - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengungkap kekhawatiran terhadap kehadiran aplikasi asal China yang dianggap dapat mengancam penjualan produk lokal di Indonesia. Aplikasi tersebut dikenal dengan nama Temu.
"Kementerian Koperasi khawatir dengan kehadiran platform Global Cross Border yang langsung, jika aplikasi ini masuk ke Indonesia, dampaknya akan signifikan bagi pelaku UMKM. Namanya Temu dari China," ungkap Teten Masduki dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Senin, 10 Juni 2024.
Teten juga menjelaskan bahwa saat ini aplikasi China tersebut sudah hadir di 58 negara di dunia. Ia mengungkapkan kekhawatiran bahwa jika aplikasi ini masuk ke Indonesia, bisa mengulangi dampak yang terjadi pada pasar Indonesia seperti yang terjadi dengan TikTok Shop beberapa tahun yang lalu.
"Meskipun kita sudah memiliki aturan di Permendag (Peraturan Menteri Perdagangan) Nomor 31 Tahun 2023 Tentang PPMSE yang melarang penjualan lintas batas produk di bawah USD100, saya tetap khawatir. Kita ingat bahwa TikTok melanggar aturan namun dibiarkan selama dua tahun oleh pemerintah. Sekarang ini saya hanya memberikan peringatan karena kondisi ekonomi UMKM sedang menurun," tegas Teten.
"Jika produk UMKM harus bersaing dengan produk dari China yang harganya lebih murah karena produksi dari China, tentu ini akan menjadi beban yang berat," sambungnya.
Dalam konteks regulasi penjualan online, pemerintah telah mengatur ulang melalui revisi Permendag 50 tentang Perizinan Berusaha, Periklanan, Pembinaan, dan Pengawasan Pelaku Usaha dalam Perdagangan Melalui Sistem Elektronik dengan meluncurkan peraturan baru yakni Permendag Nomor 31 Tahun 2023 tentang Perizinan Berusaha, Periklanan, Pembinaan, dan Pengawasan Pelaku Usaha dalam Perdagangan Melalui Sistem Elektronik.
Dalam kebijakan tersebut, penjualan barang impor di bawah USD100 atau Rp1,5 juta yang dikirim secara lintas batas dilarang.
UE Kenakan Tarif Tambahan Kendaraan Listrik China
Uni Eropa (UE) diperkirakan akan mengenakan tarif pada impor kendaraan listrik dari China pekan ini. Pengumuman resmi tentang tarif tersebut akan dirilis paling cepat pada Kamis, 13 Juni 2024.
UE telah melakukan penyelidikan panjang terhadap subsidi negara China untuk produksi mobilnya. Hasil penyelidikan ini mengindikasikan bahwa China memberikan dukungan besar-besaran pada sektor kendaraan listrik (EV).
Konsultan Rhodium Group, yang mengkhususkan diri dalam penelitian tentang China, memprediksi tarif akan ditetapkan sebesar 15-30 persen. Tarif ini diperkirakan tidak akan terlalu memberatkan konglomerat seperti BYD.
BYD, salah satu produsen kendaraan listrik terbesar di China, telah meluncurkan hatchback Dolphin entry-level di UE musim panas lalu dengan harga di bawah 30.000 euro (sekitar Rp526 juta).
Sebagai bagian dari strategi pemasarannya, perusahaan ini juga menjadi mitra resmi UEFA dalam kejuaraan sepak bola Euro 2024.
"Beberapa produsen yang berbasis di China masih akan mampu menghasilkan margin keuntungan yang nyaman pada mobil yang mereka ekspor ke Eropa karena keuntungan biaya substansial yang mereka nikmati," kata Rhodium, seperti dikutip dari The Guardian, Selasa, 11 Juni 2024.
Rhodium juga menambahkan bahwa bea masuk dalam kisaran 40-50 persen mungkin diperlukan untuk membuat pasar Eropa tidak menarik bagi eksportir kendaraan listrik China, terutama untuk produsen yang terintegrasi secara vertikal seperti BYD.
Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, setelah bertemu dengan Presiden China Xi Jinping di Paris, Prancis bulan lalu, memperingatkan bahwa "dunia tidak dapat menyerap surplus produksi China." Dia menegaskan bahwa UE "tidak akan goyah" dalam melindungi industri dan pekerjaan di dalam blok tersebut.
Investigasi antisubsidi ini diluncurkan Oktober lalu karena adanya kecurigaan bahwa China membanjiri UE dengan kendaraan listrik murah akibat kelebihan kapasitas dan permintaan konsumen domestik yang menurun.
Ini adalah salah satu dari lebih dari selusin penyelidikan yang dilakukan oleh UE terhadap bantuan negara China, termasuk ekspor panel surya, pompa panas, dan turbin angin, yang menurut sektor energi merugikan UE hingga 50 persen.
Para ahli menyarankan bahwa Beijing akan melihat penerapan tarif ini sebagai ujian kekuatan. Mengingat sektor mobil listrik sangat penting bagi ekspor China, Xi Jinping diperkirakan tidak akan mundur dari upaya untuk mendominasi sektor teknologi hijau di seluruh dunia. Sebaliknya, ia mungkin melihat perdagangan sebagai medan pertempuran di mana China dapat menetapkan persyaratan.
Jika investigasi UE menyimpulkan bahwa produsen mobil China telah memenangkan keunggulan kompetitif secara tidak adil, Beijing akan menerima pemberitahuan awal resmi tentang tarif tersebut dan akan memiliki waktu empat minggu untuk memberikan bukti apapun untuk membantahnya.
Keputusan untuk menerapkan tarif secara permanen harus didukung oleh negara-negara anggota UE pada November, sekitar 13 bulan setelah dimulainya penyelidikan.
Jika diberlakukan, jadwal tarif akan melibatkan tiga tingkatan, yaitu tarif individual untuk perusahaan yang diselidiki oleh UE, yang mencakup BYD, tarif rata-rata untuk perusahaan yang bekerja sama dengan penyelidikan tetapi tidak diselidiki sepenuhnya, dan tarif residual untuk perusahaan yang tidak diselidiki sama sekali.
Produsen China sendiri dilaporkan sudah bersiap menghadapi bea masuk baru ini, tetapi para ahli mengantisipasi bahwa Beijing akan membalas dengan tindakan balasan yang dapat mempengaruhi berbagai ekspor UE ke China, mulai dari cognac hingga produk susu. (*)