Logo
>

BOJ Tinjau Kenaikan Suku Bunga, Fokus pada Kenaikan Upah dan Risiko Eksternal

Ditulis oleh Pramirvan Datu
BOJ Tinjau Kenaikan Suku Bunga, Fokus pada Kenaikan Upah dan Risiko Eksternal

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Banyak pembuat kebijakan di Bank of Japan (BOJ) sepakat bahwa ekonomi Jepang semakin menunjukkan kemajuan dalam memenuhi syarat untuk kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut. Meskipun demikian, mereka mendukung untuk mempertahankan jeda suku bunga sampai ketidakpastian di pasar global mereda, demikian terungkap dalam risalah rapat mereka pada bulan September.

    Dewan BOJ yang terdiri dari sembilan anggota tersebut juga membahas berbagai cara untuk memperbaiki komunikasi kebijakan bank sentral kepada pasar. Salah satunya adalah usulan dari seorang anggota yang menginginkan agar perkiraan pribadi masing-masing anggota terkait jalur suku bunga di masa depan dapat disampaikan secara terbuka, sebagaimana tercatat dalam risalah yang dirilis, yang dilansir dari Channel News Asia di Jakarta pada Kamis, 7 November 2024.

    Diskusi tersebut mencerminkan tantangan yang dihadapi BOJ dalam menilai tanda-tanda positif yang mulai muncul dalam ekonomi domestik, sementara di sisi lain, mereka juga harus memperhitungkan risiko eksternal, seperti ketegangan di pasar keuangan global dan ketidakpastian yang menyelimuti prospek ekonomi dunia.

    Sebagian besar anggota rapat mencatat bahwa kenaikan upah di Jepang sudah sangat jelas terlihat. Mereka menekankan pentingnya melakukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan apakah kenaikan upah yang disesuaikan dengan inflasi dapat bertahan dalam jangka panjang.

    Beberapa anggota juga mencatat adanya kemajuan stabil dalam upaya perusahaan untuk menyesuaikan biaya tenaga kerja, terutama di sektor jasa. Hal ini tercermin dalam risalah rapat, di mana salah satu anggota mengungkapkan bahwa faktor pendorong inflasi kini beralih secara bertahap dari biaya impor menjadi upah.

    Gubernur BOJ Kazuo Ueda menekankan bahwa Jepang perlu melihat kenaikan upah yang berkelanjutan, yang pada gilirannya akan mendorong inflasi di sektor jasa, sebelum bank sentral mempertimbangkan untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut.

    Pada pertemuan yang digelar September lalu, BOJ memutuskan untuk mempertahankan suku bunga pada level 0,25 persen. Ueda juga menegaskan bahwa bank sentral tidak terburu-buru untuk menaikkan biaya pinjaman lebih jauh, mengingat ketidakpastian pasar global yang dipicu oleh potensi resesi di AS, yang dapat membayangi prospek ekonomi Jepang ke depan.

    Situasi Politik Kekacauan

    Kekacauan politik di Jepang semakin menjadi sorotan setelah koalisi yang berkuasa kehilangan mayoritas dalam pemilihan umum mendadak yang diadakan akhir pekan lalu. Ketidakpastian politik ini dapat berdampak langsung pada kebijakan moneter negara, khususnya terhadap rencana Bank of Japan (BOJ) untuk menaikkan suku bunga.

    Berdasarkan pandangan Takahide Kiuchi, mantan anggota dewan BOJ, ketidakpastian politik dapat memicu penundaan kenaikan suku bunga hingga Januari 2025, meskipun ada beberapa faktor yang dapat mempercepat keputusan ini.

    Selama tahun 2024, yen Jepang mengalami volatilitas yang cukup signifikan. Yen sempat mencapai titik terendah dalam 38 tahun, yaitu pada nilai tukar 161,96 yen per dolar AS pada Juli lalu, sebelum berbalik arah setelah BOJ memutuskan untuk menaikkan suku bunga menjadi 0,25 persen pada akhir bulan yang sama.

    Mengutip US News, Minggu, 3 November 2024, meskipun BOJ telah melakukan beberapa intervensi untuk mendukung mata uang domestik, nilai tukar yen tetap berada di bawah tekanan. Pada akhir Oktober 2024, yen berada di level 152,63 yen per dolar, menunjukkan penurunan sebesar 0,4 persen dalam satu hari setelah komentar dari Gubernur BOJ Kazuo Ueda, yang menegaskan tidak adanya perubahan kebijakan.

    Kiuchi menjelaskan bahwa jika yen terus melemah terhadap dolar AS dan nilai tukar dolar-yen melonjak di atas 155, pemerintah Jepang mungkin akan terpaksa kembali melakukan intervensi di pasar valuta asing.

    Hal ini bisa menjadi faktor pendorong bagi BOJ untuk segera menaikkan suku bunga pada bulan Desember guna menstabilkan yen. Namun, jika yen tetap relatif stabil, kemungkinan besar BOJ akan menunda keputusan kenaikan suku bunga hingga Januari 2025.

    Di luar tekanan nilai tukar, perkembangan politik di Jepang juga turut berperan dalam menentukan langkah kebijakan BOJ. Setelah kehilangan mayoritas di majelis rendah, Partai Demokrat Liberal (LDP) yang berkuasa kini tengah merayu partai oposisi yang dipimpin oleh Yuichiro Tamaki untuk membangun aliansi.

    Tamaki sendiri menyarankan agar BOJ menunda kenaikan suku bunga setidaknya selama enam bulan, hingga upah tenaga kerja meningkat secara berkelanjutan di atas inflasi.

    Kiuchi percaya bahwa LDP, dalam upaya meraih dukungan politik, kemungkinan besar akan harus menerima tuntutan partai oposisi terkait kebijakan moneter. Hal ini menambah kemungkinan bahwa kebijakan moneter ultra-longgar yang diterapkan selama ini akan dipertahankan hingga pertumbuhan upah terlihat lebih stabil.

    Di bawah kebijakan ini, BOJ telah menerapkan suku bunga rendah selama bertahun-tahun, yang bertujuan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di tengah inflasi yang lambat. Meski inflasi mulai naik, upah tenaga kerja masih tertinggal, yang menjadi alasan utama bagi beberapa politisi untuk mendorong perpanjangan kebijakan moneter longgar.

    Tantangan Ekonomi dan Proyeksi BOJ

    Meskipun ketidakstabilan politik menambah ketidakpastian, BOJ tetap fokus pada situasi ekonomi yang lebih luas. Pada bulan September dan Oktober, tingkat pengangguran Jepang tercatat pada angka 4,1 persen, sedikit di bawah proyeksi jangka panjang BOJ sebesar 4,2 persen.

    Namun, lonjakan tingkat pengangguran pada Juli sebesar 4,3 persen sempat memicu kekhawatiran di antara para pengambil kebijakan. Pertumbuhan PDB riil Jepang yang berjalan pada kecepatan 2,8 persen (tahun ke tahun) pada kuartal ketiga juga menunjukkan bahwa perekonomian Jepang melaju di atas potensi, meskipun inflasi inti yang masih tinggi menjadi kekhawatiran tersendiri.

    Data ini menunjukkan bahwa meskipun ada tekanan inflasi, kondisi ekonomi keseluruhan tidak cukup kuat untuk mendesak BOJ menaikkan suku bunga dengan cepat. Dengan inflasi yang masih berfluktuasi dan upah tenaga kerja yang belum menunjukkan peningkatan berkelanjutan, BOJ kemungkinan akan lebih hati-hati dalam mengambil langkah.

    Dengan situasi politik yang tidak stabil dan nilai tukar yen yang rentan terhadap pergerakan pasar global, Bank of Japan tampaknya akan mengambil sikap yang lebih berhati-hati terkait rencana kenaikan suku bunga.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Pramirvan Datu

    Pram panggilan akrabnya, jurnalis sudah terverifikasi dewan pers. Mengawali karirnya sejak tahun 2012 silam. Berkecimpung pewarta keuangan, perbankan, ekonomi makro dan mikro serta pasar modal.