KABARBURSA.COM - Harga minyak mentah dunia mengalami kenaikan lebih dari 1 persen pada Senin, 9 Desember 2024, waktu setempat akibat meningkatnya risiko geopolitik.
Diketahui, Presiden Suriah Bashar al-Assad berhasil dijatuhkan, sementara ada sinyal dari Tiongkok mengenai pelonggaran kebijakan moneter untuk pertama kalinya sejak 2010.
Harga minyak Brent tercatat naik sebesar USD1,02 atau 1,4 persen menjadi USD72,14 per barel. Sementara, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik USD1,17 atau 1,7 persen menjadi USD68,37 per barel.
Perubahan rezim di Suriah memicu kekhawatiran tentang meningkatnya ketidakstabilan di kawasan Timur Tengah. Meskipun Suriah bukan penghasil minyak utama, lokasinya yang strategis dan hubungannya dengan Rusia serta Iran menjadikannya memiliki pengaruh geopolitik yang signifikan.
Kejatuhan rezim Assad berpotensi menimbulkan dampak luas ke wilayah negara tetangga, yang memang sudah bergolak. Sebagai tanda awal gangguan di pasar minyak, data pelacakan kapal memperlihatkan adanya sebuah tanker di Laut Merah yang membawa minyak Iran ke Suriah dan berbalik arah.
Sementara itu, Tiongkok menunjukkan komitmen untuk meningkatkan permintaan domestik dan konsumsi melalui kebijakan moneter yang lebih longgar.
Media pemerintah Xinhua melaporkan bahwa langkah ini merupakan hasil dari rapat Politbiro, di mana Tiongkok berencana melakukan penyesuaian "tidak konvensional" untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah lesunya pasar properti dan penurunan kepercayaan konsumen.
Pelonggaran kebijakan moneter biasanya mencakup peningkatan pasokan uang, penurunan suku bunga, dan pemberian stimulus fiskal.
Analis dari Price Futures Group, Phil Flynn, memperkirakan bahwa jika Tiongkok benar-benar menerapkan langkah-langkah kebijakan tersebut, hal ini dapat memicu lonjakan harga komoditas secara global.
Namun, perlambatan pertumbuhan ekonomi Tiongkok juga menjadi salah satu alasan OPEC+ menunda rencana peningkatan produksi minyak hingga April mendatang.
Di sisi lain, eksportir utama seperti Saudi Aramco justru menurunkan harga minyak Januari 2025 untuk pembeli Asia ke level terendah sejak awal 2021, menimbulkan kekhawatiran tentang lemahnya permintaan.
Pasar minyak juga tetap memantau data inflasi AS yang akan dirilis minggu ini, yang berpotensi memperkuat langkah Federal Reserve untuk memangkas suku bunga pada pertemuan Desember.
Penurunan suku bunga dapat menurunkan biaya pinjaman, mendorong aktivitas ekonomi, dan meningkatkan permintaan minyak secara keseluruhan.
Perpaduan antara faktor geopolitik, kebijakan moneter, dan dinamika pasar global ini diperkirakan akan terus membentuk pergerakan harga minyak dalam beberapa bulan mendatang.
Aktivitas Pengeboran Minyak AS Meningkat
Data terbaru dari Energy Workforce & Technology Council menunjukkan bahwa sektor jasa ladang minyak di Amerika Serikat menambah 1.890 pekerjaan pada November kemarin. Penambahan pekerjaan ini meningkatkan jumlah total pekerjaan menjadi 655.630, naik dari 654.062 pada Oktober.
Penambahan pekerjaan ini juga dianggap sebagai indikator penting kesehatan sektor energi, karena peningkatan tenaga kerja sering kali mengisyaratkan adanya lebih banyak aktivitas pengeboran di masa depan.
Texas, yang menjadi pusat produksi minyak nasional melalui cekungan Permian yang sangat produktif, mencatat penambahan 765 pekerjaan dalam sektor ini. Total tenaga kerja sektor energi di negara bagian tersebut kini mencapai 319.489 orang.
Permian Basin sendiri menyumbang hampir setengah dari total produksi minyak di AS, sehingga dinamika pekerjaan di wilayah ini menjadi indikator utama bagi keseluruhan industri.
Presiden terpilih Donald Trump telah berjanji kepada para pemilih untuk menurunkan harga bahan bakar dengan meningkatkan produksi domestik melalui kampanye “drill, baby, drill.”
Namun, dalam praktiknya, kendali Trump atas harga minyak global akan sangat terbatas. Produsen minyak AS secara umum masih berfokus pada disiplin modal, yang berarti mereka lebih berhati-hati dalam mengalokasikan dana untuk proyek pengeboran baru, meskipun ada tekanan politik untuk meningkatkan produksi.
Dengan meningkatnya jumlah pekerjaan di sektor energi, industri ini menunjukkan tanda-tanda pemulihan, meskipun tantangan seperti fluktuasi harga minyak dan fokus pada efisiensi modal masih menjadi perhatian utama.
Namun, sehari sebelumnya harga minyak dunia berhasil naik tipis. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) tercatat sebesar USD67,27 per barel, naik 0,10 persen dibandingkan dengan posisi akhir pekan lalu yang berada di USD67,20 per barel.
Sementara itu, harga minyak Brent kontrak Februari 2025 di ICE Futures tercatat naik tipis menjadi USD71,19 per barel, dibandingkan dengan USD71,12 per barel pada akhir pekan lalu.
Kenaikan ini terjadi setelah harga minyak acuan internasional tersebut melemah selama tiga hari berturut-turut.(*)