KABARBURSA.COM - Anggota Dewan Bank of Japan (BOJ) menekankan perlunya kehati-hatian dalam menaikkan suku bunga acuan, tanpa memberikan petunjuk pasti mengenai langkah tersebut pada bulan depan. Pernyataan ini tercermin dalam ringkasan pendapat hasil pertemuan kebijakan yang diadakan pada Oktober lalu.
Salah satu dari sembilan anggota dewan menyatakan, menurut ringkasan yang dirilis oleh bank sentral, bahwa tidak bisa dipastikan saat ini apakah pasar sudah stabil. Pernyataan ini dipublikasikan dalam laporan yang dikutip dari The Business Times, Selasa (12/11/2024).
Pada pertemuan tersebut, yang digelar beberapa saat sebelum pemilihan presiden AS, BOJ memutuskan untuk tidak mengubah suku bunga. Anggota dewan yang sama menyebutkan bahwa bank sentral telah merencanakan kenaikan suku bunga secara bertahap, memberikan ruang untuk memantau perkembangan ekonomi AS, terutama pasca pemilihan presiden.
Ketiadaan arahan yang jelas mengenai kemungkinan kenaikan suku bunga pada Desember atau Januari mendatang menambah ketidakpastian di kalangan pengamat BOJ, yang kini sibuk memperkirakan waktu langkah kebijakan berikutnya. Berdasarkan survei, lebih dari 80 persen ekonom memperkirakan kenaikan suku bunga baru akan terjadi pada Januari.
Namun, ringkasan tersebut juga menyoroti pentingnya komunikasi yang cermat agar tidak mengejutkan pasar, yang menunjukkan bahwa BOJ kemungkinan akan lebih berhati-hati dalam menyampaikan kebijakan ke depan, jika dibandingkan dengan langkah yang diambil pada Juli lalu.
Saat ini, sinyal mengenai waktu kenaikan suku bunga masih terbilang bervariasi. Beberapa anggota dewan secara tegas menyatakan bahwa kenaikan suku bunga bukanlah hal yang mustahil, dengan catatan bank tengah menunggu kondisi ekonomi AS membaik untuk mengambil keputusan lebih lanjut.
Kenaikan Suku Bunga
Banyak pembuat kebijakan di Bank of Japan (BOJ) sepakat bahwa ekonomi Jepang semakin menunjukkan kemajuan dalam memenuhi syarat untuk kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut. Meskipun demikian, mereka mendukung untuk mempertahankan jeda suku bunga sampai ketidakpastian di pasar global mereda, demikian terungkap dalam risalah rapat mereka pada bulan September.
Dewan BOJ yang terdiri dari sembilan anggota tersebut juga membahas berbagai cara untuk memperbaiki komunikasi kebijakan bank sentral kepada pasar. Salah satunya adalah usulan dari seorang anggota yang menginginkan agar perkiraan pribadi masing-masing anggota terkait jalur suku bunga di masa depan dapat disampaikan secara terbuka, sebagaimana tercatat dalam risalah yang dirilis, yang dilansir dari Channel News Asia di Jakarta pada Kamis, 7 November 2024.
Diskusi tersebut mencerminkan tantangan yang dihadapi BOJ dalam menilai tanda-tanda positif yang mulai muncul dalam ekonomi domestik, sementara di sisi lain, mereka juga harus memperhitungkan risiko eksternal, seperti ketegangan di pasar keuangan global dan ketidakpastian yang menyelimuti prospek ekonomi dunia.
Sebagian besar anggota rapat mencatat bahwa kenaikan upah di Jepang sudah sangat jelas terlihat. Mereka menekankan pentingnya melakukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan apakah kenaikan upah yang disesuaikan dengan inflasi dapat bertahan dalam jangka panjang.
Beberapa anggota juga mencatat adanya kemajuan stabil dalam upaya perusahaan untuk menyesuaikan biaya tenaga kerja, terutama di sektor jasa. Hal ini tercermin dalam risalah rapat, di mana salah satu anggota mengungkapkan bahwa faktor pendorong inflasi kini beralih secara bertahap dari biaya impor menjadi upah.
Gubernur BOJ Kazuo Ueda menekankan bahwa Jepang perlu melihat kenaikan upah yang berkelanjutan, yang pada gilirannya akan mendorong inflasi di sektor jasa, sebelum bank sentral mempertimbangkan untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut.
Pada pertemuan yang digelar September lalu, BOJ memutuskan untuk mempertahankan suku bunga pada level 0,25 persen. Ueda juga menegaskan bahwa bank sentral tidak terburu-buru untuk menaikkan biaya pinjaman lebih jauh, mengingat ketidakpastian pasar global yang dipicu oleh potensi resesi di AS, yang dapat membayangi prospek ekonomi Jepang ke depan.
Situasi Politik Kekacauan
Kekacauan politik di Jepang semakin menjadi sorotan setelah koalisi yang berkuasa kehilangan mayoritas dalam pemilihan umum mendadak yang diadakan akhir pekan lalu. Ketidakpastian politik ini dapat berdampak langsung pada kebijakan moneter negara, khususnya terhadap rencana Bank of Japan (BOJ) untuk menaikkan suku bunga.
Berdasarkan pandangan Takahide Kiuchi, mantan anggota dewan BOJ, ketidakpastian politik dapat memicu penundaan kenaikan suku bunga hingga Januari 2025, meskipun ada beberapa faktor yang dapat mempercepat keputusan ini.
Selama tahun 2024, yen Jepang mengalami volatilitas yang cukup signifikan. Yen sempat mencapai titik terendah dalam 38 tahun, yaitu pada nilai tukar 161,96 yen per dolar AS pada Juli lalu, sebelum berbalik arah setelah BOJ memutuskan untuk menaikkan suku bunga menjadi 0,25 persen pada akhir bulan yang sama.
Mengutip US News, Minggu, 3 November 2024, meskipun BOJ telah melakukan beberapa intervensi untuk mendukung mata uang domestik, nilai tukar yen tetap berada di bawah tekanan. Pada akhir Oktober 2024, yen berada di level 152,63 yen per dolar, menunjukkan penurunan sebesar 0,4 persen dalam satu hari setelah komentar dari Gubernur BOJ Kazuo Ueda, yang menegaskan tidak adanya perubahan kebijakan.(*)