Logo
>

Mengandung Sulfur Tinggi, Pertamax tak Ramah Lingkungan?

Ditulis oleh KabarBursa.com
Mengandung Sulfur Tinggi, Pertamax tak Ramah Lingkungan?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Pertamax disebut sebagai salah satu bahan bakar minyak (BBM) mengandung sulfur yang sangat tinggi. Hal tersebut membuat Pertamax menjadi BBM nonsubsidi dengan harga mahal dan tidak dapat dikatakan sebagai bahan bakar ramah lingkungan.

    Padahal, Pertamina menggadang-gadang Pertamax lebih baik dari Pertalite.

    Selain kandungan oktanya yang lebih tinggi, sulfur di Pertamax juga lebih rendah Pertalite dan membuatnya lebih ramah lingkungan.

    Sulfur sendiri merupakan unsur kimia nonlogam poliatomik yang diidentifikasi huruf S dengan nomor atom 16.

    Orang Indonesia menyebut sulfur dengan sebutan belerang. Warna belerang adalah kuning terang dengan bau khas semacam telur busuk.

    Aslinya, bentuk sulfur berupa padatan rapuh, tidak berbabu, tidak ada rasanya, dan berwarna kuning pecat. Sulfur sensitif dengan berbagai jenis logam, kecuali emas dan platinum.

    Pengolahan sulfur ditujukan untuk menghasilkan asam sulfat bagi kebutuhan industri. Sementara untuk industri, sulfur penting untuk produksi minyak bumi atau bahan bakar fosil termasuk bensin dan juga diesel. Setiap bahan bakar biasanya mengandung sulfur.

    Kandungan sulfur yang masih tinggi pada BBM jenis Pertamax ini menjadi salah satu alasan kenapa Pertamax masih dikatakan sebagai BBM yang tidak ramah lingkungan. Salah satu yang bisa dirasakan dampaknya bagi pemilik kendaraan adalah konsumsi BBM mereka terasa lebih boros.

    BBM yang masih tinggi kandungan sulfur atau bisa dikatakan BBM yang kotor, akan menghambat proses pembakaran. Hal ini menyebabkan untuk mendapatkan kinerja optimal pembakaran, jadi dibutuhkan lebih banyak BBM dari biasanya. Makanya jadi terasa boros.

    Selain bagi kendaraan, dampak BBM yang kotor juga tak bagus bagi lingkungan. Dilansir dari laman EPA, emisi sulfur memiliki banyak efek negatif terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.

    Pertama, sulfur dioksida, kandungan yang bisa terdapat dalam emisi sisa pembakaran dapat merusak tanaman dan pohon, sehingga menghambat pertumbuhan. Emisi sulfur juga dapat berkontribusi terhadap hujan asam yang dapat membahayakan ekosistem yang sensitif.

    Selain itu, pengendapan sulfur atmosfer dapat mengubah kimia air, yang dapat mempengaruhi tanaman air dan hewan. Dan, pengendapan sulfur atmosfer dapat mengubah kimia tanah, yang dapat mengubah mikroorganisme, tanaman, dan pohon.

    Sedangkan, bagi manusia dampak negatifnya dapat mengiritasi kulit dan selaput lendir mata, hidung, tenggorokan, dan paru-paru. Hal ini juga dapat memperburuk serangan asma dan penyakit jantung yang ada.

    Beberapa sumber emisi sulfur meliputi pembangkit listrik, boiler komersial dan kelembagaan termasuk mesin pembakaran internal, manufaktur, dan proses industri seperti penyulingan minyak bumi dan pengolahan logam.

    Tanggapan Pertamina

    Pertamax disebut sebagai salah satu BBM kotor. Bagaimana penjelasan dari Pertamina?

    Untuk diketahui, Pertamax merupakan salah satu jenis BBM yang memiliki oktan 92. Angka oktan yang lebih tinggi itu umumnya membuat kualitas BBM lebih baik. Tapi, untuk menentukan suatu BBM dapat dikatakan berkualitas faktornya tidak hanya oktan. Kandungan sulfur juga berpengaruh.

    Dengan begitu, meski kadar oktannya tinggi, namun jika kandungan sulfurnya tinggi, maka BBM tersebut masih terhitung kotor.

    “Kalau lihat kualitas BBM, orang berpikir tergantung RON saja, sebenarnya yang jadi isu kan sulfurnya. Karena kalau sulfur tinggi, teknologi mesin untuk mengurangi polusi tidak bekerja,” kata Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Kemaritiman dan Investasi Rachmat Kaimuddin.

    Kemudian, dia menyinggung soal oktan Pertamax yang lebih tinggi dari Pertalite, namun kandungan sulfurnya tak berbeda jaug. Kata Rachmat, standar sulfur internasional adalah 50 ppm atau lebih rendah. Nyatanya, kandungan sulfur pada Pertalite dan Pertamax jauh di atas itu.

    Rachmat menjelaskan, sulfur yang terdapat pada Pertalite 500 ppm, sedangkan pada Pertamax 400 ppm.

    “Biosolar itu sulfurnya 250 ppm, Pertalite 500 ppm, kemudian Pertamax 400 ppm. Ini yang saat ini tersedia (di SPBU). Pemerintah harusnya bisa membantu Pertamina untuk menyediakan BBM lebih bersih,” jelas Rachmat.

    Mengenai tingginya kandungan sulfur pada Pertamax, Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Heppy Wulansari, menjelaskan batas maksimal kandungan sulfur Pertamax masih sesuai aturan pemerintah.

    Untuk diketahui, batas kandungan maksimal sulfur yang ditetapkan Ditjen Migas pada BBM RON 92 adalah 400 ppm.

    Kata Heppy lagi, hasil kandungan sulfur dalam Pertamax dapat dilihat dari hasil uji kualitas yang pernah dilakukan Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi (BBPMGB) Lemigas Ditjen Migas Kementerian ESDM. Diungkap Heppy kandungan sulfur Pertamax di bawah 400 ppm.

    “Kami pastikan seluruh produk BBM Pertamina memenuhi ketentuan yang berlaku. Bahkan kandungan sulfur Pertamax masih jauh di bawah 400 ppm, masyarakat tidak perlu khawatir dengan kualitas Pertamax,” ucap Heppy.

    Selain itu, lanjut Heppy, ada juga ketentuan Internasional terkait standar kandungan sulfur dalam BBM. Dalam hal ini berdasarkan standar Euro 4, kandungan sulfur dalam BBM tidak boleh lebih dari 50 ppm.

    “Produk Pertamina Dex, Pertamax Turbo dan Pertamax Green 95 sudah lama tersedia di SPBU. Ketiganya merupakan BBM dengan standar Euro 4 dan kandungan sulfur 50 ppm. Silakan masyarakat menentukan pilihan BBM yang diinginkan,” pungkas Heppy. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi