Logo
>

Pasar Saham dan Komoditas China Menguat usai Umumkan Pelonggaran Moneter

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Pasar Saham dan Komoditas China Menguat usai Umumkan Pelonggaran Moneter

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Pasar saham China melonjak pada Selasa, 10 Desember 2024. Komoditas dan dolar Australia mendapatkan dukungan berkat janji Beijing untuk menurunkan suku bunga dan meningkatkan konsumsi. Di sisi lain, pasar global masih penuh kewaspadaan karena menanti data inflasi penting dari Amerika Serikat.

    Dilansir dari Reuters, indeks Hang Seng di Hong Kong naik 1 persen, sementara CSI300 China melesat 2 persen yang kemudian mendorong indeks saham Asia-Pasifik MSCI di luar Jepang naik 0,3 persen.

    Jepang pun tak ketinggalan, dengan indeks Nikkei mencatat kenaikan 0,4 persen. Lonjakan ini didorong oleh pernyataan Politbiro China yang mengisyaratkan perubahan kebijakan moneter dari “prudent” menjadi “moderately loose.” Kebijakan ini diharapkan memacu konsumsi dan mempercepat pertumbuhan ekonomi yang tengah lesu.

    Media resmi Xinhua melaporkan pemerintah berencana menstabilkan pasar dengan kemungkinan pemotongan suku bunga, ekspansi fiskal, dan pembelian aset.

    Namun, beberapa analis meragukan efektivitas langkah ini untuk meningkatkan pertumbuhan jangka panjang, terutama karena rendahnya minat sektor rumah tangga dan swasta untuk mengambil utang meskipun bunga rendah. “Sebagian besar beban untuk merangsang ekonomi kini bergeser ke kebijakan fiskal,” ujar Julian Evans-Pritchard dari Capital Economics.

    Di sektor komoditas, langkah kebijakan ini menguntungkan produsen bijih besi seperti Fortescue yang melonjak hampir 7 persen dan Rio Tinto yang naik lebih dari 5 persen. Sementara itu, harga minyak mentah Brent stabil di USD72,15 per barel, dan Bitcoin diperdagangkan pada USD98.040.

    Pasar kini menunggu data inflasi AS yang akan dirilis pada Rabu, serta kemungkinan pemangkasan suku bunga dari Eropa, Kanada, dan Swiss dalam waktu dekat. Dengan langkah kebijakan ini, pasar global dipenuhi harapan sekaligus kehati-hatian.

    Pelonggaran Moneter China

    China sebelumnya mengumumkan akan mengadopsi kebijakan moneter yang longgar untuk tahun depan demi mendukung pertumbuhan ekonomi. Hal ini dilaporkan langsung oleh media pemerintah China, Xinhua, pada Senin, 11 Desember 2024. Langkah ini menandai pergeseran kebijakan pelonggaran pertama sejak 2010.

    Selain itu, kebijakan fiskal yang lebih proaktif juga akan diterapkan, disertai peningkatan langkah-langkah yang tidak konvensional untuk mengatasi siklus ekonomi. “China harus secara aktif mendorong konsumsi dan memperluas permintaan domestik di segala lini,” tulis laporan Xinhua yang mengutip pertemuan Politbiro Partai Komunis, dikutip dari Reuters.

    Pernyataan ini muncul menjelang Konferensi Kerja Ekonomi Pusat tahunan yang akan menetapkan target dan kebijakan utama untuk 2025. “Kebijakan fiskal yang lebih proaktif dan kebijakan moneter yang longgar secara tepat harus diimplementasikan, memperkuat alat kebijakan yang luar biasa dan memperbaiki penyesuaian kontra-siklus,” tambah laporan itu.

    Pertama Sejak 2010

    Pergeseran ke arah pelonggaran ini adalah yang pertama kali sejak akhir 2010. Sebelumnya, China menerapkan kebijakan pelonggaran moneter secara tepat setelah krisis keuangan global 2008, sebelum beralih ke kebijakan prudent atau hati-hati pada akhir 2010.

    Bank sentral China memiliki lima pendekatan kebijakan, yakni longgar, longgar secara tepat, prudent, ketat secara tepat, dan ketat. Masing-masing memiliki fleksibilitas bergantung pada kondisi ekonomi. Dengan kebijakan baru ini, China berupaya menjaga stabilitas sekaligus mendorong inovasi di tengah tantangan ekonomi global yang semakin kompleks.

    Pelonggaran kebijakan moneter yang direncanakan China tahun depan tampaknya menjadi langkah strategis untuk menghadapi tantangan ekonomi yang semakin kompleks. Dengan inflasi yang terus melambat dan permintaan domestik yang masih lesu, langkah-langkah seperti kebijakan fiskal proaktif dan penyesuaian kontra-siklus diharapkan dapat mendongkrak konsumsi sekaligus menjaga stabilitas ekonomi.

    Pasalnya, realita di lapangan menunjukkan bahwa efek dari kebijakan yang ada sejauh ini belum cukup signifikan. Inflasi konsumen yang mencapai titik terendah dalam lima bulan terakhir pada November 2024 menjadi salah satu indikasinya. Ditambah lagi, tekanan deflasi di sektor pabrik terus berlanjut. Hal ini mempertegas pemulihan ekonomi China masih menghadapi jalan terjal.

    Dilansir dari Reuters, Senin, 9 Desember 2034, Data dari Biro Statistik Nasional China (NBS) menunjukkan indeks harga konsumen (CPI) naik hanya 0,2 persen secara tahunan pada November 2024. Angka ini lebih rendah dibandingkan kenaikan 0,3 persen pada Oktober dan prediksi kenaikan 0,5 persen dalam jajak pendapat Reuters.

    Secara bulanan, CPI turun 0,6 persen pada November, lebih tajam dari penurunan 0,3 persen pada Oktober dan proyeksi penurunan 0,4 persen. Statistisi NBS, Dong Lijuan, mengatakan penurunan bulanan ini dipicu oleh turunnya harga pangan sebesar 2,7 persen akibat faktor cuaca.

    “Suhu rata-rata nasional pada November adalah yang tertinggi untuk periode serupa sejak 1961. Hal ini mendukung produksi dan transportasi hasil pertanian sehingga menekan harga pangan segar,” jelas Dong.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).