KABARBURSA.COM - Aktivitas bisnis zona euro mengalami kontraksi tajam pada bulan September 2024, lebih buruk dari yang diantisipasi, terutama karena stagnasi di sektor jasa dan meningkatnya penurunan di sektor manufaktur.
Hal ini mengindikasikan melemahnya pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut. Survei Indeks Manajer Pembelian (PMI) gabungan yang disusun oleh S&P Global menunjukkan bahwa indeks turun ke 48,9 dari 51 pada Agustus, angka di bawah 50 menandakan kontraksi ekonomi. Penurunan ini merupakan yang pertama kali sejak Februari dan lebih rendah dari perkiraan jajak pendapat Reuters, yang memproyeksikan PMI di angka 50,5. Seperti dikutip di Jakarta, Selasa 24 September 2024.
Jerman, ekonomi terbesar di zona euro, mengalami penurunan lebih tajam, sementara Prancis juga kembali mengalami kontraksi setelah peningkatan terkait Olimpiade pada Agustus. Penurunan ini memicu spekulasi bahwa Bank Sentral Eropa (ECB) mungkin akan melonggarkan kebijakan lebih lanjut untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Dampaknya, euro melemah tajam terhadap dolar AS, mencatat penurunan harian terbesarnya dalam lebih dari tiga bulan.
Menurut Bert Colijn, ekonom ING, optimisme di zona euro memudar seiring dengan berakhirnya dorongan ekonomi sementara dari Olimpiade. Penurunan PMI yang tajam pada bulan September menambah kekhawatiran tentang prospek pertumbuhan kawasan, meskipun tekanan inflasi mulai mereda.
Para Pejabat Zona EURO
Bank Sentral Eropa (ECB) mungkin akan mengambil langkah strategis dengan memangkas suku bunga. Langkah ini dipandang sebagai pendahulu bagi Amerika Serikat, yang diprediksi akan mengikuti langkah serupa minggu depan. Dengan kecenderungan global menuju pelonggaran kebijakan moneter yang lebih terkoordinasi, negara-negara maju kini terlihat bergeser untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah risiko inflasi yang mulai mereda.
Para pejabat zona euro telah memberikan sinyal kuat bahwa mereka akan memberikan pengurangan biaya pinjaman kedua, setelah pemotongan yang dilakukan pada Juli. Investor akan dengan cermat mengamati langkah ini untuk mengukur kemungkinan adanya pemotongan suku bunga lebih lanjut menjelang akhir 2024. Setidaknya, satu penurunan lagi diperkirakan akan terjadi tahun ini.
Langkah ini terjadi bersamaan dengan pengurangan suku bunga oleh Bank of Canada pada 4 September, dan mempertegas pergeseran kebijakan di negara-negara maju, terutama menjelang langkah Federal Reserve yang diantisipasi pada 18 September.
Pelonggaran dalam pertumbuhan upah zona euro pada kuartal kedua memberi ruang bagi para pembuat kebijakan untuk bertindak. Di sisi lain, laporan harga konsumen AS yang akan diumumkan pada Rabu, 11 September 2024 diperkirakan akan memperkuat keyakinan para pejabat Federal Reserve bahwa tekanan inflasi mulai terkendali, sejalan dengan data perekrutan tenaga kerja AS yang tidak memenuhi ekspektasi.
Bagi para investor, pertanyaan besarnya adalah sejauh mana penurunan suku bunga ini akan membuka jalan bagi siklus pelonggaran yang lebih dalam. Apakah ini sekadar upaya meringankan ketegangan ekonomi, atau justru awal dari kebijakan yang lebih agresif untuk menstimulasi pertumbuhan?
Menurut David Powell, ekonom senior dari BloombergEconomics, “Kami memperkirakan ECB akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin lagi pada Desember. Namun, pertumbuhan upah yang tetap tinggi dan inflasi di sektor jasa seharusnya membuat ECB berhati-hati untuk tidak melakukan pemotongan lebih awal.”
Fokus utama dalam pernyataan Presiden ECB Christine Lagarde pada Kamis nanti akan tertuju pada prospek pertumbuhan, terutama dengan data terbaru yang menunjukkan bahwa ekspansi kuartal kedua lebih lemah dari perkiraan awal. Dewan Gubernur ECB diperkirakan akan lebih nyaman mengambil keputusan di pertemuan berikutnya setelah menerima prakiraan triwulanan yang baru.
Dengan demikian, pemangkasan suku bunga lebih lanjut di Desember tampaknya lebih mungkin terjadi dibandingkan dengan pertemuan 17 Oktober mendatang. Di luar zona euro, data inflasi China, angka upah Inggris, dan keputusan suku bunga dari Pakistan hingga Peru akan menjadi sorotan penting di pekan ini.
Perdagangan Bursa Eropa
Bursa ekuitas Eropa tergelincir pada Kamis, 6 September 2024, seiring dengan data ekonomi yang bervariasi memicu kekhawatiran terkait pertumbuhan global, meskipun sektor yang sensitif terhadap suku bunga menunjukkan kenaikan. Indeks CAC 40 Prancis menjadi yang paling terdampak di antara indeks regional.
Indeks pan-Eropa STOXX 600 ditutup melemah 0,54 persen, turun 2,77 poin ke level 512,05. Sektor kesehatan, bahan kimia, dan barang-barang pribadi mengalami penurunan lebih dari 1 persen, menurut laporan Reuters.
Kondisi ekonomi yang tidak stabil terus mempengaruhi sentimen pasar. Di Jerman, pesanan industri mengalami kenaikan yang melebihi ekspektasi sepanjang Juli, namun penjualan ritel zona euro justru mencatatkan penurunan tahunan. Ditambah dengan tanda-tanda pelemahan di pasar tenaga kerja Amerika Serikat, investor cenderung berhati-hati menjelang rilis data non-farm payrolls AS pada Jumat.
“Pesanan industri Jerman adalah kabar baik, tetapi fokus utama pasar saat ini adalah data ketenagakerjaan AS. Ketegangan terus meningkat menjelang rilis data pekerjaan tersebut, yang menjadi alasan mengapa terjadi aksi jual terus-menerus di pasar saham Wall Street dan Eropa,” ujar Ipek Ozkardeskaya, analis dari Swissquote Bank.(*)