KABARBURSA.COM - Bank Indonesia (BI) menyampaikan posisi Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada Oktober 2025 menurun secara bulanan, namun masih tumbuh secara tahunan.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso menyebut posisi ULN Indonesia pada Oktober 2025 tercatat sebesar USD423,9 miliar, menurun dibandingkan dengan posisi ULN pada September 2025 sebesar USD425,6 miliar.
"Secara tahunan, ULN Indonesia tumbuh 0,3 persen year on year (yoy) yang terutama dipengaruhi oleh pertumbuhan ULN sektor publik," ujar dia dalam keterangannya, Senin, 15 Desember 2025.
Posisi ULN pemerintah pada Oktober 2025 tercatat sebesar USD210,5 miliar, angka ini sebesar tumbuh 4,7 persen (yoy). Ramdan mengatakan, perkembangan ULN tersebut dipengaruhi oleh aliran masuk modal asing pada Surat Berharga Negara (SBN) internasional.
"Seiring tetap baiknya kepercayaan investor terhadap prospek perekonomian Indonesia yang positif di tengah meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global," ungkapnya.
Ramdan menerangkan, sebagai salah satu instrumen pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), ULN dikelola secara cermat, terukur, dan akuntabel, serta pemanfaatannya terus diarahkan untuk mendukung pembiayaan program-program prioritas yang mendorong keberlanjutan dan penguatan perekonomian nasional.
Berdasarkan sektor ekonomi, ULN pemerintah dimanfaatkan antara lain untuk mendukung Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial (22,2 persen dari total ULN Pemerintah), Administrasi Pemerintah, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib (19,6 persen), Jasa Pendidikan (16,4 persen), Konstruksi (11,7 persen), serta Transportasi dan Pergudangan (8,6 persen).
"Posisi ULN pemerintah tersebut didominasi utang jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,99 persen dari total ULN pemerintah," tutrnya.
Di sisi lain, posisi ULN swasta tercatat sebesar USD190,7 miliar pada Oktober 2025, lebih rendah dibandingkan dengan posisi pada September 2025 sebesar USD192,5 miliar.
Secara tahunan, kata Ramdan, ULN swasta mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 1,9 persen (yoy). Penurunan posisi ULN terjadi pada kelompok peminjam lembaga keuangan (financial corporations) dan perusahaan bukan lembaga keuangan (nonfinancial corporations).
"Yang masing-masing tercatat kontraksi sebesar 4,7 persen (yoy) dan 1,2 persen (yoy)," jelasnya.
Berdasarkan sektor ekonomi, posisi ULN swasta terbesar berasal dari Sektor Industri Pengolahan; Jasa Keuangan dan Asuransi; Pengadaan Listrik dan Gas; serta Pertambangan & Penggalian, dengan pangsa mencapai 80,9 persen terhadap total ULN swasta.(*)