KABARBURSA.COM - Wall Street mengakhiri sesi perdagangan Senin, 12 Mei 2025, waktu setempat dengan lonjakan tajam, ditandai dengan indeks S&P 500 yang mencetak level tertinggi sejak awal Maret.
Kenaikan ini terjadi setelah Amerika Serikat dan China menyepakati pemangkasan tarif sementara selama 90 hari, yang memunculkan harapan meredanya ketegangan perang dagang global yang dipicu Presiden AS Donald Trump sejak awal April.
Kedua negara mengumumkan bahwa tarif impor yang saling diberlakukan akan dipotong secara signifikan. Pemerintah AS menyatakan akan memangkas tarif impor barang dari China menjadi 30 persen dari sebelumnya 145 persen. Sementara itu, China menyebut akan menurunkan bea masuk atas produk AS menjadi 10 persen dari sebelumnya 125 persen.
Investor merespons positif langkah ini dengan mengalihkan dana ke aset berisiko dan menjauh dari instrumen defensif. Meski demikian, ketidakpastian tetap menyelimuti arah kebijakan tarif jangka panjang.
“Ini adalah reli yang terjadi karena rasa lega, mengingat sebelumnya ada banyak kecemasan dan ketegangan terkait tarif antara AS dan China,” ujar John Praveen, direktur pelaksana di Paleo Leon, Princeton, New Jersey, kepada Reuters.
Ia menambahkan bahwa dua ekonomi terbesar dunia itu tampaknya berupaya menghindari skenario tarif terburuk. “Mereka akan memangkas tarif ke level yang lebih masuk akal sehingga dampaknya akan lebih bisa dikendalikan dan terbatas,” kata Praveen.
Chris Brigati, kepala investasi di SWBC, perusahaan investasi yang berbasis di San Antonio, Texas, menyatakan, “Pasar menganggap setiap kemajuan sebagai hal positif.”
Namun ia mengingatkan, “Pasar sedang merayakan hal ini untuk saat ini, tetapi dalam jangka panjang mungkin saja muncul komplikasi dan dampak negatif.”
Saham-saham AS sebelumnya mengalami penurunan tajam dan volatilitas tinggi sejak pengumuman tarif oleh Trump pada dua April terhadap sejumlah mitra dagang.
Namun sejak pengumuman penangguhan tarif 90 hari pada sembilan April (tidak termasuk China), laporan keuangan yang solid, dan kesepakatan terbatas antara AS dan Inggris pekan lalu, indeks S&P 500 dan Nasdaq yang berfokus pada teknologi berhasil pulih.
Pada Senin, S&P 500, Nasdaq, dan Dow mencatat kenaikan harian tertajam sejak sembilan April. Indeks S&P bahkan berhasil menembus rata-rata pergerakan 200 harinya untuk pertama kali sejak akhir Maret.
Dow Jones Industrial Average naik 1.160,72 poin atau 2,81 persen ke 42.410,10, penutupan tertinggi sejak 26 Maret. S&P 500 melonjak 184,28 poin atau 3,26 persen ke 5.844,19, tertinggi sejak tiga Maret.
Sementara itu, Nasdaq Composite menguat 779,43 poin atau 4,35 persen ke 18.708,34, penutupan tertinggi sejak 28 Februari.
Nasdaq tercatat telah naik lebih dari 22 persen dibandingkan posisi terendahnya selama aksi jual akibat tarif pada April, meski masih 8 persen di bawah rekor penutupan tertingginya pada 16 Desember.
Indeks volatilitas CBOE atau “fear gauge” Wall Street, yang sempat menyentuh angka 60 pada April karena kekhawatiran tarif, turun di bawah 20 untuk pertama kalinya sejak akhir Maret. Di pasar komoditas, harga emas sebagai aset lindung nilai turun sekitar 2,6 persen.
Dari 11 sub-sektor di S&P, hanya sektor utilitas defensif yang mencatatkan penurunan yakni sebesar 0,68 persen. Kenaikan tertinggi dicetak oleh sektor barang konsumsi non-primer yang menguat 5,66 persen dan sektor teknologi yang naik 4,66 persen.
Di sektor teknologi, saham Apple melonjak 6,3 persen setelah laporan menyebut perusahaan sedang mempertimbangkan untuk menaikkan harga iPhone generasi mendatang.
Musim laporan keuangan hampir berakhir, dengan lebih dari 90 persen perusahaan dalam indeks S&P 500 telah melaporkan hasilnya. Data dari raksasa ritel Walmart dijadwalkan keluar akhir pekan ini.
Saham NRG Energy meroket 26,2 persen dan memimpin penguatan di S&P 500 setelah perusahaan utilitas tersebut mengumumkan akan mengakuisisi aset pembangkit listrik dari LS Power, sebuah perusahaan investasi infrastruktur energi, dalam kesepakatan senilai 12 miliar dolar.
Beberapa pejabat Federal Reserve, termasuk Ketua Jerome Powell, dijadwalkan menyampaikan pidato publik selama pekan ini. Para pelaku pasar kini memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga sebesar dua kali masing-masing 25 basis poin hingga akhir 2025, dengan pemangkasan pertama diprediksi terjadi pada bulan September, menurut data dari LSEG.
Jumlah saham yang naik di Bursa New York melebihi yang turun dengan rasio 2,83 banding 1. Tercatat 165 saham mencetak rekor tertinggi baru, sementara 43 mencetak rekor terendah.
Di Nasdaq, 3.285 saham menguat dan 1.158 melemah, dengan rasio kenaikan terhadap penurunan sebesar 2,84 banding 1.
S&P 500 mencatatkan 15 saham dengan harga tertinggi dalam 52 minggu terakhir dan 3 saham dengan harga terendah. Sementara itu, Nasdaq mencatat 83 rekor tertinggi baru dan 50 rekor terendah baru.
Total volume transaksi di seluruh bursa AS mencapai sekitar 20,20 miliar saham, lebih tinggi dibanding rata-rata 20 hari sebelumnya yang sebesar 16,52 miliar saham. (
 
      