Logo
>

BMRI Tak Sesuai Ekspektasi saat IHSG Diambang Tekanan

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
BMRI Tak Sesuai Ekspektasi saat IHSG Diambang Tekanan

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Pertumbuhan laba bersih Bank Mandiri (BMRI) yang sebesar 5,22 persen pada semester I-2024 ternyata tak mampu membuai pasar. Angka tersebut justru memicu kekhawatiran baru di tengah ketidakpastian global.

    Analis pasar modal dari Komunitas Trader Saham RencanaTrading, Satrio Utomo atau Tommy, mengungkapkan capaian BMRI tersebut berada di bawah ekspektasi konsensus analis.

    “Untuk 1H2024, BMRI hanya mampu mencatatkan EPS sebesar Rp287, atau sekitar 4,0 persen di bawah ekspektasi,” ujarnya dalam outlook harian kepada KabarBursa, Rabu, 31 Juli 2024.

    Tommy menjelaskan, kekecewaan pasar terhadap kinerja BMRI diperkirakan akan memberikan tekanan tambahan pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Apalagi, dia mengimbuhkan, menjelang pengumuman kebijakan moneter The Federal Reserve (The Fed), sentimen investor global masih cenderung negatif.

    "Berita negatif ini, diperkirakan bakal memberikan tekanan kepada IHSG, yang pada pergerakan kemarin sebenarnya juga sudah memberikan signal negatif, dengan ditutup di bawah support pertamanya," kata Tommy.

    Lebih lanjut, Tommy memprediksi IHSG hari ini akan bergerak terbatas dalam rentang 7.210 hingga 7.292. Untuk kembali ke tren positif, IHSG harus mampu menembus resisten 7.292.

    "Dengan signal negatif yang kemarin muncul, IHSG harus ditutup diatas resisten 7.292 untuk bisa kembali ke dalam trend naik," katanya.

    Fokus pada The Fed

    Sementara itu, pasar masih menantikan keputusan The Fed terkait suku bunga acuan. Konsensus ekonom memperkirakan The Fed akan mempertahankan suku bunga di level 5,5 persen. Namun, pernyataan Ketua The Fed setelah pengumuman sangat dinantikan pasar.

    "Pasar hanya menunggu statement atau pernyataan dari Chairman The Fed yang biasanya dilakukan bersamaan dengan pengumuman suku bunga," kata Tommy.

    Sebelumnya, sentimen negatif dari kinerja saham PT Telekomunikasi Indonesia (TLKM) untuk semester pertama 2024 yang berada di bawah ekspektasi, menyebabkan saham TLKM terkoreksi 5,57 persen pada perdagangan hari ini. Koreksi memicu aksi profit taking pada saham-saham big caps lainnya seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), dan PT Astra International Tbk (ASII).

    “Sentimen negatif dari kinerja TLKM memicu aksi profit taking pada saham big caps lainnya,” ujar analis pasar modal dari Komunitas Trader Saham RencanaTrading, Satrio Utomo alias Tommy, kepada KabarBursa, Selasa, 30 Juli 2024.

    Tommy menjelaskan, rebound yang terjadi pada saham-saham big caps gorengan, seperti PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk (BNREN) yang naik 0,58 persen dan PT Bank Jago Tbk (ARTO) yang melonjak 7,23 persen, memang menahan penurunan IHSG tidak terlalu dalam.

    IHSG bergerak turun 47,033 poin (-0,645 persen) sehingga ditutup pada level 7.241,86. Kegagalan IHSG untuk ditutup di atas support 7.274 membuat tren jangka pendek IHSG kembali menjadi tren turun, atau setidaknya mendatar pada kisaran 7.210-7.350.

    “Pelaku pasar sebenarnya masih cenderung berada dalam posisi wait and see menjelang keputusan suku bunga The Fed besok malam,” kata Tommy.

    Dia menambahkan, kinerja emiten yang buruk membuat pelaku pasar mengambil langkah profit taking karena dalam sebulan terakhir, IHSG sudah naik cukup signifikan. “Pelaku pasar sebaiknya tetap selektif dalam melakukan posisi beli, dan hanya melakukan posisi beli pada saham-saham dengan kinerja baik,” katanya.

    Tommy sebelumnya juga memprediksi kinerja keuangan TLKM yang kurang memuaskan pada semester I-2024 akan memberikan tekanan tambahan pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Padahal, pasar sedang menantikan rilis laporan keuangan bank-bank besar seperti BBRI dan BBNI, serta keputusan The Fed terkait suku bunga.

    “Kinerja Buruk dari TLKM ini, diperkirakan akan memberikan tekanan tambahan pada Perdagangan di Bursa Efek Indonesia,” ujar Tommy dalam outlook hariannya kepada KabarBursa.

    Tommy mengungkapkan laba per saham atau Earnings Per Share (EPS) TLKM pada semester I-2024 meleset dari ekspektasi pasar. Kondisi ini diperkirakan akan membuat IHSG bergerak flat hingga sedikit terkoreksi pada kisaran 7.274-7.350.

    “Jika IHSG gagal bertahan di atas level support 7.274, maka tren naik jangka pendek yang sedang berlangsung berpotensi berakhir,” kata Tommy.

    Investor Wait and See

    Tommy berujar sentimen pasar saat ini cenderung wait and see untuk menantikan sejumlah katalis penting. Selain laporan keuangan bank-bank besar, yakni Bank Mandiri (BMRI) dan Bank BNI (BBNI) keputusan The Fed pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang akan digelar Rabu, 31, Juli 2024, malam atau Kamis dini hari WIB juga menjadi sorotan utama.

    “Kinerja Buruk dari TLKM sepertinya bakal memberikan tekanan,” kata Tommy.

    Sementara itu, sejumlah emiten besar seperti Astra International (ASII) dan United Tractors (UNTR) juga diprediksi akan segera merilis laporan keuangannya. Kinerja perusahaan-perusahaan tersebut diharapkan dapat memberikan sentimen positif bagi pasar. (*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).