Logo
>

Ekonomi Indonesia Diramal Kuat pada 2026, Saham-saham ini Dijagokan

Chief Economist & Head of Research Mirae Asset Rully Arya Wisnubroto, menjelaskan bahwa sinergi yang semakin kuat antara kebijakan fiskal dan moneter, potensi penguatan rupiah menjadi fondasi utama

Ditulis oleh Hutama Prayoga
Ekonomi Indonesia Diramal Kuat pada 2026, Saham-saham ini Dijagokan
Ilustrasi Pekerja Kawasan Sudirman. Foto: Dok KabarBursa.com

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia memprediksi perekonomian Indonesia tetap berada pada posisi yang relatif kuat memasuki 2026. Kekuatan tersebut ditopang oleh stabilitas makro, penguatan konsumsi domestik, serta prospek komoditas yang masih konstruktif.

    Chief Economist & Head of Research Mirae Asset Rully Arya Wisnubroto, menjelaskan bahwa sinergi yang semakin kuat antara kebijakan fiskal dan moneter, potensi penguatan rupiah, serta dorongan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) menjadi fondasi utama bagi sentimen pasar dan pertumbuhan ekonomi nasional tahun depan. 

    “Sektor komoditas khususnya emas, batu bara, dan nikel diproyeksikan tetap memainkan peran strategis dalam menopang kinerja eksternal Indonesia dan memberikan peluang investasi bagi pelaku pasar,” Ujar dia dalam keterangannya duikutip, Jumat, 5 Desember 2025

    Berdasarkan proyeksi Mirae Asset, ekonomi nasional diperkirakan tumbuh 5,3 persen pada 2026 dan 5,4 persen pada 2027, dengan inflasi stabil di kisaran 2,5 persen. 


    Nilai tukar rupiah juga diproyeksikan menguat menuju Rp16.500 per dolar AS pada akhir 2026, seiring melemahnya indeks DXY dan membaiknya koordinasi kebijakan fiscal moneter. 

    Rully menambahkan bahwa kondisi global pada 2026 akan ditandai oleh perlambatan ekonomi China, meningkatnya proteksionisme Amerika Serikat, serta berlanjutnya siklus pemangkasan suku bunga di negara maju.

    Meski demikian, Indonesia dinilai tetap resilien karena ekspor komoditas utama termasuk emas, batu bara, dan ferroalloys masih menunjukkan ketahanan permintaan.

    Sementara itu senior Research Analyst Mirae Asset, Farras Farhan, memaparkan bahwa 2026 akan menjadi tahun dengan divergensi yang sangat jelas antara komoditas utama.

    Farras menjelaskan bahwa emas diperkirakan tetap menjadi aset unggulan, dengan harga yang berpotensi bertahan di atas USD4.000 per ons, ditopang ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed, permintaan bank sentral global yang terus meningkat, serta pemulihan arus masuk ETF.


    “Emas menjadi aset yang paling defensif dan atraktif tahun depan, sementara batu bara tetap solid dari sisi arus kas dan nikel menghadapi proses penyesuaian pasar yang panjang,” jelas Farras.

    Selain komoditas, Mirae Asset juga melihat prospek positif pada sektor konsumsi, telekomunikasi, dan infrastruktur digital. Perluasan program MBG diperkirakan meningkatkan permintaan protein dan produk Fast-Moving Consumer Goods  FMCG, sementara tren penurunan suku bunga membuka peluang re-rating pada sektor menara telekomunikasi dan jaringan fiber.

    ANTM dan BRMS diproyeksikan mendapat manfaat dari harga emas yang tetap tinggi. Untuk batu bara, ADRO dan ADMR dinilai solid berkat arus kas kuat dan penguatan hilirisasi, termasuk proyek aluminium hijau ADMR.

    Sementara itu, NCKL dipandang menarik di segmen nikel melalui integrasi rantai pasok, dan AADI dinilai prospektif sebagai emiten berorientasi dividen. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Hutama Prayoga

    Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

    Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.