KABARBURSA.COM - Rencana Mitsubishi UFJ Financial Group (MUFG) dan Sumitomo Mitsui Financial Group (SMFG) melepas saham senilai JPY1,32 triliun (USD8,5 miliar) dari produsen mobil terkemuka dunia, Toyota, memicu harga saham emiten PT Astra International Tbk (ASII) melemah.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham ASII kehilangan 50 poin atau setara 1,10 persen ke level Rp4.500 per saham hingga pukul 16.00 WIB, Senin, 10 Juni 2024. Saham ASII sudah dibuka stagnan sejak pembukaan pagi ini di level Rp4.650 persen saham. Alih-alih menguat, saham ASII justru turun ke level Rp4.510 persen saham yang juga merupakan level terendah sejak pembukaan pagi ini. Nilai transaksi mencapai Rp31,68 miliar usai 6,99 juta saham ditransaksikan. Adapun frekuensi yang terjadi sebanyak 3.238 kali.
Menurut sumber yang memiliki pengetahuan tentang rencana ini, kemungkinan besar penjualan akan melibatkan seluruh atau sebagian besar kepemilikan mereka dalam Toyota. Dilansir dari Bloomberg, Mitsubishi UFJ Financial Group (MUFG) dan Sumitomo Mitsui Financial Group (SMFG) berencana menjual seluruh sahamnya di Toyota senilai JPY1,32 triliun (USD8,5 miliar).
Meskipun kedua institusi ini berencana untuk memanfaatkan program pembelian kembali saham Toyota, mereka akan melakukan divestasi secara bertahap untuk meminimalkan dampak terhadap harga saham perusahaan. Sumber yang tidak ingin namanya disebutkan karena kekurangan informasi menyatakan bahwa proses penjualan ini mungkin akan berlangsung seiring waktu.
Dengan rencana mereka untuk menjual secara bertahap, dampak dari divestasi mungkin baru akan terlihat pada rapat umum tahun depan. Para pemegang saham Toyota akan bertemu akhir bulan ini, pada 18 Juni. Tiga proposal telah diajukan menjelang pertemuan di kantor pusat Toyota City, Prefektur Aichi, di mana 10 anggota dewan, termasuk Chairman Akio Toyoda, akan diangkat kembali.
Pada bulan Mei, penasihat proxy Institutional Shareholder Services Inc. dan Glass Lewis & Co. mendesak pemegang saham untuk memberikan suara menentang Toyoda, dengan alasan masalah baru-baru ini dengan sertifikasi keselamatan di beberapa anak perusahaan serta kurangnya independensi di dewan.
Sementara itu, menurut orang yang mengetahui masalah tersebut, tidak menutup kemungkinan penjualan dilakukan untuk seluruh porsi kepemilikannya di Toyota.
Meskipun keduanya akan mengambil keuntungan dari rencana Toyota untuk membeli kembali sahamnya, divestasi akan dilakukan seiring berjalannya waktu untuk meminimalkan dampak terhadap harga saham perusahaan, kata orang yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena informasinya tidak tersedia.
Mengingat rencana mereka untuk menjual secara bertahap, dampak divestasi mungkin baru akan terlihat paling cepat pada rapat umum tahun depan.
Penjualan Toyota Indonesia
Akademisi sekaligus pengamat otomotif Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu berpandangan merek mobil China dan Korea Selatan memiliki peluang besar untuk mengambil alih pangsa pasar mobil di Indonesia yang selama ini dikuasai oleh grup Toyota Astra.
Hal tersebut bisa saja terjadi bilamana mobil-mobil merek Jepang ini tidak segera berbenah diri usai tersandung kasus manipulasi uji sertifikasi keselamatan di negara asalnya.
“Jika masalah seperti ini muncul lagi dan tidak ada tanda-tanda perbaikan mutu, di antaranya adalah merek Korea (Selatan) dan China yang siap-siap mengambil alih pangsa pasar yang dikuasai grup TAM (Toyota Astra Motor),” kata Yannes.
“Misalnya adalah Hyundai, KIA, Wuling, DFSK, dan MG. Belum lagi akan masuknya beberapa merek EV (electric vehicle) yang makin murah lagi nanti,” tambahnya.
Di Indonesia sendiri, Toyota menjadi salah satu merek mobil yang sudah hadir selama bertahun-tahun, dengan pangsa pasar di atas 30 persen atau yang terbesar dari total penjualan mobil di Tanah Air.
Meski ada kemungkinan pangsa pasar Toyota di Indonesia perlahan-lahan bisa diambil alih oleh merek lain, Yannes menilai pergeseran tersebut juga bukanlah hal yang mudah.
“Kemungkinan pangsa pasar Toyota di Indonesia diambil alih oleh merek lain akibat menurunnya kepercayaan konsumen memang ada, meskipun tidak mudah; mengingat Toyota sudah memiliki posisi yang kuat dan jaringan yang luas di pasar otomotif Indonesia,” tegasnya.
Pemerintahan Jepang sendiri saat ini telah menangguhkan pengiriman–penjualan 6 kendaraan yang saat ini beredar di jalan, termasuk tiga kendaraan yang diproduksi oleh Toyota Motor Corp.
Toyota termasuk di antara lima produsen mobil, termasuk Honda dan Mazda, yang ditemukan memalsukan atau memanipulasi data keselamatan dalam hal mengajukan permohonan sertifikasi. Temuan ini menandakan krisis kepercayaan yang semakin mendalam bagi para produsen mobil Jepang.
“Semua ini tergantung bagaimana Toyota menangani berita-berita ini dengan baik kepada media resmi maupun independen yang follower-nya besar tersebut. Intinya, strategi media,” terang Yannes. (*)