KABARBURSA.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah tipis pada awal perdagangan pagi ini Rabu, 5 November 2025. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia pukul 09.00 WIB, IHSG tercatat di level 8.197,57 atau turun 44,34 poin setara 0,54 persen dibandingkan penutupan sebelumnya.
Tekanan jual masih terasa di berbagai sektor, terutama energi yang melemah 1,21 persen, basic industry turun 1,60 persen, dan properti terkoreksi 1,34 persen.
Ketiga sektor tersebut menjadi pemberat utama laju indeks di sesi awal perdagangan. Sementara itu, sektor keuangan hanya turun 0,43 persen dan non-cyclical terkoreksi 0,42 persen, sehingga masih menahan penurunan IHSG agar tidak lebih dalam.
Dari sisi aktivitas pasar, total nilai transaksi pagi ini mencapai Rp619,20 miliar dengan frekuensi lebih dari 63 ribu kali. Volume perdagangan tercatat sekitar 8,26 juta lot.
Menariknya, di tengah pelemahan IHSG, investor asing masih mencatatkan beli bersih sebesar Rp305,08 miliar di seluruh pasar. Asing tercatat melakukan pembelian saham senilai Rp6,80 triliun, sementara penjualan mencapai Rp6,50 triliun.
Dari daftar top movers, saham Pioneerindo Gourmet International Tbk (PTSP) melesat 23,38 persen ke posisi 1.425, disusul oleh Chitose International Tbk (CINT) yang naik 23,30 persen ke 254.
Saham lain seperti Lotte Chemical Titan Tbk (FPNI) dan Era Mandiri Cemerlang Tbk (IKAN) turut menguat masing-masing 16,25 persen dan 14,05 persen.
Sementara itu, dari jajaran top losers, saham Era Graharealty Tbk (IPAC) turun 9,72 persen, Trimegah Karya Pratama Tbk (UVCR) melemah 9,09 persen, dan Jaya Sukses Makmur Sentosa Tbk (RISE) terkoreksi 8,08 persen.
Rilis Data Ekonomi
Equity Analyst IPOT, Imam Gunadi, menjelaskan bahwa rilis data ekonomi pekan ini menjadi katalis utama bagi pasar, di tengah sentimen global yang mulai membaik setelah pertemuan antara Presiden China Xi Jinping dan Donald Trump di Busan, Korea Selatan, akhir Oktober lalu.
“Meskipun pertemuan Presiden Xi Jinping dan Trump serta kebijakan The Fed yang menghentikan Quantitative Tightening menjadi sentimen positif, trader perlu waspada terhadap padatnya rilis data ekonomi domestik pekan ini. Money management dan risk management menjadi kunci utama,” ujar Imam Gunadi dikutip Selasa, 4 November 2025.
Imam menyarankan agar investor dengan orientasi jangka pendek tetap fokus pada saham defensif dan emiten dengan kinerja solid, sementara investor jangka panjang disarankan memanfaatkan momentum rilis laporan keuangan kuartal III untuk mengevaluasi performa portofolio. “Musim laporan keuangan adalah waktu penting untuk menilai apakah kinerja emiten sesuai target, dan mencari saham yang berpotensi turn around,” tambahnya.
Secara makroekonomi, konsensus Bloomberg memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2025 berada di kisaran 4,8 persen, menunjukkan potensi perlambatan dibandingkan kuartal sebelumnya. Sementara itu, indeks PMI manufaktur terakhir turun dari 51,5 ke 50,4, menandakan pelemahan aktivitas produksi.
Dari sisi harga, inflasi Oktober diperkirakan melandai menjadi 2,59 persen year-on-year dari 2,65 persen pada September, mencerminkan stabilitas harga yang relatif terjaga.
Sentimen global turut mendukung pasar setelah AS dan China mencapai kesepakatan dagang di Busan. Amerika Serikat sepakat menurunkan tarif impor produk China dari 57 persen menjadi 47 persen, sementara China berkomitmen membeli kembali 12 juta ton kedelai AS hingga Januari 2026.
Di pasar domestik, IHSG mencatatkan net buy asing sebesar Rp2,2 triliun pada pekan lalu, seiring membaiknya persepsi investor terhadap hubungan dagang kedua negara tersebut.
Secara teknikal, IPOT memproyeksikan IHSG berpotensi menguji level resistensi di 8.354 jika data ekonomi menunjukkan stabilitas dan mendukung persepsi positif terhadap daya tahan ekonomi nasional. Namun, jika rilis data pertumbuhan ekonomi menandakan perlambatan lebih dalam dari ekspektasi, IHSG berpotensi menguji area support di 7.959.
“Pergerakan IHSG pekan ini akan dinamis, tergantung pada hasil rilis data ekonomi dan arah sentimen global. Investor perlu tetap disiplin dan mengatur strategi sesuai profil risikonya,” kata Imam.(*)