KABARBURSA.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pembukaan perdagangan Kamis, 25 September 2025 bergerak naik tipis ke level 8.133,53 menguat 6,97 poin atau 0,09 persen dibanding penutupan sebelumnya.
IHSG dibuka di 8.130,02 dengan level tertinggi awal sesi 8.139,39 dan terendah 8.127,31. Total transaksi di seluruh pasar mencapai 8,22 juta lot dengan nilai Rp558,25 miliar melalui 58.900 kali frekuensi.
Investor asing pada awal perdagangan cenderung melakukan aksi jual bersih. Data menunjukkan pembelian asing (F Buy) Rp18,63 triliun berbanding penjualan asing (F Sell) Rp19,15 triliun sehingga tercatat net sell Rp524,98 miliar di seluruh pasar.
Di pasar reguler net sell asing mencapai Rp714,89 miliar, sedangkan pada transaksi tunai dan negosiasi tercatat net buy Rp189,92 miliar. Komposisi perdagangan asing 49,27 persen dan domestik 50,73 persen.
Saham-saham yang memimpin penguatan antara lain PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT) yang melesat 24,89 persen ke Rp2.810. PT Jaya Sukses Makmur Sentosa Tbk (RISE) naik 24,66 persen ke Rp2.780. PT Elcorps Bersama Zatta Jaya Tbk (ZATA) melonjak 21,67 persen ke Rp73. PT Supra Boga Lestari Tbk (RANC) naik 21,15 persen ke Rp630 dan PT Pradiksi Gunatama Tbk (PGUN) menguat 19,91 persen ke Rp12.800.
Sebaliknya, sejumlah saham melemah signifikan. PT Homeco Victoria Makmur Tbk (LIVE) turun 14,39 persen ke Rp238. PT Sumber Mas Konstruksi Tbk (SMKM) terkoreksi 9,92 persen ke Rp218. PT Multisarana Intan Eduka Tbk (JIL MSIE) melemah 9,62 persen ke Rp94. PT Idea Indonesia Akademi Tbk (IDEA) terkoreksi 9,52 persen ke Rp133 dan PT Lupromax Pelumas Indonesia Tbk (LMAX) turun 8,55 persen ke Rp107.
Dari sisi sektoral, sektor properti memimpin penguatan dengan kenaikan 1,51 persen diikuti sektor non-siklikal 0,96 persen, siklikal 0,57 persen, industri 0,48 persen, transportasi 0,38 persen, keuangan 0,35 persen, infrastruktur 0,34 persen, energi 0,30 persen, serta kesehatan 0,15 persen. Sementara itu sektor teknologi melemah 0,57 persen dan industri dasar turun 0,45 persen.
Penguatan IHSG yang terbatas pada awal perdagangan Kamis ini mencerminkan sikap hati-hati investor jelang rilis data ekonomi global. Meski demikian, lonjakan saham-saham berkapitalisasi menengah di sektor properti, agribisnis dan ritel menunjukkan masih adanya rotasi sektor yang menopang pasar.
IHSG kembali mencetak rekor All Time High di 8.068 pekan lalu. PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) menilai rebalancing FTSE, pidato The Fed, hingga reshuffle kabinet menjadi faktor kunci yang akan menentukan arah pergerakan pasar pekan ini.
Proyeksi penguatan ini terjadi setelah dalam perdagangan sepekan terakhir IHSG kembali mencatatkan All Time High baru di level 8068 dan bergerak bervariasi dengan kecenderungan menguat dalam rentang support 7889 dan resistance 8068 berakhir di level 8015.
Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Indri Liftiany Travelin Yunus menjelaskan dalam perdagangan sepekan lalu asing mencatatkan net buy sebesar Rp1,4T di pasar reguler dan hanya ada 1 sektor saja yang mengalami pelemahan, yakni sektor Healthcare yang melemah sebesar -0,19 persen, sementara sektor lainnya ditutup menguat. Sektor yang benar-benar menopang IHSG pekan lalu ialah sektor Industri dan Teknologi yang masing-masing menguat sebesar 11,01 persendan 10,18 persen.
Adapun sejumlah sentimen yang memengaruhi pergerakan IHSG pada pekan lalu (15-19 Agustus 2025), yakni Bank Indonesia yang memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 25 basis poin ke level 4,75 persen. Pemangkasan ini terjadi di luar dari ekspektasi pasar sehingga mampu membawa IHSG ke level tertingginya per tanggal 16 September karena menjadi sentimen positif bagi emiten perbankan yang memiliki bobot yang cukup besar di IHSG.
"Menariknya pada Selasa 16 September sore terjadi reshuffle kabinet lanjutan yang diantaranya memutuskan Erick Thohir yang didapuk menjadi Menteri Pemuda dan Olahraga, sementara penggantinya untuk posisi menteri BUMN belum ditentukan," ujar Indri.
Sentimen lainnya yakni Federal Reserve yang memangkas tingkat suku bunga acuan untuk pertama kalinya pada tahun 2025 sebesar 25 basis poin ke rentang level 4,00 persen - 4,25 persen sesuai dengan ekspektasi pasar sebelumnya.
"Pekan lalu menjadi pekan yang sangat berarti bagi seluruh investor dalam mengambil keputusan. Sepanjang penantian pengumuman arah kebijakan suku bunga, tercatat harga acuan emas dunia mengalami penguatan signifikan dalam sebulan terakhir bahkan mencapai level All Time High-nya. Hal tersebut disebabkan oleh para pelaku pasar yang mengantisipasi terjadinya penurunan nilai mata uang dolar jika suku bunga diturunkan dan emas menjadi instrumen yang dirasa paling tepat untuk dipilih," jelas Indri.
Proyeksi dan Rekomendasi IPOT Pekan Ini
Berbicara tentang potensi market pada pekan ini (22-26 September 2025), Indri menyebutkan berlakunya rebalancing indeks FTSE per 22 September 2025 menjadi salah satu sentimen utama, dimana saham DSSA masuk ke kategori Large Cap, sedangkan BDMN keluar dari Mid Cap. Sementara itu, beberapa saham seperti KEEN, MIDI, BCAP, MLIA, MLBA, CNMA, CLEO, dan ULTJ masuk ke kategori Micro Cap, dan BEST, TEBE, PSSI, MTMH, KKGI, SMBR, serta UCID keluar dari kategori tersebut.
Sentimen lain yang mempengaruhi pasar datang dari Amerika Serikat yang menunjukkan adanya data ekonomi yang beragam. Indeks S&P Global Manufacturing Flash AS diproyeksikan sedikit menurun, sementara data Initial Jobless Claims dan Indeks PCE diprediksi meningkat. Di sisi lain, Michigan Consumer Sentiment diperkirakan turun dan pasar juga menantikan pidato Ketua The Fed Jerome Powell yang berpotensi memberikan sinyal pemangkasan suku bunga lebih lanjut.
"Berdasarkan dengan sentimen yang ada, kami menilai bahwa IHSG berpotensi bergerak bervariasi dengan kecenderungan menguat sepanjang pekan ini dalam rentang support 7850 hingga resistance 8150," kata dia.(*)