Logo
>

Rp22 Miliar Upal Gagal Edar, Bisakah Hentikan Inflasi?

Ditulis oleh Dian Finka
Rp22 Miliar Upal Gagal Edar, Bisakah Hentikan Inflasi?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Doni Primanto Joewono, mengungkap peredaran upal (uang palsu) di Indonesia mulai menurun. Jika dibandingkan dengan kasus pada 2019, ada sembilan PPM (Parts Per Million) uang palsu yang beredar. Ini artinya, di dalam satu juta lembar tersebut terdapat sembilan uang palsu di 2019.

    Angka tersebut kemudian menurut pada 2020 hingga 2023, menjadi lima lembar di satu juta lembar. Dan tahun ini, angka uang palsu hanya tersisa dua lembar di dalam satu juta lembar.

    Berdasarkan Hasil Rapat Dewan Gubernur BI Juni 2024, Doni menjelaskan bahwa turunnya angka peredaran uang palsu di Tanah Air adalah berkat kerja sama semua pihak.

    "Tentunya ini suatu kerja sama yang baik. Sekali lagi, apresiasi kepada semua pihak dan tentunya kami akan menyediakan uang dengan cukup, baik pecahan maupun nominalnya. Dan yang kami lakukan juga sampai ke pelosok-pelosok, supaya rakyat tidak tertipu oleh uang palsu," ujar dia.

    Selain itu, BI juga mengapresiasi pengungkapan uang palsu yang dilakukan oleh Kepolisian RI.

    Sebelumnya, Polda Metro Jaya mengungkap peredaran uang palsu senilai Rp22 miliar yang dicetak di sebuah kantor akuntan di kawasan Srengseng, Kembangan, Jakarta Barat. Uang palsu tersebut diakui belum sempat diedarkan ke masyarakat.

    "Kami di Bank Indonesia tentunya mengapresiasi setiap pengungkapan uang palsu yang tentunya dilakukan oleh Polri ini sebagai bentuk penegakan hukum atas tindakan pidana terhadap Rupiah. Khususnya kami apresiasi terhadap Polda Metro Jaya," tutur Doni.

    Indonesia sebenarnya telah memiliki Badan Koordinasi Pemberantasan Rupiah Palsu (Botasupal), yakni lembaga non-struktural yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Botasupal mempunyai fungsi sebagai koordinator pemberantasan Rupiah palsu.

    Unsur Botasupal terdiri atas Badan Intelijen Negara, Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kejaksaan Agung, Kementerian Keuangan, dan Bank Indonesia. Sedangkan di BI, terdapat Bank Indonesia Counterfeit Analysis Center (BI-CAC) yang akan menganalisis Rupiah palsu.

    "Setelah diketemukan uang palsu, semua akan diserahkan kepada BI untuk diperiksa di BI-CAC," ujarnya.

    Bisakah Hentikan Inflasi?

    Inflasi adalah salah satu istilah dalam dunia ekonomi yang merujuk pada kondisi kenaikan harga barang dan jasa di pasar pada periode tertentu. Fenomena ini dapat berdampak besar pada roda perekonomian negara, baik bagi konsumen maupun produsen, serta kestabilan harga di pasar. Tingkat keparahan inflasi bisa dilihat dari laju inflasi yang merupakan persentase kenaikan harga barang dan jasa secara terus menerus.

    Salah satu hal yang menandakan terjadinya inflasi adalah meningkatnya peredaran uang kertas akibat penurunan nilai mata uang, sehingga berimbas pada kenaikan harga barang dan jasa, yang berakibat pada biaya hidup semakin meningkat.

    Peredaran uang palsu dalam jumlah yang sangat banyak, ikut mempengaruhi terjadinya inflasi. Tidak hanya itu, masyarakat pun akan semakin dirugikan, karena uang palsu sudah tentu tidak akan diterima di pasar. Bahkan, Bank Indonesia pun menolak jika ada warga yang hendak menukarkan uang palsunya.

    Kenali Uang Palsu

    Kemajuan teknologi tak serta membuat uang sulit dipalsukan. Sindikat pemalsu memiliki banyak cara membuat uang palsu semirip mungkin dengan pecahan uang asli. Lalu, bagaimana cara membedakan uang asli dan palsu?

    Berikut cara membedakan uang asli dan palsu dengan metode 3D (Dilihat, Diraba, Diterawang) atau perbedaan uang asli dan palsu:

    1. Dilihat: Perubahan warna benang pengaman pada pecahan Rp100.000 dan Rp50.000, perisai logo BI pada pecahan Rp100.000, Rp50.000, dan Rp20.000. Menemukan angka berubah warna yang tersembunyi pada pecahan Rp100.000, Rp50.000, Rp20.000, Rp10.000, dan gambar tersembunyi berupa tulisan BI dan angka.

    1. Diraba: Setelah memperhatikan uang dengan saksama, selanjutnya raba uang yang Anda curigai. Anda akan merasakan ada bagian uang yang kasar, yaitu pada gambar utama, gambar lambang negara, angka nominal, huruf terbilang, frasa NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA, dan tulisan BANK INDONESIA. Tuna netra bisa meraba kode tuna netra (blind code) di sisi kiri dan kanan untuk mengenali nilai nominal dan asli atau tidaknya uang kertas.
    2. Diterawang: Setelah memperhatikan dan merabanya, cara membedakan uang asli dan palsu berikutnya yakni angkatlah uang dan arahkan pada cahaya. Anda bisa menemukan gambar pahlawan, gambar ornamen pada pecahan tertentu, dan logo BI yang akan terlihat utuh.

    Jadi, baiknya lakukan metode 3D ini sebelum menerima uang, apalagi dalam jumlah yang cukup besar. Dengan lebih awas dan teliti, maka risiko mendapatkan uang palsu semakin kecil.(ian/*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Dian Finka

    Bergabung di Kabar Bursa sejak 2024, sering menulis pemberitaan mengenai isu-isu ekonomi.