Tambang Nikel Antam di Raja Ampat Dihentikan Sementara, Saham Anjlok

KABARBURSA.COM - Kegiatan operasional PT Gag Nikel di Pulau Gag, Raja Ampat, resmi dihentikan sementara oleh pemerintah. Keputusan itu diambil langsung oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, pada Kamis, 5 Juni 2025. 

Langkah ini diambil menyusul meningkatnya perhatian publik terhadap dugaan kerusakan lingkungan di kawasan konservasi laut yang dikenal memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia.

Kabar ini sontak membuat harga saham ANTM anjlok lebih dari 2 persen. Mengutip Stockbit, Saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) menutup perdagangan hari ini dengan koreksi cukup tajam. 

Harga saham perusahaan tambang milik negara itu turun 2,82 persen atau 100 poin ke level Rp3.450 per lembar. Padahal, saham ANTM sempat dibuka di posisi Rp3.590 dan bahkan sempat menyentuh titik tertinggi harian di level Rp3.620 sebelum bergerak melemah sepanjang sesi perdagangan.

Tekanan jual mendorong harga ke titik terendah hari ini di Rp3.430, meskipun menjelang penutupan masih sempat bergerak naik tipis. Penurunan ini terjadi di tengah pergerakan saham yang sebelumnya cenderung menguat dalam beberapa pekan terakhir.

Walau begitu, dengan harga saat ini, saham ANTM masih berada cukup dekat dengan level tertinggi tahunannya, yakni Rp3.660, yang tercatat sebagai rekor harga dalam 52 minggu terakhir. Sebagai perbandingan, titik terendah ANTM dalam periode yang sama tercatat di Rp1.175. 

Artinya, meskipun mengalami tekanan dalam perdagangan harian, saham ini masih berada dalam jalur kenaikan yang panjang jika dilihat dari perspektif satu tahun terakhir.

Nilai kapitalisasi pasar ANTM kini berada di kisaran Rp82,91 triliun, mencerminkan bobot besar perusahaan ini dalam sektor tambang nasional. Sementara itu, rasio harga terhadap laba bersih atau price to earnings ratio (PER) tercatat di angka 14,96. Angka ini memberi gambaran tentang valuasi saham dibandingkan dengan kinerja keuangannya, khususnya laba bersih yang dihasilkan.

Tentang Anak Usaha Antam, PT Gag Nikel

PT Gag Nikel merupakan anak usaha PT Aneka Tambang Tbk (ANTM). Mereka menyatakan menerima dan menghormati keputusan tersebut. Dalam keterangan tertulis, Plt Presiden Direktur PT Gag Nikel Arya Arditya menyampaikan bahwa pihaknya memahami pentingnya transparansi dan komitmen terhadap regulasi, khususnya dalam hal perlindungan lingkungan dan keberlanjutan sosial di daerah operasi.

Arya menjelaskan, perusahaan telah mengantongi izin operasi sejak 2017 dan mulai menjalankan kegiatan produksi pada 2018. Ia juga menegaskan bahwa seluruh aktivitas tambang dilakukan di luar kawasan konservasi maupun wilayah Geopark UNESCO, dan berada dalam koridor tata ruang pertambangan yang ditetapkan pemerintah daerah.

Selama masa operasional, PT Gag Nikel mengklaim telah menjalankan sejumlah program keberlanjutan. Di antaranya adalah rehabilitasi Daerah Aliran Sungai (DAS) seluas 666,6 hektare hingga akhir 2024. Dari total lahan itu, sekitar 231 hektare sudah dinyatakan berhasil dan diserahkan, sementara sisanya masih dalam proses penilaian dan perawatan. Selain itu, lahan bekas tambang seluas 136,72 hektare telah direklamasi, dengan lebih dari 350.000 pohon ditanam, termasuk 70.000 jenis endemik dan lokal yang ditujukan untuk memulihkan ekosistem setempat.

Perusahaan juga melaporkan pelaksanaan program konservasi bawah laut di perairan sekitar Raja Ampat. Program transplantasi terumbu karang mencakup area seluas 1.000 meter persegi dan dilakukan melalui kemitraan bersama Politeknik Kelautan dan Perikanan Sorong. Pemantauan dilakukan secara berkala, baik oleh tim internal maupun pihak independen.

Arya menegaskan bahwa PT Gag Nikel telah berkonsultasi secara aktif dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta berupaya memastikan seluruh proses berjalan sesuai dengan prinsip good mining practice. Ia menyampaikan keyakinannya bahwa kegiatan pertambangan yang bertanggung jawab tetap dapat berjalan seiring dengan upaya pelestarian lingkungan, selama pengawasan dilakukan secara ketat dan terbuka.

Penghentian sementara ini akan berlangsung hingga proses verifikasi lapangan yang dilakukan pemerintah rampung. Seluruh dokumen dan data yang diperlukan akan disiapkan oleh perusahaan untuk mendukung proses tersebut.

Langkah yang diambil pemerintah mencerminkan meningkatnya perhatian terhadap aspek keberlanjutan dan akuntabilitas di sektor tambang. Keputusan ini juga menjadi pengingat bahwa tata kelola industri ekstraktif di kawasan sensitif seperti Raja Ampat harus dilaksanakan dengan standar tertinggi, baik secara lingkungan maupun sosial.(*)