KABARBURSA.COM – Indonesian Business Council (IBC) menyelesaikan kunjungan strategis ke Amerika Serikat yang bertepatan dengan momentum New York Climate Week 2025.
Melalui berbagai rangkaian dialog dan pertemuan yang digelar, IBC menempatkan potensi Indonesia dalam pasar karbon dan transisi energi di sorotan global. Langkah ini sekaligus menegaskan posisi Indonesia sebagai pemain kunci dalam mitigasi perubahan iklim dunia, terutama melalui pemanfaatan potensi alam dan sumber daya yang luar biasa.
Ketua Dewan Pengawas IBC, Arsjad Rasjid mengatakan kunjungan ini merupakan salah satu upaya dalam memperkuat posisi Indonesia di pasar karbon global, mendorong arus investasi hijau, serta memposisikan investasi iklim yang adil dan inklusif.
“Saatnya Indonesia naik kelas di pasar karbon. Kita tidak hanya hadir sebagai pemasok carbon credit berkualitas, tetapi juga sebagai pembuat aturan yang mendorong standar pembiayaan dan kemitraan yang lebih adil,” ujar dia dalam keterangannya, Kamis, 2 Oktober 2025.
Arsjad menyebut investor global saat ini mencari kepastian kebijakan, kualitas carbon credit yang terverifikasi, dan kecepatan eksekusi.
"Tiga hal yang perlu kita pastikan berjalan serentak agar Indonesia menjadi price-maker di kawasan,” kata Arsjad menegaskan arah IBC dalam penguatan pasar.
Sejalan dengan meningkatnya kepercayaan pasar, IDXCarbon hingga Agustus 2025 mencatat perdagangan lebih dari 1,59 juta ton CO₂e dengan nilai hampir Rp78 miliar.
Di New York, IBC juga memfasilitasi diskusi “Science, People and Innovation in Nature-based Solutions as an Emerging Industry and Economic Transformation.” Diskusi ini menekankan pentingnya keekonomian energi hijau di tengah tren power-shoring serta peluang ekonomi biru yang bertumpu pada ekosistem lokal.
Diskusi juga menyoroti kebutuhan traceability komoditas pertanian, fokus Amerika Serikat pada infrastruktur air–transportasi–penerbangan, dan pemanfaatan AI serta analitik data dalam pengelolaan limbah dan material baru.
“Dengan cadangan mineral kritis dan potensi ekonomi sirkular, Indonesia berpeluang menarik investasi berkelanjutan sekaligus menghadirkan solusi nyata untuk target iklim. Keberhasilan ditentukan oleh mobilisasi modal, dukungan kebijakan, serta inovasi yang inklusif bagi seluruh pemangku kepentingan,” tutupnya.(*)