Logo
>

Jurus Pertamina Buat UMKM Naik Kelas dan Makin Mandiri

Lewat program pembinaan dan UMK Academy, Pertamina dorong pelaku UMKM lebih mandiri, profesional, dan berdaya saing global.

Ditulis oleh Harun Rasyid
Jurus Pertamina Buat UMKM Naik Kelas dan Makin Mandiri
Andalkan program pembinaan dan UMK Academy, Pertamina dorong pelaku UMKM lebih profesional hingga berdaya saing kelas dunia. Foto: dok. Pertamina

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Komitmen PT Pertamina (Persero) guna memperkuat ekonomi kerakyatan melalui dukungan bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) terus menunjukkan dampak positif.

    Tak hanya meningkatkan omzet, aksi Pertamina untuk mengembangkan bisnis para pelaku UMKM juga dapat membuka lapangan kerja baru, hingga menggerakkan ekonomi masyarakat di sekitar wilayah usahanya.

    Salah satu kisah sukses datang dari Inge Arina, pemilik Java Criollo yang merupakan UMKM mitra binaan Pertamina yang bergerak di bisnis olahan cokelat lokal.

    Inge kemudian bercerita bahwa pelatihan dan pendampingan usaha dari Pertamina menjadi kunci berkembangnya bisnis Java Criollo, hingga dikenal lebih luas.

    “Harapannya, kami bisa membantu lebih banyak orang di desa sekitar Java Criollo. Petani jadi lebih sejahtera, kelompok wanita tani juga bisa ikut berdaya, sehingga manfaatnya meluas,” ujar Inge lewat keterangan resmi Pertamina, Minggu 26 Oktober 2025.

    Berikutnya, cerita sukses juga datang dari Sri Wahyuni selaku pemilik usaha Sambal Ning Niniek, yang juga menjadi bagian dari program UMKM binaan Pertamina.

    Ia menilai, dukungan yang diberikan Pertamina sangat berarti bagi pelaku usaha kecil untuk naik kelas.

    “Pertamina support-nya luar biasa. Dari nol hingga kini produk kami bisa dipasarkan lebih luas lagi,” ungkap Sri.

    Sri lalu berharap, dukungan ini terus berlanjut agar jangkauan pasar makin besar dan bisa membuka lebih banyak lapangan kerja bagi warga sekitar.

    Sementara itu, Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero), Fadjar Djoko Santoso mengatakan, program pengembangan UMKM binaan Pertamina dirancang agar memberikan manfaat nyata sekaligus berkelanjutan.

    Salah satu di antaranya adalah program UMK Academy. Program ini berfokus membentuk manajemen UMKM profesional, meningkatkan kualitas produk, sampai memberi pendampingan pemasaran.

    “Melalui beragam program pendampingan UMKM, Pertamina berupaya ikut mendorong peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat,” jelas Fadjar.

    Java Criollo, contoh sukses UMKM binaan Pertamina yang mampu naik kelas lewat pelatihan, pendampingan, dan akses pasar. Foto: dok. Pertamina

     

    Sebagai perusahaan energi nasional yang juga pemimpin dalam transisi energi, Pertamina berkomitmen mendukung target Net Zero Emission 2060 dengan mengedepankan program-program berbasis keberlanjutan.

    Seluruh inisiatif tersebut sejalan dengan penerapan prinsip Environmental, Social & Governance (ESG) dan kontribusi terhadap Sustainable Development Goals (SDGs) di setiap lini bisnisnya.

    Pertamina Kejar Swasembada Energi dan Ekonomi Hijau Lewat Ekosistem SAF

    Pertamina mempertegas langkahnya dalam transisi energi nasional dengan mengembangkan Sustainable Aviation Fuel (SAF).

    SAF yang dikembangkan Pertamina merupakan bahan bakar ramah lingkungan yang diperuntukkan untuk pesawat terbang.

    Langkah ini sekaligus menandai ambisi Pertamina demi menjadikan Indonesia sebagai pusat pasokan bahan bakar penerbangan berkelanjutan di Asia Tenggara.

    Komitmen tersebut disampaikan Direktur Transformasi dan Keberlanjutan Bisnis Pertamina, Agung Wicaksono dalam ajang 15th International Sustainability & Carbon Certification (ISCC) Regional Stakeholder Meeting Southeast Asia di Jakarta, Kamis 23 Oktober 2025.

    “Peluang pengembangan SAF ini berawal dari visi Presiden kita, Presiden Prabowo Subianto, yang tertuang dalam ASTA CITA, delapan prinsip dasar pembangunan nasional,” ujar Agung lewat keterangan resmi, Jumat 24 Oktober 2025.

    Dalam paparannya berjudul Advancing Indonesia’s Sustainability Commitment through Pertamina’s Sustainable Aviation Fuel Ecosystem, Agung menegaskan bahwa pengembangan SAF bukan sekadar proyek bisnis, melainkan kontribusi Pertamina terhadap visi nasional menuju ekonomi hijau dan swasembada energi.

    Ia menjelaskan, arah kebijakan itu sejalan dengan Strategi Pertumbuhan Ganda Pertamina, yang menyeimbangkan bisnis energi konvensional seperti hulu migas, kilang, dan ritel bahan bakar dengan pengembangan bisnis rendah karbon di masa depan.

    “Pada satu sisi, Pertamina tetap mengembangkan bisnis warisan seperti sektor hulu migas, kilang, dan ritel bahan bakar sebagai sumber bisnis utama. Sedangkan pada sisi lain, kami membangun bisnis rendah karbon untuk memastikan keberlanjutan energi di masa depan,” jelas Agung.

    Ekosistem SAF: Dari Jelantah Jadi Energi Penerbangan

    Pertamina kini memusatkan perhatian pada pembangunan ekosistem biofuel terintegrasi, mencakup produksi SAF, pengembangan energi panas bumi (geothermal), serta penerapan teknologi Carbon Capture and Storage (CCS) untuk mendukung target nasional Net Zero Emission (NZE).

    Indonesia disebut memiliki potensi besar dalam pengembangan SAF karena ketersediaan bahan baku melimpah, khususnya dari minyak jelantah (Used Cooking Oil/UCO).

    Pertamina telah membangun rantai ekosistem lengkap mulai dari pengumpulan UCO hingga pengolahan dan pemanfaatannya sebagai bahan bakar pesawat.

    Dalam ekosistem ini, Subholding Kilang Pertamina International (KPI) berperan mengolah minyak jelantah menjadi SAF melalui fasilitas co-processing.

    Pertamina Patra Niaga menangani distribusi bahan bakar, sementara Pelita Air Service, maskapai milik Pertamina, menjadi pengguna langsung SAF dalam operasional penerbangan.

    “Dengan demikian, kami memiliki rantai ekosistem lengkap. Mulai dari pengumpulan minyak jelantah hingga produksi SAF, lalu penggunaannya dalam penerbangan. Suplai UCO berpotensi meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan dari kawasan, Eropa, dan Amerika Serikat,” papar Agung.

    Kilang Cilacap dan Plaju Jadi Basis Produksi SAF

    Pertamina juga memperluas kapasitas produksi SAF di dua lokasi strategis, yaitu Kilang Cilacap dan Kilang Plaju. Kilang Cilacap saat ini mampu memproduksi sekitar 238 ribu kiloliter SAF per tahun dengan teknologi co-processing yang memanfaatkan 2,4% bahan baku UCO. Produksi ini akan terus meningkat seiring penambahan fasilitas baru.

    Langkah ini memperkuat posisi Pertamina sebagai pemain utama dalam energi berkelanjutan kawasan. SAF disebut mampu mengurangi hingga 84 persen emisi karbon dari aktivitas penerbangan internasional. 

    Dengan kemampuan tersebut, SAF menjadi inovasi kunci dalam upaya dekarbonisasi sektor transportasi udara.

    “Keberhasilan pengembangan SAF merupakan bukti nyata bahwa ekonomi sirkular dapat berjalan di Indonesia dan Asia Tenggara. Dampaknya, SAF dapat mengurangi hingga 84 persen emisi karbon dari penerbangan internasional. Kami berharap dapat terus bekerja sama untuk mengembangkan SAF bagi Indonesia dan dunia,” tutup Agung. (info-bks/*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Harun Rasyid

    Harun Rasyid adalah jurnalis KabarBursa.com yang fokus pada liputan pasar modal, sektor komersial, dan industri otomotif. Berbekal pengalaman peliputan ekonomi dan bisnis, ia mengolah data dan regulasi menjadi laporan faktual yang mendukung pengambilan keputusan pelaku pasar dan investor. Gaya penulisan lugas, berbasis riset, dan memenuhi standar etika jurnalistik.