KABARBURSA.COM - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan komitmen pemerintah mendorong transformasi menuju industri hijau. Dalam Rapat Kerja bersama Komisi VII DPR RI di Jakarta, Rabu, 3 September 2025, Agus menyampaikan target penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 6,79 juta ton CO₂ equivalent pada 2026.
Menurut Agus, langkah tersebut menjadi bagian dari arah kebijakan dan program prioritas Kementerian Perindustrian tahun depan. Upaya ini berjalan seiring dengan sasaran pertumbuhan industri pengolahan nonmigas sebesar 6,52 persen, kontribusi 18,66 persen terhadap PDB, serta ekspor 74,85 persen dari total nasional.
“Target ini mencerminkan tekad pemerintah menjadikan industri sebagai penggerak utama perekonomian nasional. Pertumbuhan industri tidak hanya diarahkan untuk memperkuat struktur ekonomi, tetapi juga untuk memberikan manfaat langsung bagi masyarakat melalui penciptaan lapangan kerja, peningkatan ekspor, serta penguatan daya saing,” ujar Agus dalam keterangan tertulis, dikutip Kamis, 4 September 2025.
Sekadar informasi, berdasarkan data Badan Pusat Statistik, sektor manufaktur menghasilkan sekitar 297,2 juta ton CO₂ pada 2023. Dengan demikian, target penurunan emisi sebesar 6,79 juta ton CO₂ eq pada 2026 diprakirakan dapat memangkas antara 2-3 persen dari total emisi industri saat ini.
Sementara menurut perhitungan World Bank, sektor industri menyumbang 34 persen dari total emisi nasional (674,5 juta ton CO₂e). Sementara itu berdasarkan data Climate TRACE pada awal 2025 menunjukkan adanya penurunan emisi secara bertahap (–0,32 persen pada Januari dan –0,72 persen pada Februari).
Dorong Efisiensi Energi
Lebih jauh, saat ini Kemenperin menyiapkan sejumlah program prioritas untuk mendukung agenda tersebut. Implementasi industri hijau ditempatkan sebagai fokus utama, dengan mendorong efisiensi energi, penerapan teknologi bersih, serta prinsip keberlanjutan dalam proses produksi.
Selain itu, program meliputi restrukturisasi mesin dan teknologi, penguatan vokasi untuk SDM kompeten, serta pengembangan industri halal dan pemanfaatan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).
Agus menambahkan, resiliensi sektor manufaktur telah terbukti menghadapi berbagai dinamika. Hal itu, menurutnya, menjadi dasar optimisme percepatan pertumbuhan industri ke depan. “Manufaktur kita mempunyai resiliensi yang tinggi. Walaupun dihadapkan dengan berbagai dinamika dan tantangan, resiliensi industri sudah terbukti dan ini menjadi dasar optimisme bagi percepatan pertumbuhan,” ucapnya.
Ia juga menekankan bahwa pasar ekspor masih menjadi kekuatan utama produk manufaktur Indonesia. “Yang kuat dari produk manufaktur kita adalah pasar ekspor, yang terus-menerus menunjukkan peningkatan. Hal ini menjadi baseline dan dasar optimisme bagi peluang usaha nasional,” imbuhnya.
Seluruh program Kemenperin dirancang sejalan dengan agenda pembangunan nasional dan ASTA CITA Presiden Prabowo Subianto. Agus menegaskan, dukungan DPR RI akan sangat menentukan agar strategi pembangunan industri 2026 dapat terlaksana optimal, sekaligus menjadi pijakan menuju visi Indonesia Emas 2045.(*)