KABARBURSA.COM - Menteri Pekerjaan Umum, Dody Hanggodo, mengungkapkan rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terapung di Bendungan Sutami atau Waduk Karangkates, Kabupaten Malang, Jawa Timur, kini tengah dibahas.
Pernyataan tersebut disampaikan Dody usai melakukan tinjauan terhadap kondisi bendungan. Seperti pernyataannya di Jakarta, dikutip Kamis 21 November 2024.
"Proyek PLTS ini sedang dalam pembicaraan bersama PLN, yang diwakili oleh Nusantara Power," jelasnya.
Proyek tersebut telah dimasukkan ke dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN, yang menurut Dody memastikan keberlanjutan dan pelaksanaan proyek dalam waktu dekat.
"Itu sudah masuk RUPTL, jadi pasti aman. Eksekusinya tinggal tunggu waktu saja," tambahnya.
Dody menegaskan bahwa PLTS terapung ini dirancang untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya air yang melimpah di lokasi tersebut. Selain itu, proyek ini juga menjadi langkah strategis dalam mendorong kemandirian energi di Indonesia.
Menurutnya, PLTS terapung di Bendungan Sutami memiliki potensi besar dalam menghasilkan energi listrik.
"Produksinya bisa mencapai sekitar 100 megawatt, hampir setara dengan PLTA yang menghasilkan 105 megawatt. Investasinya juga cukup besar, sekitar Rp1,4 triliun," ujarnya.
Transisi Energi Menuju
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Ground-Mounted 100 MWp yang berlokasi di Purwakarta, Jawa Barat. Adapun PLTS ground-mounted menjadi yang terbesar di Indonesia dengan muatan simbol sejarah baru dalam upaya transisi energi menuju masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan.
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jisman Hutajulu menuturkan, peresmian PLTS menjadi bukti nyata bahwa Indonesia memiliki potensi dalam mengembangkan energi surya.
“Peresmian PLTS Ground-Mounted 100 MWp ini merupakan bukti nyata bahwa Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan energi surya,” ujar Jisman Dalam keterangannya, Jum’at, 30 Agustus 2024.
Jisman menuturkan, pemerintah terus mendorong pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan dengan mengedepankan prinsip berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan. Adapun hal itu bertujuan untuk menjamin kebutuhan tenaga listrik nasional dalam jumlah yang cukup, berkualitas dengan harga yang wajar.
“Indonesia memiliki potensi energi surya yang luar biasa, mencapai 3.295 GW. Namun, hingga saat ini, kita baru memanfaatkan sekitar 270 MW,” ungkap Jisman.
Potensi tersebut, kata Jisman, memberikan peluang bagi Indonesia sebagai pemimpin dalam transisi energi di tingkat regional dan global. Meski begitu, dia menegaskan perlu optimalisasi dalam perencanaan penyediaan tenaga listrik yang lebih bersih dan tetap andal.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo menyampaikan Proyek PLTS Ground- Mounted 100 MWp dapat diselesaikan hanya dengan waktu 7 bulan. Hal ini merupakan bentuk kolaborasi dari berbagai pihak dengan satu tujuan yaitu mengakselerasi transisi energi di Indonesia menuju Net Zero Emission (NZE).
“PLN tidak bisa sendiri dalam menghadapi tantangan-tantangan ke depan dalam memenuhi kebutuhan energi khususnya percepatan penggunaan energi hijau,” ujar Darmawan.
Potensi Energi Surya
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama PT. Aruna Hijau Power, Adi Dharmanto selaku pengembang mengatakan, dengan memanfaatkan potensi energi surya yang ada di Purwakarta ini, PLTS Ground-Mounted 100 MWp dengan 160.000 panel PV dapat menghasilkan energi sebesar 150 GWh per tahun.
“Hal ini setara dengan pengurangan emisi karbon sebesar 118.725 ton CO2,” kata Adi.
Untuk diketahui, proyek pembangunan PLTS ground-mounted berkapasitas 100 MWp ini, PT Aruna Cahaya Pratama (Aruna PV) melakukan kerja sama dengan PT PLN (Persero) sebagai pemasok listrik Tata Jabar Sejahtera (TJS) dan PLN Batam, serta PT Besland Pertiwi sebagai pemilik lahan proyek.
Kerja sama antara PLN Batam dan PT Aruna Cahaya Pratama ini menggunakan entitas PT Aruna Hijau Power (AHP), dengan kepemilikan saham PT Aruna sebanyak 80 persen dan PT PLN Batam sebanyak 20 persen Saham Investasi
Proyek pembangunan PLTS ini menggunakan 160.000 modul panel surya dengan kapasitas masing-masing modul 630 Wp, yang mana penggunaan PV modul dengan kapasitas tersebut merupakan yang pertama di Indonesia. Selain itu, PV modul yang digunakan menggunakan teknologi bifacial yang dapat meningkatkan efisiensi dari PV modul tersebut.
Total inverter yang digunakan berjumlah 240 unit. PV modul tersebut dipasang di 5 lokasi berbeda dengan total luas lahan mencapai 80 hektar lebih yang menjadikan pembangunan PLTS ini merupakan yang terbesar di indonesia.(*)