Logo
>

Minyak Mentah Melonjak, China Perpanjang Aksi Penimbunan Energi Strategis

Minyak mentah Brent melesat naik 53 sen atau 0,8 persen, mencapai level USD66,55 per barel

Ditulis oleh Pramirvan Datu
Minyak Mentah Melonjak, China Perpanjang Aksi Penimbunan Energi Strategis
Harga minyak mentah dunia kembali menunjukkan penguatan pada perdagangan Selasa, dipicu oleh keputusan OPEC+

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Harga minyak mentah dunia kembali menunjukkan penguatan pada perdagangan Selasa, dipicu oleh keputusan OPEC+ yang menaikkan produksi dengan volume lebih rendah dari perkiraan pasar. Ditambah lagi, ekspektasi berkelanjutan atas aksi penimbunan (stokpile) minyak oleh Tiongkok, serta kekhawatiran yang membayangi potensi sanksi baru terhadap Rusia, turut menjadi katalis penguatan ini.

    Minyak mentah Brent melesat naik 53 sen atau 0,8 persen, mencapai level USD66,55 per barel pada pukul 12.00 GMT. Sementara itu, minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) melonjak 54 sen atau 0,9 persen ke angka USD62,80 per barel.

    Delapan anggota utama Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) beserta sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, pada Minggu lalu menyepakati penambahan produksi mulai Oktober sebesar 137.000 barel per hari (bph). Namun, angka tersebut jauh lebih kecil dibandingkan lonjakan produksi pada Agustus dan September yang mencapai sekitar 550.000 bph per bulan.

    Menurut Ole Hansen, analis dari Saxo Bank, harga minyak tetap solid karena spekulasi bahwa peningkatan produksi aktual bakal jauh di bawah angka resmi. Selain itu, Tiongkok terus melakukan pembelian sekitar 500.000 bph untuk menambah stokpile strategisnya, menambah tekanan penyerapan kelebihan pasokan global sepanjang tahun ini.

    Aksi penimbunan minyak oleh China menjadi variabel krusial yang membantu menyeimbangkan pasar, terutama di tengah ketidakpastian geopolitik dan perlambatan produksi tambahan dari OPEC+. Chief Strategist dari perusahaan perdagangan komoditas Gunvor memperkirakan tren ini akan terus berlanjut dengan kecepatan serupa hingga tahun 2026.

    Di sisi lain, keterbatasan kapasitas cadangan produksi (spare capacity) OPEC+ turut memperkokoh harga minyak. Analis UBS, Giovanni Staunovo, menegaskan bahwa cadangan produksi yang semakin mengecil membatasi kemampuan OPEC+ dalam merespons gangguan pasokan mendadak.

    Ia memprediksi realisasi penambahan pasokan pada Oktober kemungkinan hanya akan berada di kisaran 60.000–70.000 bph, lebih rendah dari target yang ditetapkan, menegaskan keterbatasan ruang produksi yang dimiliki OPEC+.

    Dukungan lain datang dari kekhawatiran pasar terkait potensi sanksi baru terhadap Rusia. Ketegangan meningkat setelah serangan udara terbesar Rusia ke Ukraina yang menghanguskan sebuah gedung pemerintahan di Kyiv.

    Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengisyaratkan kesiapan untuk melanjutkan ke fase kedua pembatasan. Sanksi tambahan ini diperkirakan bakal semakin mengurangi pasokan minyak Rusia ke pasar global, yang pada akhirnya dapat memperketat suplai dan menekan harga ke level lebih tinggi.

    Tak hanya itu, perhatian pasar juga tertuju pada pertemuan Federal Reserve (The Fed) pekan depan. Ekspektasi penurunan suku bunga oleh bank sentral AS diperkirakan akan menurunkan biaya pinjaman konsumen, mendorong pertumbuhan ekonomi, sekaligus mengerek permintaan energi, termasuk minyak.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Pramirvan Datu

    Pram panggilan akrabnya, jurnalis sudah terverifikasi dewan pers. Mengawali karirnya sejak tahun 2012 silam. Berkecimpung pewarta keuangan, perbankan, ekonomi makro dan mikro serta pasar modal.