KABARBURSA.COM – Berdasarkan laporan terbaru S&P Global, Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia naik ke level 51,2 pada Oktober 2025, dari posisi 50,4 pada bulan sebelumnya. Angka di atas 50 menandakan ekspansi, sekaligus menegaskan keberlanjutan momentum positif sejak Agustus tahun ini.
Hal ini menunjukkan sektor manufaktur Indonesia menunjukkan perubahan arah pertumbuhan yang semakin bergantung pada kekuatan permintaan domestik dan belanja pemerintah.
Pergeseran ini tercermin dari meningkatnya pesanan baru di pasar dalam negeri yang mendorong ekspansi aktivitas industri pengolahan selama tiga bulan berturut-turut.
Peningkatan aktivitas produksi tersebut utamanya disokong oleh permintaan domestik yang terus menguat. Stabilnya konsumsi rumah tangga, kebijakan stimulus fiskal, serta pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pemerintah yang berorientasi pada produk dalam negeri menjadi faktor utama yang menopang kinerja manufaktur nasional.
“Tren ekspansi manufaktur yang konsisten menjadi sinyal bahwa perekonomian nasional berada pada jalur pertumbuhan yang semakin kuat. Ke depan, kami percaya peningkatan permintaan domestik dan kestabilan harga akan menjadi fondasi berharga untuk mempertahankan momentum pertumbuhan,” tutur Juru Bicara Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Haryo Limanseto dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin, 4 November 2025.
Kondisi pasar tenaga kerja juga memperlihatkan dampak positif dari penguatan permintaan dalam negeri. Aktivitas industri yang meningkat mendorong kebutuhan tenaga kerja baru, menandakan pelaku usaha mulai menambah kapasitas produksi untuk mengantisipasi lonjakan permintaan di kuartal IV-2025.
Meski tren ekspansi terjaga, tantangan tetap dihadapi industri. Kenaikan harga bahan baku menyebabkan peningkatan biaya input, namun sebagian besar pelaku usaha dilaporkan mampu beradaptasi dan menyesuaikan harga produk secara terukur untuk menjaga daya beli masyarakat.
Pemerintah menilai tren pertumbuhan berbasis konsumsi domestik ini penting untuk menjaga stabilitas ekonomi di tengah ketidakpastian global. Dengan tingkat inflasi nasional sebesar 2,86 persen (yoy) pada Oktober 2025 dan inflasi bulanan 0,28 persen (mtm), kondisi harga yang terkendali memberikan ruang bagi kebijakan fiskal dan moneter untuk terus mendukung sektor riil.
Stabilitas harga juga memperkuat daya beli masyarakat, yang kini menjadi motor utama pertumbuhan manufaktur nasional. Dengan dukungan kebijakan yang konsisten dan penguatan pasar dalam negeri, sektor industri diharapkan dapat mempertahankan momentum ekspansi menuju akhir tahun 2025.(*)