KABARBURSA.COM - Jika berkunjung ke Kota Batu, Jawa Timur, Pecel Ndoweh menjadi salah satu kuliner yang banyak diburu wisatawan. Seporsi nasi pecel lengkap dengan bumbu kacang khas serta aneka lauk pendamping disajikan sederhana. Namun, rasa autentiknya membuat lidah tak berhenti dimanjakan.
Pemilik Pecel Ndoweh, Dwi Rinawati (53), bercerita bahwa resep bumbu pecel yang ia gunakan merupakan warisan keluarga. Sejak kecil, ia terbiasa melihat kakek-neneknya mengelola warung di kampung halaman Madiun. Pengalaman itu ia bawa saat merintis usaha pecel rumahan di Kota Batu.
"Awalnya, ya di depan sini pakai meja, sama juga jualan untuk latihan sepak bola di lapangan. Kan anak saya itu melatih, sekalian kita bawa jualan di mobil," ujar Rinawati saat ditemui di warungnya di Desa Binangun, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu Malang, dikutip Selasa, 2 September 2025.
Pecel Ndoweh disajikan dengan wadah piring bambu yang dialasi daun pisang. Dengan harga Rp8 ribu, pengunjung sudah bisa menikmati seporsi nasi pecel lengkap dengan peyek, acar, mendoan, orek tempe, dan srundeng. Lauk tambahan seperti telur dadar, ayam, hingga sarang tawon juga tersedia dengan harga tambahan. "Banyak orang yang suka dan diterima masyarakat sini," tegasnya.
Warung ini mulai dirintis pada awal 2021, tepat ketika pandemi Covid-19 membuat bisnis keluarga terhenti. Anak dan menantu Rinawati yang sebelumnya bekerja di sektor pariwisata terpaksa berhenti bekerja.
Kondisi itu membuat keluarga harus mencari jalan usaha baru. Dengan modal terbatas, mereka menggelar warung pecel sederhana di teras rumah tanpa papan nama, namun ditata rapi agar menarik pelanggan.
Dari sana, usaha kecil itu perlahan berkembang. Awalnya hanya melayani pesanan satu dua bungkus yang diantar ke rumah pelanggan, termasuk untuk warga yang sedang menjalani karantina. Rinawati juga mulai menjual sambal pecel kemasan yang dititipkan ke warung-warung sekitar.
Suatu ketika, putrinya mendapat informasi dari seorang teman yang bekerja di Dinas Perdagangan Kota Batu tentang program bantuan usaha. Ia kemudian mengajukan permohonan dan terpilih sebagai penerima bantuan dari BRI.
“Bantuan senilai Rp2,4 juta itu kemudian direalisasikan dalam bentuk mesin penggilingan bumbu pecel, sesuai dengan peruntukannya untuk mendukung usaha kuliner. Dengan adanya mesin tersebut, produksi sambel pecel milik Rinawati meningkat, sehingga dapat memenuhi kebutuhan warung sekaligus permintaan dari luar,” ungkapnya.
Seiring meningkatnya pesanan, produksi sambal pecel juga semakin besar. Rinawati bahkan pernah mengirimkan produknya hingga ke Kalimantan, Sulawesi, dan Bali. Selain bantuan peralatan, ia juga memperoleh akses pendanaan Ultra Mikro (UMi) dari BRI untuk memperluas usahanya.
Kini, ia mengaku merasakan banyak manfaat dari program pendanaan tersebut. Usahanya berkembang hingga mampu membangun warung permanen. Pecel Ndoweh pun kini dikenal luas dan menjadi salah satu rekomendasi kuliner lokal di Kota Batu.
Pada kesempatan terpisah, Direktur Mikro BRI Akhmad Purwakajaya menilai kisah Rinawati mencerminkan komitmen bank dalam mendukung pelaku usaha ultra mikro, tidak hanya melalui pembiayaan, tetapi juga pendampingan.
“Kisah usaha ini menjadi contoh bahwa pemberdayaan oleh BRI itu ternyata tidak cukup dikasih pinjaman/kredit saja. Yang paling penting, dua hal yaitu dikasih kredit dan diberikan pemberdayaan untuk terus berkembang. Semoga bisa menjadi kisah inspiratif yang dapat ditiru oleh pelaku usaha lainnya,” katanya.(*)