Logo
>

Laba Bersih AADI Tumbuh Tipis, Valuasi Murah dan Menarik?

PT Adaro Andalan Indonesia Tbk memperoleh kenaikan laba bersih,namun keuangan mengalami punurunan 10 persen karena harga batu bara global.

Ditulis oleh Desty Luthfiani
Laba Bersih AADI Tumbuh Tipis, Valuasi Murah dan Menarik?
Gedung Adaro di Kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan. (Foto: Kabarbursa/Abbas Sandji)

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - PT Adaro Andalan Indonesia Tbk atau AADI mengumumkan kinerja keuangan konsolidasi untuk tahun keuangan yang berakhir pada 31 Desember 2024 kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Keuangan mengalami penurunan sebesar 10 persen, namun laba bersih capai USD1,21 miliar.

    Presiden Direktur dan Chief Executive Officer AAI, Julius Aslan, menyatakan bahwa perusahaan berhasil mencatatkan pencapaian positif di tengah melemahnya harga batu bara global. 

    "Kami senang karena dapat melaporkan kinerja yang memuaskan. Produksi, maupun penjualan. Penurunan EBITDA operasional pada FY24 terutama diakibatkan melemahnya harga batu bara dunia," kata Julius melalui keterangan tertulisnya pada Rabu, 5 Maret 2025.

    Melemahnya harga batu bara itu dijelaskan sebagai suatu kondisi yang tidak dapat mereka kendalikan. "Karena batu bara adalah komoditas yang bergerak mengikuti siklus. Namun, rekam jejak kami yang solid dalam mengarungi siklus batu bara adalah bukti resiliensi serta keahlian kami di sektor ini," ujar Julius .

    Dia juga memaparkan data AADI mencatat laba inti sebesar USD1,044 miliar dengan EBITDA operasional mencapai USD1,315 miliar pada tahun 2024. Margin EBITDA operasional tercatat sebesar 25 persen, menunjukkan efisiensi yang terus dijaga oleh perusahaan.

    Volume penjualan AADI mengalami kenaikan 7 persen menjadi 68,06 juta ton, yang terdiri dari 65,85 juta ton batu bara termal dan 2,21 juta ton batu bara metalurgi. 

    Capaian itu dinilai melampaui target volume penjualan batu bara termal yang sebelumnya ditetapkan di kisaran 61 hingga 62 juta ton. 

    Namun, seiring dengan tren pelemahan harga batu bara, pendapatan perusahaan turun 10 persen menjadi USD5,32 miliar akibat penurunan 17 persen pada harga jual rata-rata (ASP).

    Sebagai bagian dari strategi ekspansi, belanja modal (capex) AADI meningkat 36 persen menjadi USD370 juta. Investasi ini difokuskan pada pengembangan PT Kaltara Power Indonesia (KPI), pengadaan tongkang untuk PT Adaro Logistics beserta anak perusahaannya, serta sarana pendukung di rantai pasokan perusahaan.

    AADI mencatatkan laba bersih sebesar USD1,21 miliar sepanjang tahun fiskal 2024. Meskipun hasil tersebut sedikit di bawah proyeksi Stockbit Sekuritas 94,8 persen dari estimasi, capaian ini masih sejalan dengan ekspektasi konsensus, yakni 98,3 persen dari perkiraan pasar.  

    AADI Bergantung pada Harga Batu Bara Global

    Investment Analyst Stockbit, Hendriko Gani, menjelaskan bahwa pertumbuhan laba bersih AADI didorong oleh lonjakan pendapatan lain-lain yang meningkat sekitar 30 kali lipat menjadi USD339 juta. Selain itu, faktor penurunan pajak penghasilan sebesar 22,2 persen secara tahunan (yoy) juga berkontribusi terhadap perolehan laba perusahaan.  

    "Dari sisi operasional, pendapatan AADI mengalami penurunan 10,1 persen yoy selama FY24, terutama akibat tekanan pada harga jual rata-rata (ASP) batu bara yang turun 16,5 persen yoy. Sementara itu, volume penjualan justru naik 7,4 persen yoy," ungkap Hendriko dalam keterangan tertulis pada Rabu, 5 Maret 2025.

    Ia menambahkan bahwa meskipun beban pokok pendapatan AADI turun 8 persen yoy, margin laba kotor perusahaan menyusut ke level 27,6 persen dari 29,2 persen pada FY23.

    Memasuki FY25, AADI menargetkan volume penjualan batu bara sebesar 65 sampai 67 juta ton, atau lebih rendah 1,6 hingga 4,5 persen dibandingkan dengan realisasi FY24. Perusahaan juga menetapkan target stripping ratio sebesar 4,3x, sedikit lebih rendah dari 4,4x pada tahun sebelumnya.  

    Salah satu faktor utama yang menopang kenaikan laba AADI adalah keuntungan dari pelepasan investasi pada entitas asosiasi. Pada 20 Juni 2024, AADI menjual seluruh kepemilikannya di PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) dengan nilai transaksi mencapai USD510,3 juta.  

    "Transaksi ini menghasilkan keuntungan sebesar USD322,9 juta, yang menjadi kontributor utama dalam lonjakan pendapatan lain-lain AADI di FY24," jelas Hendriko.  

    Ke depan, kinerja AADI masih akan sangat bergantung pada dinamika harga batu bara global serta strategi diversifikasi pendapatan perusahaan.

    Sahamnya Masih Menarik?

    Hari ini, saham AADI mencatatkan kenaikan sebesar 2,41 persen atau 150 poin, ditutup di level 6.375 pada pukul 15:01 WIB. Saham AADI dibuka di harga 6.250, dengan harga tertinggi hari ini mencapai 6.650, sementara level terendahnya tetap di 6.250.

    Volume perdagangan hari ini tercatat 18,13 juta lembar saham, masih di bawah rata-rata volume harian sebesar 22,92 juta lembar saham. Nilai transaksi mencapai 117 miliar rupiah, dengan total lot yang diperdagangkan sebanyak 181,35 ribu lot.

    Secara year-to-date (ytd), saham AADI masih mengalami koreksi tajam sebesar 25,07 persen atau turun 2.125 poin, mengindikasikan tekanan jual yang cukup signifikan sepanjang tahun ini. Level batas atas auto rejection (ARA) berada di 7.450, sedangkan batas bawah auto rejection (ARB) di 4.980.

    Dari sisi valuasi, saham AADI saat ini memiliki rasio Price-to-Earnings (PE) annualised sebesar 2.54, yang sama dengan PE ratio trailing twelve months (TTM) di 2.54. Sementara itu, rasio forward PE diproyeksikan lebih tinggi di angka 4.41, yang masih berada di bawah rata-rata PE IHSG TTM (median) sebesar 7.47.

    Dengan Earnings Yield (TTM) sebesar 39.41 persen, saham AADI menawarkan potensi imbal hasil yang menarik dibandingkan dengan valuasi pasar secara keseluruhan. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Desty Luthfiani

    Desty Luthfiani seorang jurnalis muda yang bergabung dengan KabarBursa.com sejak Desember 2024 lalu. Perempuan yang akrab dengan sapaan Desty ini sudah berkecimpung di dunia jurnalistik cukup lama. Dimulai sejak mengenyam pendidikan di salah satu Universitas negeri di Surakarta dengan fokus komunikasi jurnalistik. Perempuan asal Jawa Tengah dulu juga aktif dalam kegiatan organisasi teater kampus, radio kampus dan pers mahasiswa jurusan. Selain itu dia juga sempat mendirikan komunitas peduli budaya dengan konten-konten kebudayaan bernama "Mata Budaya". 

    Karir jurnalisnya dimulai saat Desty menjalani magang pendidikan di Times Indonesia biro Yogyakarta pada 2019-2020. Kemudian dilanjutkan magang pendidikan lagi di media lokal Solopos pada 2020. Dilanjutkan bekerja di beberapa media maenstream yang terverifikasi dewan pers.

    Ia pernah ditempatkan di desk hukum kriminal, ekonomi dan nasional politik. Sekarang fokus penulisan di KabarBursa.com mengulas informasi seputar ekonomi dan pasar modal.

    Motivasi yang diilhami Desty yakni "do anything what i want artinya melakukan segala sesuatu yang disuka. Melakukan segala sesuatu semaksimal mungkin, berpegang teguh pada kebenaran dan menjadi bermanfaat untuk Republik".