KABARBURSA.COM - Saham PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), pengelola jaringan ritel Alfamart, kembali menarik perhatian pelaku pasar setelah pada perdagangan terakhir. Selasa, 30 September 2025, menguat 2,66 persen ke level Rp1.930.
Kenaikan ini tidak berdiri sendiri, melainkan ditopang oleh peningkatan volume beli yang cukup signifikan. Kondisi ini memberi kesan bahwa ada arus masuk dana yang berani mengakumulasi saham ritel terbesar di Indonesia ini di tengah tekanan koreksi beberapa bulan terakhir.
MNC Sekuritas menilai pergerakan AMRT saat ini berada di fase wave iii dari wave (i), sebuah sinyal teknikal yang biasanya menggambarkan awal tren penguatan setelah masa konsolidasi. Dengan rekomendasi buy on weakness di area Rp1.905–Rp1.930, target harga jangka pendek ditetapkan di Rp2.010 dan Rp2.130, sementara stoploss diletakkan di bawah Rp1.855.
Secara teknikal harian, pola ini cukup masuk akal karena AMRT berhasil menjaga level support psikologis Rp1.880 dan mencoba menembus resisten minor di Rp1.980. Jika momentum beli berlanjut, ruang menuju Rp2.130 terbuka lebar sebelum bertemu tantangan lebih besar di area Rp2.300.
Perspektif Fundamental dan Valuasi
Dari sisi fundamental, AMRT masih menunjukkan ketahanan. Konsensus analis memberi rating positif, yaitu 29 menyarankan buy, hanya 1 hold, dan tak ada yang sell.
Target harga rata-rata konsensus berada di Rp2.852—jauh di atas harga saat ini—dengan estimasi tertinggi Rp3.700. Ini berarti potensi kenaikan relatif terhadap harga sekarang mencapai hampir 50 persen.
Secara valuasi, rasio Price to Earnings (PE) AMRT saat ini di level 24,75 kali trailing twelve months (TTM), masih jauh lebih tinggi dibanding median IHSG sebesar 9,12 kali. Namun, untuk sektor ritel konsumer yang padat modal dan berorientasi ekspansi, valuasi premium ini bisa dimaklumi.
Forward PE AMRT yang menurun ke 19,73 kali juga menandakan ada ruang perbaikan kinerja ke depan. Laba bersih diproyeksikan tumbuh dari Rp3,148 triliun (2024) menjadi Rp3,612 triliun (2025), lalu Rp4,198 triliun (2026).
Meski harga saham AMRT terkoreksi lebih dari 30 persen sejak awal tahun, fundamentalnya tidak menunjukkan pelemahan tajam. Arus kas operasi masih positif Rp9,261 triliun TTM, sementara struktur keuangan relatif sehat dengan debt-to-equity ratio hanya 0,11.
Tingkat return on equity (ROE) 19,25 persen menegaskan efisiensi manajemen dalam mengelola modal. Investor ritel besar cenderung menilai ini sebagai momentum diskon harga untuk masuk ke saham defensif dengan basis konsumen yang solid.
Apakah Saatnya Masuk?
Jika dilihat dari kombinasi teknikal dan fundamental, rekomendasi MNC Sekuritas cukup beralasan. Dari sisi teknikal, AMRT masih punya ruang untuk rebound menuju Rp2.010–Rp2.130 dalam jangka pendek, dengan catatan investor disiplin menempatkan stoploss.
Dari sisi fundamental, harga wajar konsensus berada di kisaran Rp2.800–Rp2.900, yang berarti level Rp1.930 saat ini bisa disebut undervalued secara relatif.
Bagi investor jangka pendek, strategi buy on weakness sesuai rekomendasi bisa dijalankan dengan target profit moderat di atas Rp2.000.
Namun, untuk investor jangka menengah-panjang, harga sekarang justru memberi peluang masuk yang menarik, mengingat prospek pertumbuhan laba dan jaringan distribusi Alfamart yang semakin luas di tengah daya beli masyarakat yang perlahan pulih.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.