KABARBURSA.COM - PT Adhi Karya Tbk (ADHI) telah mengamankan kontrak baru sebesar Rp10,2 triliun awal semester II 2024. Nilai kontrak yang diperoleh pada Juli 2024 ini lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya, Mei 2024. sebesar Rp9,4 triliun.
ADHI mendapatkan sejumlah pekerjaan proyek untuk Juli 2024. Rinciannya adalah 50 persen untuk proyek gedung, 32 persen untuk sumber daya air, dan sisanya seperti jalan dan jembatan, properti, manufaktur, serta EPC.
Untuk pendanaannya, ADHI menerima dari dua sumber. Pertama berasal dari pemerintah sebesar 66 persen, swasta sebesar 29 persen, dan sisanya badan usaha milik negara atau BUMN dan lainnya.
Apabila ditinjau dari lini bisnis, perolehan kontrak masih didominasi 92 persen dari lini engineering dan konstruksi, 3 persen property dan hospitality, 5 persen lini manufaktur, dan investasi dan konsesi. Sejatinya, sampai Juni 2024, Adhi Karya berhasil memperoleh beberapa kontrak besar.
Antara lain Jembatan Pulau Balang Bentang Pendek Tahap II, Hunian Pekerja Konstruksi Tahap II, Gedung Istana Wakil Presiden, Gedung dan Sarana Pendukung Asrama Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI).
Adhi Karya merupakan salah satu BUMN bergerak bidang konstruksi. Perseroan merupakan BUMN konstruksi pertama terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Maret 2004. Sejak saat itu, 36 persen saham Adhi Karya dimiliki masyarakat.
ADHI Minta PMN
Namun demikian, pada Senin, 8 Juli 2024 kemarin, ADHI mengusulkan Penyertaan Modal Negara (PMN) dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar Rp2,09 triliun untuk tahun anggaran 2025 yang akan digunakan untuk menyelesaikan dua proyek strategis nasional (PSN).
Direktur Utama Adhi Karya Entus Asnawi Mukhson mengatakan, suntikan tersebut akan dialokasikan untuk penyelesaian jalan tol Solo-Yogyakarta-Kulonprogo sebesar Rp1,92 triliun dan jalan tol Yogyakarta-Bawen sebesar Rp173 miliar.
Entus mengatakan, kebutuhan PMN itu diajukan karena adanya perubahan kondisi pada pembangunan Tol Yogyakarta-Bawen.
Pertama, adanya kenaikan biaya konstruksi dan investasi dari Rp14,2 triliun menjadi berkisar Rp18,3 triliun dalam upaya menjaga cagar budaya seperti Selokan Mataram dan situs-situs penting lainnya.
Kedua, adanya peningkatan saham Adhi Karya dari 12,5 persen menjadi 13,16 persen akibat pemegang saham lainnya tidak melakukan setoran modal pada 2022.
Perubahan kondisi juga terjadi pada pembangunan tol Solo-Yogyakarta-Kulonprogo berupa perubahan saham ADHI dari 24 persen menjadi 47,18 persen.
Pembangunan jalan tol Solo-Yogyakarta-Kulonprogo sepanjang 96,57 km oleh Adhi Karya terbagi ke dalam tiga tahap. Tahap I terdiri dari Kartasura-Purwomartani sepanjang 42,37 km, Purwomartani-Maguwoharjo sepanjang 3,62 km, dan Trihanggo-Junction Sleman sepanjang 3,25 km.
Tahap II menghubungkan Junction Sleman-Purworejo sepanjang 38,5 km, dan Tahap III Maguwoharjo-Trihanggo sepanjang 8,75 km. “Semua pekerjaan ini akan selesai pada 2026,” kata Entus.
Sementara itu, jalan tol Yogyakarta-Bawen sepanjang 74,94 km terdiri dari enam seksi, yakni Sleman-Banyurejo, Banyurejo- Borobudur, Borobudur-Magelang, Magelang-Temanggung, Temanggung-Ambarawa, dan Ambarawa-JC Bawen.
Jalan tol Yogyakarta-Bawen, kata Entus, direncanakan selesai secara keseluruhan pada semester II tahun 2027.
“Dengan adanya PMN, PT Adhi Karya akan mampu mendukung penyelesaian PSN dengan tetap menjaga kesehatan keuangan perusahaan serta meningkatkan kapasitas usaha dan daya saing perusahaan,” ucap Entus.
Kinerja Keuangan ADHI
Pada riwayat terakhir, ADHI sukses membukukan kinerja positif sepanjang 2023. PT Adhi Karya Tbk meraih pendapatan Rp20,07 triliun pada 2023. Pendapatan tumbuh 48,15 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp13,54 triliun.
Perseroan menyatakan, pendapatan tersebut dikontribusikan dari proyek LRT Jabodebek sekitar 20 persen dan Proyek Tol Sigli-Banda Aceh sekitar 10 persen.
Seiring kenaikan pendapatan, PT Adhi Karya Tbk mencatat laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp214,01 miliar pada 2023. Laba tersebut melesat 163,4persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp81,24 miliar.
Beban pokok pendapatan melejit 51 persen menjadi Rp17,7 triliun pada 2023 dari periode sama tahun sebelumnya Rp11,75 triliun. Dengan demikian laba bruto tercatat Rp2,32 triliun pada 2023. Laba itu tumbuh 29,31 persen dari 2022 sebesar Rp1,79 triliun.
Sementara itu, beban usaha naik 20,98 persen menjadi Rp878,80 miliar pada 2023 dari periode sama tahun sebelumnya Rp726,36 miliar. Laba usaha Perseroan naik 34,9 persen menjadi Rp1,44 triliun pada 2023. Pada 2022, Perseroan meraup laba usaha Rp1,06 triliun.
Seiring kinerja tersebut, PT Adhi Karya Tbk mencatat laba per saham dasar naik menjadi Rp25,46 pada 2023 dari periode sama tahun sebelumnya Rp18,59. Ekuitas Perseroan naik 4,5 persen menjadi Rp9,21 triliun pada 2023 dari periode 2022 sebesar Rp8,82 triliun. Sementara itu, liabilitas naik 0,4 persen menjadi Rp31,2 triliun pada 2023 dibandingkan 2022. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.