KABARBURSA.COM - Anak usaha PT Indomobil Sukses International Tbk (IMAS) yakni PT IMG Sejahtera Langgeng (IMGSL) akan mengelola distribusi mobil listrik asal China, yaitu Changan.
Hal tersebut diketahui setelah Direktur Utama Indomobil, Jusak Kertowidjojo mengumumkan jika IMGSL resmi bekerja sama dengan produsen mobil Changan, Mobitech Co Ltd.
"Salah satu anak perusahaan Perseroan, yakni PT IMG Sejahtera Langgeng yang 99,99 persen sahamnya secara efektif dimiliki oleh Perseroan telah menandatangani distribution agreement oleh Mobitech Co Ltd," ujar dia dalam keterbukaan informasi dikutip di Jakarta, Senin, 24 Februari 2025.
Dalam dokumen tersebut, dijelaskan jika IMGSL akan mengelola distribusi kendaraan bermotor atau mobil listrik merek Changan beserta layanan purna jual, termasuk suku cadang dan aksesorinya di Indonesia.
"Penandatanganan dokumen kerja sama dalam bentuk distribusi kendaraan bermotor merek Changan," kata Jusak.
Jusak menegaskan, kolaborasi antara IMGSL dan Mobitech Co Ltd bisa berdampak positif. Menurutnya, kerja sama ini bakal meningkatkan kinerja usaha di Indomobil Group.
"Dengan menambahkan variasi merek kendaraan bermotor yang ditawarkan kepada konsumen," ujarnya.
Kinerja Saham IMAS
Merujuk data perdagangan Stockbit, Senin, 24 Februari 2025, Debt to Equity Ratio (DER) perusahaan yang melantai di Bursa Efek Indonesia pada 1993 silam ini tercatat sebesar 3,44.
Dari sisi solvabilitas, Current Ratio IMAS berada di angka 1,02, sementara Quick Ratio tercatat 0,80. Meskipun rasio lancar masih berada di atas 1, angka ini menunjukkan bahwa likuiditas perusahaan berada dalam batas yang cukup ketat.
Sementara itu, dari segi profitabilitas, IMAS mencatat Return on Assets (ROA) sebesar 0,48 persen dan Return on Equity (ROE) sebesar 2,52 persen.
Laba kotor perusahaan terlihat cukup solid dengan Gross Profit Margin mencapai 19,64 persen, namun Net Profit Margin hanya sebesar 0,57 persen.
Penjualan Mobil Listrik Melonjak di Tengah Krisis Ekonomi Indonesia
Industri otomotif masih belum mampu bangkit dari keterpurukan akibat penurunan daya beli masyarakat dan pelemahan ekonomi. Meski begitu, penjualan mobil listrik di Indonesia menunjukkan performa yang baik.
Pengamat otomotif Yannes Martinus Pasaribu menilai, fokus utama industri otomotif pada tahun 2024, terutama di tengah keterpurukan ekonomi, adalah peningkatan penjualan mobil listrik.
“Penjualan mobil listrik meningkat signifikan, mencapai 51.831 unit dalam 10 bulan pertama,” kata Yannes kepada kabarbursa.com, Kamis, 26 Desember 2024.
Dari jumlah tersebut, terjadi kenaikan sebesar 322 persen penjualan mobil listrik jika dibandingkan tahun sebelumnya. Menurutnya, peningkatan ini tidak terjadi begitu saja, melainkan berkat adanya kolaborasi yang apik antara pemerintah dan para pelaku di industri otomotif.
Peningkatan populasi kendaraan listrik di Indonesia, kata dia, juga dibarengi dengan peningkatan infrastruktur pengisian daya di kota-kota besar di seluruh Indonesia. Selain pembangunan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU), pembangunan pabrik baterai juga kian gencar.
“Pemerintah dan pelaku industri berkolaborasi membangun ekosistem kendaraan listrik di Indonesia, termasuk pengembangan infrastruktur SPKLU dan produksi baterai lokal yang tahun 2025-2030 ini akan berkembang semakin pesat,” ujarnya.
Yannes menuturkan, peningkatan penjualan mobil listrik dan infrastruktur pendukungnya disebabkan karena Battery Electric Vehicle (BEV) telah menjadi primadona baru di Indonesia.
Pesatnya penjualan BEV, kata dia, telah mengundang banyak investor yang masuk untuk menanamkan saham di Indonesia. Terlebih lagi, BEV juga dianggap sebagai kendaraan masa depan sehingga peminatnya terus bertambah.
“Telah banyak sekali para investor yang masuk serta bersiap untuk meningkatkan TKDN-nya hingga tahun 2030 nanti. Tahun 2025-2026 merupakan titk awal percepatan pertumbuhan seluruh ekosistem EV di Indonesia,” jelasnya.
Investor Mulai Masuk
Salah satu investor yang akan masuk ke Indonesia adalah Prime Group. Kolongmerat multinasional dari Timur Tengah tersebut bakal menggandeng V-Green untuk membangun jaringan pengisian kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) VinFast. Tidak tanggung-tanggung, investasi yang masuk sebesar USD1,2 miliar (Rp18,96 triliun).
Dalam kerja sama ini, Prime Group, konglomerat multinasional yang berbasis di Uni Emirat Arab, akan memanfaatkan jaringan globalnya untuk pengadaan pendanaan dan pengembangan infrastruktur.
Sementara itu, V-Green akan bertanggung jawab atas riset pasar, identifikasi lokasi strategis, pembangunan, dan operasional jaringan stasiun pengisian daya guna memenuhi kebutuhan pengguna EV yang terus meningkat di Indonesia.
Chairman Prime Group, Tamer Wagih Salem, melihat Indonesia sebagai pasar yang menjanjikan di Asia Tenggara. Ia optimistis kerja sama ini akan menguntungkan kedua perusahaan dan berkontribusi kepada pertumbuhan pasar EV di Asia Tenggara.
“Kemitraan dengan V-Green ini akan membuka peluang global lainnya, dimulai dari Indonesia, lalu berkembang ke Timur Tengah, Eropa, Inggris, dan Amerika Serikat. Kemitraan ini akan menciptakan manfaat yang luar biasa bagi masyarakat dan komunitas global,” kata Tamer beberapa waktu lalu.
Sementara itu, CEO V-Green, Nguyen Thanh Duong, mengatakan kerja sama dengan Prime Group dapat membuka peluang baru dalam memperluas jaringan pengisian kendaraan listrik global. Menurutnya, kerja sama ini juga akan menciptakan ekosistem kendaraan listrik yang komprehensif dan dapat mengurangi dampak lingkungan serta membenahi kualitas hidup.
“Kolaborasi ini juga akan memberikan manfaat yang signifikan bagi kedua perusahaan, konsumen, serta masyarakat. Bersama VinFast dan GSM, kami berkomitmen untuk mempromosikan kampanye ‘Untuk Masa Depan Hijau’ di Indonesia,” kata Nguyen.
Kedua pihak akan bekerja sama dan membahas lebih lanjut terkait pembangunan 100.000 stasiun pengisian daya EV selama tiga tahun mendatang. Sedangkan pembangunan fasilitas isi daya EV bakal dimulai pada awal 2025. Wilayah yang menjadi prioritas pembangunan fasilitas isi daya VinFast adalah Jakarta, Surabaya, Bali dan sekitarnya.
Wilayah tersebut menjadi fokus pembangunan karena menjadi fokus strategis ekspansi V-Green di pasar Indonesia sekaligus mendukung peningkatan ekosistem kendaraan listrik. Sedangkan untuk ekspansi ke wilayah lain bakal dimulai pada tahap berikutnya.
Sekadar informasi, V-Green didirikan oleh Pham Nhat Vuong, Pendiri VinFast, yang memiliki 90 persen saham. Terpisah dari divisi pengembangan stasiun pengisian daya VinFast, V-Green berfokus pada investasi di seluruh infrastruktur kendaraan listrik. Inisiatif ini sejalan dengan tujuan perusahaan untuk membangun ekosistem ramah lingkungan dan mempercepat transformasi menuju transportasi listrik.
Penandatanganan MoU dengan Prime Group menjadi tonggak penting bagi V-Green sebagai mitra strategis dalam mendukung ekspansi global VinFast. Dengan membangun infrastruktur pengisian daya yang handal, V-Green mempermudah VinFast untuk memasuki pasar Indonesia yang dinamis. (*)