KABARBURSA.COM - Penerimaan pajak terus menurun dalam dua bulan terakhir.
Data Kementerian Keuangan mencatat realisasi penerimaan pajak pada Januari 2024 mencapai Rp 149,25 triliun, menyusut 8 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Hingga Februari 2024, penerimaan pajak mencapai Rp 269,02 triliun, mengalami kontraksi 3,9 persen secara tahunan.
Ekonom dari Center of Reform on Economics (Core), Yusuf Rendy Manilet, mengungkapkan bahwa selain penurunan penerimaan pajak, kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di awal tahun 2024 juga perlu diperhatikan.
Meskipun APBN masih relatif surplus, namun dengan perkiraan tidak banyak perubahan dalam beberapa bulan mendatang, APBN diprediksi akan mengalami defisit dalam waktu dekat.
"APBN diperkirakan akan mulai mengalami defisit di akhir kuartal II atau awal kuartal III," ujar Yusuf, dikutip Rabu 3 April 2024.
Yusuf menambahkan bahwa anggaran yang mengalami defisit akan membutuhkan tambahan pendanaan, mungkin melalui utang. Rancangan APBN 2024 menunjukkan peningkatan dalam pembiayaan melalui utang dibandingkan tahun sebelumnya.
Belum termasuk potensi penambahan anggaran dari transisi pemerintahan lama ke pemerintahan baru yang dapat mempengaruhi defisit APBN.
Dengan penerimaan yang diperkirakan lebih rendah tahun ini, penambahan anggaran belanja berpotensi meningkatkan defisit dan utang, serta rasio utang terhadap PDB.
Direktur Jenderal Pajak Kementerian Keuangan, Suryo Utomo, mengatakan bahwa pemerintah akan terus memantau pergerakan harga komoditas yang mempengaruhi penerimaan pajak.
Kemenkeu juga akan memantau sektor-sektor yang tidak langsung terpengaruh oleh harga komoditas.
"Sektor-sektor untuk pajak penghasilan masih membutuhkan performa yang baik tahun ini," ujar Suryo.