KABARBURSA.COM - PT Ratu Prabu Energi Tbk (ARTI) telah mengungkapkan tantangan yang dihadapinya di tengah pemulihan pasca-pandemi. Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), manajemen ARTI menjelaskan bahwa meskipun dampak Covid-19 telah mereda, efeknya masih dirasakan secara signifikan.
"Dampak Covid-19 memang telah berlalu dalam 1-2 tahun, namun pengaruhnya masih cukup besar bagi Perseroan," tulis manajemen ARTI, seperti dikutip Senin, 23 September 2024.
Perusahaan juga menghadapi kesulitan keuangan yang diakibatkan oleh kondisi PKPU (Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang) Entitas Anak, serta belum maksimalnya kontrak kerja yang berhasil didapat.
Meski demikian, ARTI memiliki strategi untuk mengatasi tantangan ini. Salah satu langkah yang diambil adalah menerapkan efisiensi ketat di semua unit perusahaan. Manajemen ARTI juga menekankan pentingnya penetapan skala prioritas terhadap kebutuhan internal, kewajiban kepada debitur, dan pemangku kepentingan lainnya.
"Fokus kami adalah pada bisnis inti dengan kualitas pelayanan yang baik kepada pelanggan," tambah manajemen.
Saat ini, kegiatan operasional ARTI masih dijalankan oleh anak perusahaan, PT Lekom Maras (LM). Pada tahun 2023, LM telah menjalin kerjasama dengan beberapa perusahaan pertambangan, termasuk Eni Muara Bakau BV dan PT Imbang Tata Alam.
ICDX Catat Lonjakan Transaksi Kontrak Minyak Mentah
Di sisi lain, Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) melaporkan peningkatan signifikan dalam transaksi kontrak berjangka komoditas minyak mentah, yang melonjak 357 persen di tengah kekhawatiran akan penurunan pasokan global.
Data dari ICDX menunjukkan bahwa transaksi pada periode 3 hingga 10 September 2024 mencapai 622 lot. Namun, setelah Badai Francine melanda AS, transaksi meningkat tajam menjadi 2.226 lot dalam periode 11-17 September.
"Badai Francine telah menghentikan operasi di beberapa kilang minyak di AS, yang memicu kekhawatiran pasar tentang turunnya pasokan minyak mentah," kata Direktur Utama ICDX Fajar Wibhiyadi.
Analis Research and Development ICDX Yoga Tirta, menambahkan bahwa badai tersebut mengganggu sekitar 12 persen dari total produksi minyak mentah di Teluk Meksiko. Hal ini, bersama dengan konflik di Timur Tengah dan penundaan peningkatan output OPEC+, telah menciptakan situasi ketat dalam pasokan minyak mentah.
ICDX berkomitmen untuk terus mengembangkan produk multilateral sesuai kebutuhan masyarakat, termasuk kontrak berjangka minyak mentah dan berbagai komoditas lainnya.
Sebagai catatan, transaksi kontrak minyak mentah di ICDX sepanjang Januari hingga Agustus 2024 tercatat sebanyak 38.132 lot, dengan nilai nominal mencapai Rp574 triliun. ICDX menyediakan beberapa produk untuk kontrak berjangka minyak mentah, yang diperdagangkan dalam berbagai mata uang, termasuk dolar dan rupiah.
Dengan langkah-langkah strategis dan adaptasi yang tepat, ARTI berusaha menghadapi tantangan yang ada dan tetap bertahan dalam industri yang kompetitif ini.
Sementara itu, berdasarkan public expose PT Ratu Prabu Energi Tbk (ARTI) pada Senin, 23 September 2024, diketahui bahwa ARTI mencatatkan pendapatan bersih sebesar Rp115.031 miliar, meningkat signifikan sebesar 56,92 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat Rp73.307 miliar. Kenaikan ini terutama didorong oleh peningkatan pendapatan dari penyewaan rig dan peralatan minyak.
Namun, meskipun pendapatan meningkat, perusahaan masih mengalami kerugian bersih sebesar Rp19.893 miliar pada tahun 2023. Angka ini menunjukkan perbaikan 65,55 persen dibandingkan dengan rugi Rp57.748 miliar yang tercatat pada tahun 2022. Hal ini menunjukkan bahwa meski perusahaan masih merugi, pengelolaan yang lebih baik berhasil mengurangi kerugian secara signifikan.
Dari segi aset, total aset ARTI pada akhir 2023 tercatat sebesar Rp597.074 miliar, menurun dari Rp615.198 miliar di tahun 2022. Total liabilitas juga menurun menjadi Rp765.839 miliar dari Rp771.248 miliar, sementara total ekuitas mengalami penurunan menjadi Rp168.766 miliar dibandingkan Rp156.049 miliar tahun lalu.
Distribusi Pendapatan Berdasarkan Unit Bisnis
Dari segi kontribusi unit bisnis, divisi HWO menyumbang Rp91.022 miliar atau 79,13 persen dari total pendapatan, sedangkan divisi CED memberikan kontribusi sebesar Rp24.009 miliar atau 20,87 persen. Pada tahun 2022, kontribusi dari divisi HWO dan CED masing-masing adalah 25,50 persen dan 74,50 persen.
Tantangan dan Strategi Perusahaan
ARTI menghadapi sejumlah tantangan, antara lain dampak residual dari pandemi Covid-19, kondisi PKPU yang berdampak pada keuangan, dan belum maksimalnya kontrak kerja yang diperoleh. Dalam menghadapi tantangan tersebut, perusahaan telah menetapkan beberapa strategi, antara lain:
- Menerapkan efisiensi ketat di semua unit perusahaan.
- Menetapkan skala prioritas untuk memenuhi kebutuhan internal, kewajiban kepada debitur, dan pemangku kepentingan lainnya.
- Melakukan negosiasi restrukturisasi dan membangun komunikasi yang baik dengan debitur.
- Fokus pada bisnis inti disertai dengan peningkatan kualitas pelayanan kepada pelanggan.
Dengan langkah-langkah strategis ini, ARTI berupaya untuk meningkatkan kinerjanya di masa depan dan menghadapi tantangan yang ada dengan lebih baik. Public Expose yang dilakukan diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas kepada para investor dan pemangku kepentingan tentang langkah-langkah yang diambil untuk mencapai keberlanjutan perusahaan.(*)