KABARBURSA.COM – Emiten milik konglomerat Prajogo Pangestu, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) membukukan pendapatan sebesar USD457,397 ribu hingga periode sembilan bulan pertama tahun 2025.
Pendapatan BREN tumbuh USD16,102 ribu dari USD441,295 ribu dari periode yang sama tahun 2024.
Komposisi utama pendapatan Barito Renewables Energy meliputi penjualan listrik sebesar USD215,027 ribu pada periode tersebut. Tiga lainnya meliputi penjualan uap (USD94,702 ribu), operating lease income (USD116,096 ribu), dan finance lease income (USD31,550 ribu).
Hasilnya adalah BREN membukukan laba tahun berjalan sembilan bulan pertama tahun 2025 mencapai USD131,898 ribu, meningkat dari USD110,719 ribu pada periode yang sama tahun sebelumnya. Ini menunjukkan pertumbuhan laba bersih sekitar 19 persen year on year (yoy).
Karena tidak ada angka EBITDA eksplisit, anggaplah EBITDA berada dalam kisaran USD310–330 juta, yang mencerminkan bisnis panas bumi yang cash-generative dan berkontrak jangka panjang. Angka ini diambil dari depresiasi dan amortisasi senilai USD71,052 ribu dan laba sebelum pajak sebesar USD239,446 ribu.
Arus kas (cash flow) emiten energi baru dan terbarukan (EBT) ini ikut tumbuh hingga sembilan bulan pertama 2025. Kas bersih dari aktivitas operasi sebesar USD138,754 ribu dan kas bersih yang digunakan untuk investasi ialah USD65,197 ribu.
Arus kas bersih pun meningkat, dengan kas akhir menembus USD117 juta hingga periode 30 September 2025.
Asing Lagi Rebalancing di Saham BREN
Meski fundamental menunjukkan penguatan, pergerakan saham BREN pada periode 10–14 November 2025 memperlihatkan dinamika yang kontras.
Harga saham justru terkoreksi dari 10.225 pada 10 November menjadi 9.750 pada 14 November, turun 4,6 persen dalam lima hari perdagangan.
Namun penurunan harga tersebut terjadi di tengah arus masuk modal asing yang signifikan.
Data transaksi menunjukkan investor asing melakukan pembelian bersih selama lima hari berturut-turut, dengan nilai akumulasi mencapai sekitar Rp445 miliar.
Pada 10 November, saat harga ditutup menguat 2,51 persen ke 10.225, asing mencatat pembelian bersih terbesar pekan itu, yakni Rp310,57 miliar, dengan nilai transaksi harian mencapai Rp875,15 miliar, tertinggi dalam lima hari perdagangan.
Meski harga kemudian terkoreksi pada 11–14 November, investor asing tetap melanjutkan akumulasi, masing-masing senilai Rp7,9 miliar, Rp74,18 miliar, dan Rp70,27 miliar. Hanya pada 13 November terjadi pembalikan kecil berupa net sell Rp17,84 miliar.
Sementara itu, pelaku pasar lokal dan ritel cenderung melakukan aksi ambil untung, tercermin dari tekanan jual yang menahan kenaikan harga meskipun terdapat akumulasi asing.
Volume harian bergerak menurun dari 846 ribu lot pada 10 November menjadi 184 ribu lot pada 14 November, mengindikasikan fase konsolidasi setelah aktivitas intensif di awal pekan.
Rentang perdagangan harian (high–low) juga menyempit. Dari 10.725–9.975 pada 10 November menjadi 9.900–9.750 pada 14 November, mencerminkan aktivitas pasar yang mereda dan mulai membentuk pola stabilisasi. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.