KABARBURSA.COM- Harga tiket pesawat telah meroket akhir-akhir ini. Pengawas dan Persaingan Usaha (KPPU) mengklaim bahwa harga yang tinggi disebabkan oleh biaya bahan bakar minyak (BBM) atau avtur. Namun, PT Pertamina (Persero) menyatakan pendapatnya mengenai pernyataan KPPU.
Menurut Pertamina, harga avtur tidak hanya ditentukan oleh harga minyak mentah saja, tetapi juga oleh faktor-faktor geografis yang rumit. "Harga jual avtur tidak hanya ditentukan dari harga minyak mentahnya saja, namun juga dari kompleksitas penyaluran," kata Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting kepada CNBC Indonesia.
Sebagai negara kepulauan, penyaluran avtur di Indonesia memiliki tantangan tersendiri. "Security of supply menjadi hal yang perlu dipastikan, mengingat penyaluran avtur ke seluruh bandara hingga ke bandara perintis merupakan tantangan tersendiri," imbuhnya.
Meskipun begitu, Pertamina melalui Pertamina Patra Niaga tetap menjaga nilai compliance dan kompetitif dengan mengacu pada peraturan yang berlaku dan menawarkan harga publikasi yang lebih rendah dibandingkan dengan penyedia bahan bakar di Singapura.
"Dalam prinsipnya, kami menghargai hasil evaluasi dari KPPU," tegas Irto.
Menanggapi hal ini, Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik (PUSKEPI), Sofyano Zakaria, menyatakan bahwa tudingan terhadap avtur sebagai penyebab mahalnya tiket tidaklah tepat. Menurutnya, harga avtur di Indonesia masih lebih murah dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Singapura.
"Harga avtur di Indonesia masih lebih murah dibandingkan dengan Singapura, jadi kalau dibilang harga avtur menyebabkan harga tiket penerbangan mahal itu salah besar," ujar Sofyano.
Kondisi geografis Indonesia yang kompleks menyebabkan penyaluran avtur menjadi rumit, yang pada gilirannya meningkatkan biaya logistik. Meskipun demikian, Pertamina tetap berusaha untuk menjaga harga avtur di bandara-bandara terpencil agar tetap terjangkau.
"Dengan memperhitungkan luasnya wilayah kita dan masalah transportasi yang rumit, harga avtur di Indonesia masih dalam standar yang wajar. Banyak negara lain dengan kondisi serupa yang memiliki harga avtur lebih tinggi dari kita," jelasnya.
Sofyano juga menyoroti pandangan bahwa bisnis avtur dimonopoli oleh Pertamina, sehingga harga menjadi mahal. Menurutnya, tidak ada badan usaha lain yang bersedia memasok avtur di bandara-bandara terpencil.
"Pertamina dilaporkan ke KPPU karena dituduh melakukan monopoli yang menyebabkan harga avtur menjadi mahal. Tetapi apakah ada badan usaha swasta yang bersedia menjual avtur di Papua, Kalimantan, atau wilayah terpencil lainnya?" tambahnya.