KABARBURSA.COM - Fenomena penawaran bunga simpanan tinggi yang sering muncul ketika ada bank digital baru menjadi strategi yang efektif dalam menarik Dana Pihak Ketiga (DPK), meskipun biayanya tinggi.
Namun, perlu diingat bahwa bunga simpanan tinggi tidak berarti tanpa risiko. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) hanya menjamin simpanan hingga maksimal bunga sebesar 4,25 persen.
Sebagai contoh, PT Krom Bank Indonesia Tbk (BBSI) baru saja meluncurkan layanan digitalnya melalui aplikasi Krom dengan menawarkan bunga simpanan hingga 8,75 persen per tahun.
Presiden Direktur Krom Bank, Anton Hermawan, menyatakan bahwa penawaran bunga tinggi ini merupakan bagian dari strategi bisnis perusahaan. Meskipun beban bunga tinggi, Krom Bank telah merencanakan strategi untuk mempertahankan profitabilitas dengan menetapkan bunga kredit yang lebih tinggi, kemungkinan di atas 10 persen.
"Profitabilitas kami tetap positif, menunjukkan bahwa kami menjalankan bisnis dengan strategi yang tepat," ujarnya.
Meskipun menawarkan bunga tinggi, Krom Bank tetap mencatat pendapatan bunga bersih yang cukup besar. Namun, penawaran bunga tinggi ini juga bertujuan untuk menarik lebih banyak Dana Pihak Ketiga (DPK), mengingat rasio likuiditasnya yang tinggi.
Tidak hanya Krom Bank, beberapa bank digital lain juga menawarkan bunga simpanan yang tinggi, seperti PT Allo Bank Indonesia Tbk (Allo) yang menawarkan bunga hingga 6 persen. Meskipun demikian, pendapatan bunga bersih Allo Bank tetap meningkat.
Menurut Budi Frensidy, seorang pengamat pasar modal dari Universitas Indonesia, penawaran bunga tinggi masih efektif untuk bank digital karena kepercayaan terhadap mereka belum terbentuk sepenuhnya.
Namun, Moch Amin Nurdin dari Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) menambahkan bahwa bank digital seharusnya fokus pada inovasi produk yang unik daripada mengandalkan penawaran bunga tinggi. Risiko simpanan yang tidak dijamin LPS juga harus menjadi perhatian bagi nasabah.