KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama beberapa hari terakhir sempat menyentuh level 6.200-an, walau pun saat ini sudah mulai rebound. Namun, rencana Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri untuk ikut memantau pergerakan pasar modal, mendapat sorotan berbagai pihak.
Pengamat pasar modal Ibrahim Assuaibi mengatakan, keterlibatan Bareskrim Polri dalam memantau pergerakan IHSG lebih menyasar pada bandar-bandar nakal yang mempermainkan harga pasar.
Jika demikian, itu bisa menjadi hal positif dan dianggap sebagai keamanan berlapis untuk menjaga kepercayaan investor dalam bertransaksi saham, terutama dalam memastikan dana mereka tetap aman di tengah volatilitas yang cukup tinggi.
"Memang pengawasan ada di bawah OJK, tetapi dalam undang-undang sudah jelas bahwa jika terjadi permasalahan, baik secara pidana maupun perdata, maka kepolisian bersama OJK dan Kejaksaan akan turun melakukan penyelidikan," kata Ibrahim kepada Kabarbursa.com, Jumat, 7 Maret 2025.
Lebih jauh Ibrahim menilai keterlibatan Bareskrim ini bukan bentuk intervensi, melainkan pengawasan yang melibatkan koordinasi bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Kejaksaan dalam menindak perusahaan terbuka yang berpotensi merugikan masyarakat, salah satunya dengan melakukan praktik curang di pasar modal.
Ia sendiri menyoroti banyaknya kasus di industri keuangan, terutama asuransi, yang mengalami gagal bayar. Dalam kondisi seperti itu, OJK bisa saja meminta bantuan kepolisian untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
Di sini, keterlibatan Bareskrim dapat memberikan efek jera kepada pelaku pasar yang ingin mencari keuntungan secara tidak wajar.
"Ini soal bandar-bandar nakal di pasar modal. Dengan adanya pengawasan dari kepolisian, mereka akan berpikir dua kali untuk melakukan praktik yang merugikan investor," ujar dia.
Kendati demikian, Ibrahim menegaskan bahwa rebound IHSG yang terjadi beberapa hari ini bukan tersulut rencana Bareskrim mengawasi pasar modal. Fluktuasi IHSG lebih dipengaruhi oleh faktor eksternal, seperti ketidakpastian global dan perang dagang.
"Penurunan IHSG ke 6.200 itu bukan karena internal, tapi faktor eksternal. Semua indeks global juga mengalami penurunan. Dari sisi domestik, indikator ekonomi kita masih solid, inflasi bahkan mengalami deflasi, dan surplus perdagangan masih terjaga," urainya.
Hanya saja, menurut pandangannya, keterlibatan kepolisian dalam mengawasi pasar modal merupakan hal yang unik dan tidak ditemukan di negara lain. Di negara tetangga, pengawasan pasar modal itu hanya dilakukan oleh otoritas keuangan seperti OJK. Dirinya memastikan tidak ada aparat penegak hukum seperti kepolisian yang ikut serta dalam pemantauan tersebut.
"Ini hanya terjadi di Indonesia. Mungkin karena ada keinginan untuk memperkuat stabilitas ekonomi dan mencapai target pertumbuhan 8 persen hingga 2029, rencana tersebut akhirnya dimunculkan," tutur dia.
Ibrahim menduga, rencana pengawasan IHSG oleh Bareskrim Polri itu sudah didiskusikan terlebih dulu, baik dengan pemerintah maupun otoritas terkait untuk memperbaiki harga yang sempat hancur.
Sementara itu, IHSG menguat 5,5 persen sejak awal pekan ini setelah sebelumnya bearish dengan penurunan 21 persen. Pada perdagangan Jumat, 7 Maret 2025, IHSG kembali tancap gas dengan kenaikan 1,32 persen ke level 6.617. Namun, euforia ini masih harus diuji karena penguatannya tertahan di area rata-rata pergerakan 20 hari (MA20).
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memperkirakan, pergerakan IHSG berikutnya bakal mengarah ke level 6.686 hingga 6.762, dengan support di 6.446 dan 6.297 serta resistance di 6.698 dan 6.818.
“IHSG sudah mencapai target terdekat di rentang 6.615-6.639. Jika penguatan berlanjut, target berikutnya ada di 6.686-6.762,” kata Herditya dalam risetnya yang diterima Kabarbursa.com, Jumat, 7 Maret 2025.
Kasus Gagal Bayar Jadi Alasan
Rupanya, pemicu utama keterlibatan Bareskrim dalam pengawasan pasar bursa dikarenakan banyaknya kasus gagal bayar, yang salah satunya menimpa Jiwasraya dan Wanaartha Life.
Kasubdit 5 Direktorat Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus (Dittipideksus) Bareskrim Polri Kombes M Irwan Susanto, menilai bahwa permasalahan di sektor keuangan, termasuk asuransi, tidak hanya merugikan konsumen, tetapi juga memiliki dampak luas terhadap perekonomian nasional.
Menurut Irwan, penting menjaga stabilitas sektor finansial, yang berperan sebagai penopang utama perekonomian Indonesia. Oleh karena itu, selain mengawasi sektor asuransi, Bareskrim Polri juga aktif dalam memantau pergerakan saham di pasar modal.
Pengawasan ini dilakukan untuk memastikan tidak ada praktik ilegal yang merugikan investor dan menciptakan ketidakstabilan di pasar keuangan. Langkah ini juga dilakukan sebagai bentuk koordinasi dengan OJK dalam hal pengawasan saham dan perlindungan investor.
Lebih jauh Irwan mengungkap, pemantauan Bareskrim Polri juga bertujuan untuk mendukung kebijakan ekonomi pemerintahan Prabowo Subianto, termasuk inisiatif terbaru seperti peluncuran Danantara.
Selain itu, pihaknya akan melakukan analisis mendalam terkait faktor-faktor yang mempengaruhi IHSG agar dapat memberikan rekomendasi yang tepat dalam menjaga ekosistem pasar modal yang sehat.
Sejauh ini, Irwan menyatakan bahwa Bareskrim Polri belum menemukan indikasi tindak pidana di pasar modal. Ia menilai bahwa pergerakan saham masih dalam kategori wajar dan lebih banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal, seperti kebijakan luar negeri serta dinamika ekonomi global.
Namun, pihaknya tetap akan terus melakukan pemantauan untuk memastikan bahwa tidak ada pelanggaran hukum yang berpotensi mengganggu stabilitas pasar.
Irwan juga mengungkapkan bahwa dukungan yang diberikan oleh Bareskrim Polri terhadap sektor saham diharapkan dapat membantu meringankan beban pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi.
Ia menekankan bahwa jika terdapat indikasi masalah, Bareskrim siap mengambil langkah yang diperlukan, termasuk menjalin komunikasi dengan investor untuk memastikan bahwa iklim investasi di Indonesia tetap menarik dan kondusif.(*)