KABARBURSA.COM - Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi pemberat utama IHSG pada sesi pertama perdagangan Selasa, 18 November 2025. Sahamnya terkoreksi 0,58 persen ke level 8.525.
Penurunan harga ini memang tampak kecil bila dilihat dari angka, namun dampaknya ke indeks sangat besar karena bobot kapitalisasi pasar BBCA mendominasi IHSG.
Meski demikian, data perdagangan menunjukkan bahwa pergerakan ini tidak sepenuhnya mencerminkan risiko baru. Pelemahan menjadi bagian dari fase penyesuaian setelah reli kuat sehari sebelumnya.
Pada perdagangan 17 November, harga saham BBCA sempat melonjak 1,78 persen dengan nilai transaksi mencapai Rp1,10 triliun. Volumenya juga menguat hingga 1,29 juta lot. Ada arus beli besar yang masuk, baik dari institusi asing maupun domestik.
Namun hari ini, ketika harga terkoreksi ke 8.525, nilai transaksi justru menyusut menjadi Rp494 miliar, turun lebih dari setengah. Pola ini mengarah pada kesimpulan bahwa penurunan BBCA bukan berasal dari tekanan jual sistemik, melainkan bentuk profit-taking wajar setelah lonjakan cepat.
Jika dilihat dari Orderbook BBCA di sesi siang ini, tampak sebuah gambaran yang lebih menarik. Ada penawaran jual di rentang 8.525–8.600 yang terlihat cukup tebal. Sepertinya ini menandai sebuah area distribusi jangka pendek.
Sementara itu, antrian beli di area 8.450–8.500 menunjukkan masih adanya minat beli kuat di bawah. Struktur seperti ini mengindikasikan bahwa saham berada dalam zona konsolidasi, di mana pelaku pasar menyeimbangkan posisi setelah dua hari volatil.
Tidak ada tanda-tanda panic selling, hanya rotasi posisi yang lazim terjadi di saham big cap setelah pergerakan besar dalam waktu singkat.
Dari sisi broker, pergerakan BBCA justru menunjukkan tingginya minat institusi. Broker AK dan YU memimpin arus transaksi dengan masing-masing mencatat nilai beli di atas Rp270 miliar pada harga rata-rata 8.530-an.
Di belakangnya ada DX, ZP, KZ, RX, YP, hingga XL yang aktif melakukan pembelian dalam skala besar. Menariknya, distribusi pembeli tidak terkonsentrasi pada satu broker, melainkan tersebar luas. Dan ini adalah pola yang biasa ditemukan pada saham likuid kelas berat.
Pada pola ini, pergerakan harga lebih menggambarkan efek rebalancing portofolio antar institusi, bukan aksi satu pihak yang mendikte pasar.
Bergerak ke data historisnya, BBCA saat ini berada pada rentang 8.400–8.700, khususnya dalam dua pekan terakhir. Fluktuasi hariannya berada di kisaran 100–175 poin. Ini bukan hal baru bagi BBCA, sehingga koreksi kali ini masih berada dalam batas normal dari pola sideways bullish yang sudah terbentuk sejak awal November.
Secara teknikal, area support terdekat berada di 8.450, sementara resistance jangka pendek tetap di 8.600–8.675. Selama harga tidak menembus support tersebut, tren besar BBCA tetap konstruktif.
Konsensus para analis pun masih solid. Dari total 36 rekomendasi, sebanyak 34 analis memberikan rating BUY dan hanya dua yang menyarankan HOLD. Tidak ada satu pun yang memasang rating SELL.
Target harga rata-rata berada di level 10.487, dan memberikan potensi kenaikan sekitar 23 persen dari harga saat ini. Secara fundamental, proyeksi kinerja BBCA hingga 2026 juga menunjukkan pertumbuhan berkelanjutan pada pendapatan, laba bersih, dan EPS.
Dengan kondisi tersebut, tekanan BBCA terhadap IHSG hari ini lebih mencerminkan tarikan napas pasar setelah reli, bukan sinyal rusaknya tren. Selama minat beli institusi tetap stabil dan harga bertahan di atas batas bawah 8.400–8.450, pergerakan BBCA masih berada dalam zona aman.
Pertanyaan, apakah konsolidasi ini menjadi pintu masuk bagi pelaku besar, atau justru tanda bahwa BBCA sedang menunggu katalis berikutnya untuk kembali menguji area 8.700.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.