KABARBURSA.COM - Federal Reserve atau The Fed diprediksi akan memotong suku bunga pada Rabu, 18 Desember 2024, waktu setempat. Lantas, bagaimana proyeksi IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) terkait hal ini?
Vice President Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi, mengatakan pasar sudah berspekulasi bahwa jika The Fed memiliki peluang besar untuk memangkas suku bunga.
"Untuk Fed, ini hampir lebih dari 80 persen kemungkinan akan melakukan pemangkasan suku bunga. Terlebih, data dari tenaga kerja juga sudah cukup kuat, inflasi stagnan, dan memang ini sudah menjadi perhatian," kata Audi kepada Kabarbursa.com di Jakarta, Senin, 16 Desember 2024.
Audi sangat yakin bahwa pasar telah price in atau sudah mencerminkan sentimen yang akan terjadi. Hal ini bisa dilihat dari pergerakan IHSG pada pekan lalu yang mayoritas mengalami penguatan.
"Meski pada hari Kamis dan Jumat (12 dan 13 Desember 2024) terjadi penurunan, walaupun transaksi cenderung lemah, tendensi akan terjadinya rebound di pekan ini memang sangat kuat sekali," jelas dia.
Sementara itu, dari dalam negeri, Audi menyebut Bank Indonesia (BI) juga diperkirakan bakal menurunkan suku bunga acuan atau BI rate pada Rabu, 18 Desember 2024, minggu ini. Dan, jika benar BI memangkas suku bunga, ini bisa menjadi angin segar bagi pasar modal Indonesia. Namun, jika tidak, maka akan direspon moderat untuk pasar modal Indonesia.
"Secara konsensus, untuk Seven at Reverse Corporate dari Bank Indonesia, diperkirakan pasar atau secara konsensus memang akan terjadi pemangkasan. Pasar kemungkinan bisa mengelaborasi dengan sentimen yang lebih positif," pungkasnya.
The Fed di Persimpangan Penurunan Suku Bunga
Diberitakan sebelumnya, ada drama seru di dunia keuangan Amerika. Christopher Waller, anggota penting Dewan Gubernur Federal Reserve (The Fed), buka-bukaan di Universitas George Washington soal rencana lembaganya untuk menurunkan suku bunga. Dia bilang, “Saya condong mendukung penurunan suku bunga pada pertemuan Desember.”
Tapi ada syarat—kalau data inflasi sebelum itu menunjukkan kejutan buruk, rencananya bisa langsung dirombak.
Dilansir dari Apnews, Selasa, 3 Desember 2024, Waller cukup optimistis kalau inflasi bakal jinak, tapi dia juga realistis. Katanya, inflasi bisa saja “nyangkut di atas” target Fed yang cuma 2 persen. Kalau itu kejadian, Fed mungkin bakal mikir-mikir ulang buat turun tangan bulan ini.
Bukan cuma Waller, Raphael Bostic dari Fed Atlanta juga masih menggantung keputusan. Dia bilang, “Saya masih buka semua opsi.” Jadi, kalau kamu nunggu kepastian, sama seperti Waller, kita semua cuma bisa lihat data terbaru sambil makan popcorn.
Pada 2022, inflasi sempat jadi “boss level” buat The Fed. Setelah kena puncak, inflasi mulai turun, dan Fed pun pelan-pelan nurunin suku bunga: setengah poin di September, seperempat poin di November. Tapi di Oktober, inflasi inti (tanpa makanan dan energi) malah naik lagi dari 2,7 persen jadi 2,8 persen. Tak heran, Waller bilang rasanya kayak MMA fighter. Dia merasa sudah “ngunci inflasi di choke hold,” tapi inflasi ini licin banget, selalu lolos.
Efek Trump dan Ekonomi yang Ngebut
Peningkatan inflasi nggak berdiri sendiri. Ada kabar kemenangan Donald Trump dengan rencana tarif impor besar-besaran dan deportasi massal. Dua faktor ini bisa bikin harga-harga melambung lagi. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi juga tak main-main, terutama belanja konsumen yang moncer di kuartal ketiga tahun ini.
Waller meyakinkan, meskipun suku bunga tinggi, memotong seperempat poin lagi tak bakal bikin inflasi balik liar. Katanya, “Potongan ini cuma bikin kita enggak nginjek rem sekeras sebelumnya.” Tapi dia juga tak mau gegabah. Kalau data ekonomi ternyata nggak sesuai ekspektasi The Fed, Waller siap menarik rem tangan dan mempertahankan suku bunga.
Intinya, penentuan suku bunga Fed bulan ini adalah cliffhanger yang layak masuk nominasi serial keuangan terbaik. Kita tinggal tunggu apakah data terbaru bikin The Fed lebih santai atau malah tambah tegang di oktagon melawan inflasi.
Namun, meski ada sinyal optimisme dari beberapa pejabat seperti Waller, langkah Federal Reserve tidak serta-merta melaju tanpa rem. Risalah pertemuan terakhir Fed pada 6-7 November justru menunjukkan pendekatan yang lebih hati-hati. The Fed menegaskan pemangkasan suku bunga harus dilakukan dengan penuh perhitungan di tengah inflasi yang masih membandel.
Dilansir dari Apnews, Risalah pertemuan mencatat meskipun inflasi terus menurun menuju target dua persen, pejabat Fed menilai pemangkasan suku bunga sebaiknya dilakukan secara bertahap.
Menurut CME Fedwatch, peluang pemangkasan seperempat poin pada pertemuan mendatang hampir seimbang, dengan sebagian besar ekonom memperkirakan Fed akan memangkas suku bunga untuk ketiga kalinya tahun ini. Namun, setelah itu, Fed diperkirakan akan menahan diri dari pemangkasan lebih lanjut pada pertemuan berikutnya.
Kepala Ekonom di Nationwide, Kathy Bostjancic, memprediksi Fed akan menurunkan suku bunga acuan sebesar seperempat poin bulan depan, menjadi sekitar 4,3 persen. Namun, ia menambahkan, Fed kemungkinan akan “berhenti sementara” pada awal tahun depan untuk mengevaluasi kebijakan di bawah pemerintahan Trump yang kedua, serta kondisi ekonomi dan inflasi saat ini.
Pada September, Fed mengindikasikan rencana untuk memangkas suku bunga hingga empat kali pada tahun depan. Namun, sejak itu, ekspektasi pelaku pasar dan ekonom terhadap pemangkasan lebih banyak menurun. Ekonomi Amerika Serikat menunjukkan pertumbuhan yang solid, tetapi inflasi masih sulit turun ke target Fed, dan proposal kebijakan Presiden terpilih Donald Trump, seperti tarif yang lebih tinggi, berpotensi mendorong inflasi lebih jauh.(*)