KABARBURSA.COM - Harga beras belum turun. Pedagang beras di Pasar Agung, Sukmajaya, Depok merasa berat dan pasrah dengan kondisi harga beras saat ini.
"Berat ya berat, gimana ya kita mengikuti keadaan aja. Kasihan yang pembeli, ya semuanya kasihan. Kita kalau enggak jual ya enggak dagang," kata Rudi saat ditemui KabarBursa di kiosnya, Minggu, 25 Februari 2024.
Rudi mengatakan, harga beras tertinggi di kiosnya adalah Rp16.500. Ini merupakan beras dengan kualitas medium.
"Per kilo Rp16.500 (kualitas) sedang lah. Kalau (beras) di bawah itu ada jelek banget. Nah harga segitu yang sedang lah," ujarnya.
Ia bercerita bahwa jumlah pembeli yang membeli berasnya saat ini berkurang. Sebelum harga naik, ia mengaku ada 30 pembeli dalam sehari. Kini Pasar Agung tempatnya berjualan juga menurut Rudi kini sepi layaknya kuburan.
"Alhamdulillah yang beli ada aja, tapi menurun banget sih. Saya dulu langganan banyak ada 30 (orang) terus turun. Menghilang sekarang, mungkin itu kali keadaannya sepi, pada sepi," jelas dia.
Pedagang yang telah 10 tahun berjualan beras itu hanya menerima untung kurang dari Rp1.000 untuk setiap liter beras yang terjual di tengah harga yang terlampau mahal ini.
"Saya paling ambil untung Rp1.000 lah seliter, tapi kotor itu, kan belum plastik," akunya.
Rudi berharap harga beras menurun. Namun menurutnya ini akan terjadi jika panen raya beras terjadi.
"Mudah-mudahan ya ada perubahan harga, yang kayak dulu lagi lah, murah lagi. Kalau panen bisa turun, kalau panen raya semuanya," ucapnya.
[caption id="attachment_17341" align="alignnone" width="400"] Rudi pedangang beras di Depok (Kabar Bursa/Syahrianto)[/caption]
Sementara itu, salah satu pembeli beras di kios Rudi saat ditemui KabarBursa bercerita kenaikan harga beras berdampak pada jualannya.
"Saya jualan ini ketan, lupis, bubur sumsum. (Karena harga beras naik) saya jadi pas-pasan untuk belanja," kata Nurhayati.
Ia pun menyiasati dagangannya dengan kenaikan harga beras ini. Ia mengubah jumlah porsi dan besaran pada tiap-tiap itemnya.
"Ini dikurangin porsinya. Harga tetap cuma porsinya aja dikurangin. Tadinya gede, sekarang kecil, biasanya jadi empat, ini jadi tiga. Soalnya kalau (harganya) dinaikin yang beli enggak jadi," ungkap Nurhayati.
"Kan kalau jualan makanan dimahalin orang enggak jadi beli kadang-kadang. Jadi ya diakalin lebih kecil lagi. Nanti naik lagi lebih kecil lagi. Nanti orang bingung, 'ketan tambah tipis aja'," ucapnya sambil bergurau.
Nurhayati pun sudah menyadari bahwa jumlah pembeli dagangannya berkurang semenjak semua harga mengalami kenaikan.
"Iya sudah enggak kayak biasanya," akunya.
Salah satu pengunjung Pasar Agung, Yuni, merasakan semakin susah dengan harga sembako, antara lain beras yang semakin mahal.
"Rasanya kayak susah ya, beras mahal, apa-apa mahal, karena gaji saya cuma Rp2.200.000 sebulan, buat bayar kontrakan, buat makan, buat orang tua di kampung setiap bulan, ya jadi pas-pasan," kata dia.
Yuni yang juga bekerja sebagai asisten rumah tangga itu hanya bisa bersabar. Ia pun masih berharap semua masalah harga sembako mahal cepat teratasi.
"Ya sabarlah namanya juga lagi begini, mau gimana lagi. Semoga cepat teratasi kembali semula, apa-apa murah, jadi enggak terlalu susah," ucapnya.
[caption id="attachment_17342" align="alignnone" width="400"] Nurhayati pembeli beras mengeluh beras makin mahal (Kabar Bursa/Syahrianto)[/caption]
Seperti dilihat dari laman website depok.go.id, Minggu, 25 Februari 2024, harga beras pada lima pasar besar di Kota Depok stabil.
Harga beras kualitas medium II ada di kisaran Rp13.000-Rp15.000 per kg. Pasar Cisalak tercatat memiliki harga terendah yaitu Rp13.000 per kg, sedangkan Pasar Tugu ada di harga Rp14.000 per kg. Harga beras di Pasar Sukatani, Kemiri Muka, dan Agung, kompak di angka Rp15.000 per kg.
Untuk beras premium di sejumlah pasar di Kota Depok juga stabil menurut sumber yang sama. Harga sekilo beras premium di Pasar Cisalak hanya Rp15.000 per kg. Pasar Tugu, Kemiri Muka, dan Agung secara berurutan masing-masing seharga Rp.16.000, Rp16.400, dan Rp16.500. (Ari/Dev)