Logo
>

BI Jaga Stabilitas Rupiah, Pasar Saham akan Sambut Positif

Ditulis oleh Syahrianto
BI Jaga Stabilitas Rupiah, Pasar Saham akan Sambut Positif

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Pengumuman keputusan mengenai suku bunga acuan atau BI Rate melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode Mei akan dinantikan oleh para pelaku pasar saham. Hasil rapat tersebut, akan diumumkan pada Rabu, 22 Mei 2024 oleh Gubernur BI Perry Warjiyo dan rekan sejawatnya.

    Pasar saham kemungkinan akan mengalami dampak positif karena BI semakin fokus dalam menjaga stabilitas mata uang rupiah, menurut Samuel Kesuma, Senior Portfolio Manager Equity PT Manulife Asset Management Indonesia (MAMI).

    "Kami memperkirakan BI akan terus mempertahankan suku bunga tinggi sampai ada tanda pemangkasan suku bunga oleh The Fed. Pengurangan suku bunga BI yang terlalu dini dapat menimbulkan risiko terhadap volatilitas rupiah," ujar Samuel.

    Samuel menjelaskan bahwa langkah BI untuk meningkatkan suku bunga menjadi 6,25 persen pada akhir April 2024 merupakan langkah antisipatif untuk menciptakan buffer bagi rupiah jika sentimen risk-off global terus berlanjut. "Sebelumnya, kami melihat bahwa kenaikan suku bunga dapat memperlambat depresiasi nilai tukar rupiah," ujar Samuel.

    Dia kemudian menambahkan bahwa perhatian pasar akan difokuskan pada berapa lama kebijakan suku bunga tinggi tersebut akan berlangsung. Menurutnya, peluang The Fed untuk menurunkan suku bunga pada tahun ini akan membuka peluang BI untuk ikut menurunkan suku bunga acuannya, sehingga dapat meminimalisasi dampak dari kenaikan suku bunga yang telah terjadi.

    Di sisi lain, Ia menyebut fundamental ekonomi yang terjaga akan mendukung selera investor untuk memilih Indonesia sebagai tujuan investasi, di tengah masih berlanjutnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan potensi tertundanya pemangkasan suku bunga oleh The Fed.

    “Fundamental perekonomian yang terjaga dan valuasi yang rendah, membuka peluang bagi investor yang ingin berinvestasi dini memanfaatkan kondisi menjelang akhir siklus kenaikan suku bunga. Arah kebijakan ekonomi pemerintahan baru serta pilihan kabinet yang kredibel juga dapat menjadi katalis positif ke depan,” ujar Samuel.

    Sementara itu, lanjutnya, dampak dari suku bunga terhadap kondisi fundamental emiten akan tergantung dari kondisi keuangan masing-masing emiten, seperti tingkat utang, jenis utang (floating atau fixed), serta rencana belanja modal ke depan.

    Untuk peluang di pasar saham, menurutnya, manajer investasi dapat memanfaatkan peluang pada sektor-sektor yang pendapatannya dalam mata uang dolar Amerika Serikat (AS) dan perusahaan dengan utang yang lebih terbatas. “Untuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), MAMI memproyeksikan bisa mencapai level 7.800 di akhir tahun,” ujar Samuel.

    Dari Asia, Samuel menjelaskan bahwa penguatan pasar saham Asia salah satunya terbantu oleh optimisme penurunan suku bunga The Fed pada akhir tahun, yang mana pernyataan Ketua Fed Jerome Powell terakhir mengindikasikan bahwa kemungkinan besar tidak akan menaikkan suku bunga, dan kebijakan berikutnya mengindikasikan adanya pemotongan suku bunga.

    Risalah The Fed

    Para pembuat kebijakan The Fed diperkirakan akan menahan suku bunga acuan di level yang sama saat mereka bertemu untuk menetapkan suku bunga acuan lagi bulan depan. The Fed telah menaikkan suku bunga ke level tertinggi dalam 23 tahun terakhir dan mempertahankannya di level tersebut guna menurunkan inflasi ke target jangka panjangnya, yaitu sebesar 2 persen.

    Wakil Gubernur The Fed Philip Jefferson mengatakan,saat ini inflasi masih turun, meskipun tak secepat yang diinginkan. Meskipun, data pekan lalu telah menunjukkan pelonggaran tekanan harga konsumen dan ritel pada bulan April, beberapa di antaranya pun pada hari Senin menyerukan kehati-hatian kebijakan yang berkelanjutan.

    “Masih terlalu dini untuk mengatakan apakah perlambatan proses disinflasi baru-baru ini akan bertahan lama, meskipun data bulan April cukup menggembirakan” ujar Jefferson yang juga merupakan Anggota Tetap Komite Penetapan Suku Bunga The Fed pada konferensi Mortgage Bankers Association di New York dikutip Reuters.

    "Dalam menilai sikap kebijakan moneter yang tepat dari waktu ke waktu, saya akan mengkaji data yang masuk, prospek yang berkembang, dan keseimbangan risiko dengan hati-hati," sambung Jefferson.

    Dalam komentarnya setelah pernyataan resminya, Jefferson optimistis The Fed dapat melanjutkan perjuangan melawan inflasi" dan mendorong pertumbuhan ekonomi dengan meciptakan lebih banyak lapangan kerja. Dia mencatat pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja cukup tangguh, yang memberinya keyakinan bahwa The Fed dapat melakukan apa yang perlu dilakukan untuk menurunkan tekanan harga.

    Berbicara secara terpisah, Wakil Ketua Dewan Gubernur Bidang Pengawasan The Fed, Michael Barr, menyampaikan bahwa The Fed telah membuat keputusan yang luar biasa dengan menurunkan inflasi dari level tertingginya pada tahun 2022, sementara tingkat pengangguran yang jadi salah satu aspek dalam tugas ganda The Fed tetap rendah. Namun, menurutnya perlu waktu lebih lama agar kebijakan The Fed yang bersifat restriktif bisa terus berjalan.

    “Pasalnya, kami belum mencapai target kami sebesar 2 persen. Bahkan, inflasi di kuartal pertama tahun ini cukup mengecewakan dan tidak memberi saya kepercayaan diri yang lebih tinggi, dari yang saya harapkan sebelumnya, untuk mendukung pelonggaran kebijakan moneter dengan menurunkan suku bunga acuan federal," tuturnya.

    Sementara Presiden Federal Reserve Bank Cleveland Loretta Mester kepada Bloomberg TV pada hari Senin percaya bahwa inflasi akan turun tahun ini, meskipun lebih lambat dari perkiraannya. Jika inflasi yang tidak sesuai ekspetasinya terhenti atau menguat, The Fed telah mengambil keputusan yang baik dalam merespons dengan mempertahankan suku bunga pada level saat ini lebih lama atau jika perlu The Fed dapat menaikkan suku bunga.

    Berbeda dengan Mester, Presiden Fed San Francisco Mary Daly dalam sebuah wawancara dengan Axios yang diterbitkan Senin, mengatakan dia tidak melihat bukti perlunya menaikkan suku bunga. Namun, ia juga tak yakin bahwa inflasi akan turun menuju 2 persen.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.