KABARBURSA.COM - Nike, perusahaan alas kaki terbesar dunia, siap menerapkan strategi penghematan yang lebih ketat sebagai respons terhadap perlambatan pertumbuhan penjualan. Manajemen Nike mengumumkan rencananya untuk menghemat US $2 miliar selama tiga tahun ke depan. Beberapa langkah yang akan diambil mencakup pemperketat pasokan produk, peningkatan rantai pasokan, pengurangan manajemen, dan peningkatan penggunaan sistem otomatisasi.
Bisnis grosir Nike sedang menghadapi tekanan karena para peritel mengurangi jumlah pesanan. Penurunan penjualan juga terlihat dari pelemahan transaksi secara online. Sebagai respons, perusahaan ini cenderung meningkatkan aktivitas promosi, dengan melihat indikasi perilaku konsumen yang lebih berhati-hati di seluruh dunia, ungkap Kepala Keuangan Nike, Matthew Friend, seperti dikutip Reuters.
Analis Ekuitas Senior Morningstar, David Swartz, menyatakan bahwa Nike akan mengurangi jumlah produk karena terlalu banyak produk yang tidak memberikan margin tinggi dan tidak mencatatkan penjualan yang signifikan. Meski demikian, Nike berencana untuk tetap meluncurkan model baru, termasuk sepatu basket seperti Sabrina 1, LeBron 21, dan Tatum 1, dalam tiga bulan ke depan untuk mendongkrak penjualan.
"Kondisi permintaan konsumen yang tertekan memaksa aktivitas promosi lebih tinggi, termasuk inovasi dan kebaruan untuk menarik konsumen," ujar Friend. Nike tidak merinci produk mana yang akan mengalami pemangkasan pasokan, tetapi lini sepatu kets ikonik seperti Air Force 1, Dunk, dan Court, terus berkinerja baik.
Dalam konteks restrukturisasi, Nike memperkirakan biaya sebesar US $400 juta hingga US $450 juta. Anggaran ini mencakup biaya pesangon karyawan untuk kuartal ketiga. Sementara itu, di sisi lain, China memperketat aturan bisnis video gim.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.