KABARBURSA.COM - Harga Bitcoin melonjak hingga mencapai USD62.000 setelah insiden percobaan pembunuhan Donald Trump dalam rapat umum di Pennsylvania. Kenaikan ini seiring dengan ekspektasi bahwa Trump akan mengungguli Presiden AS saat ini, Joe Biden.
Pada Senin 15 Juli 2024, siang hari, Bitcoin mencatat kenaikan 4,5 persen dan mencapai level USD62.609, atau sekitar Rp1,01 miliar. Peningkatan ini diyakini merupakan respons terhadap insiden Trump di Butler.
Tren bullish di awal minggu ini adalah yang tertinggi dalam lebih dari seminggu. Dukungan Trump terhadap koin kripto dan kemungkinan kemenangannya yang meningkat membuka jalan bagi kembalinya ke Gedung Putih.
Trump juga berpotensi mendepak Gary Gensler dari posisinya sebagai Ketua Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) yang terkenal ketat dalam mengatur mata uang kripto. Hal ini memungkinkan penggantian dengan pejabat yang lebih ramah industri kripto.
Dalam skenario Trump terpilih, ia mungkin akan memperkenalkan kerangka kerja regulasi kripto yang sangat dibutuhkan, mendorong inovasi sekaligus melindungi konsumen, seperti yang dilansir dari FX Empire.
Lewat media sosial Truth, Trump menyatakan bahwa Bitcoin adalah "garis pertahanan terakhir melawan CBDC," mengacu pada mata uang digital bank sentral.
Trump juga menegaskan dukungannya terhadap kripto bulan lalu dengan menyatakan, "Kami akan memastikan bahwa masa depan kripto dan Bitcoin dibuat di Amerika. Kami akan tetap di sini, dan banyak yang akan dilakukan di Florida."
Kebijakan Suku Bunga Powell terhadap Bitcoin
Selain faktor politik, kebijakan Gubernur Bank Sentral The Fed, Jerome Powell, tentang suku bunga juga mempengaruhi pergerakan Bitcoin.
Di sisi lain, The Fed mengakui potensi teknologi blockchain yang mendasari Bitcoin. Mereka sedang meneliti potensi penerapan blockchain dalam sistem keuangan tradisional.
Beberapa pejabat The Fed telah menyatakan kekhawatiran mereka tentang potensi Bitcoin untuk mengganggu stabilitas sistem keuangan. Gubernur The Fed, Jerome Powell, pernah mengatakan bahwa Bitcoin "bukan aset yang nyata" dan **"sangat spekulatif".
Namun, pejabat lain lebih terbuka terhadap potensi Bitcoin. Wakil Ketua The Fed, Lael Brainard, pernah mengatakan bahwa Bitcoin "bisa menjadi aset yang berguna" dalam beberapa situasi.
Secara keseluruhan, The Fed masih belum memiliki sikap yang jelas terhadap Bitcoin. Mereka masih meneliti teknologi dan potensinya, serta risiko yang terkait dengannya.
Meningkatnya spekulasi penurunan suku bunga Fed pada bulan September meningkatkan permintaan pembeli untuk ETF spot BTC AS. Selama pekan yang berakhir 12 Juli, pasar ETF spot Bitcoin AS mencatat arus masuk bersih sebesar USD1,05 miliar, tertinggi sejak awal Juni (USD1,83 miliar).
Jika Powell tetap dovish, harga Bitcoin bisa melesat menuju level USD70.000.
Meski begitu, investor harus tetap waspada dengan memantau data waktu nyata dan komentar ahli untuk menyesuaikan strategi perdagangan masing-masing.
Powell dijadwalkan berbicara pada Senin waktu AS. Dukungan untuk penurunan suku bunga Fed pada bulan September bisa memicu spekulasi penurunan lebih lanjut pada bulan Desember.
Beberapa penurunan suku bunga Fed pada tahun 2024 dapat meningkatkan permintaan aset berisiko.
Angka inflasi AS baru-baru ini meningkatkan spekulasi investor terhadap penurunan suku bunga The Fed pada bulan September. Menurut CME FedWatch Tool, probabilitas penurunan suku bunga Fed bulan September melonjak dari 77,7 persen pada 5 Juli menjadi 96,3 persen pada 12 Juli.
Kinerja Bitcoin 2024
Secara keseluruhan, kinerja Bitcoin di tahun 2024 terbilang moderat dengan beberapa tren positif dan negatif. Berikut beberapa poin pentingnya:
Harga:
- Harga Bitcoin saat ini (15 Juli 2024): Rp 986.438.359,41
- Harga tertinggi: Rp 1.214.263.076,69 (14 Januari 2024)
- Harga terendah: Rp 650.339.431,83 (22 Juni 2024)
- Perubahan tahunan: Naik 7,85 persen (dibandingkan 1 Januari 2024)
Faktor yang Mempengaruhi Harga:
- Peristiwa halving Bitcoin pada April 2024: Halving ini menyebabkan jumlah Bitcoin baru yang ditambang berkurang setengahnya, yang dapat berakibat pada penurunan pasokan dan kenaikan harga.
- Kebijakan moneter global: Kebijakan moneter yang longgar dari bank sentral di negara-negara maju dapat mendorong investasi di aset berisiko seperti Bitcoin.
- Sentimen investor: Sentimen investor terhadap Bitcoin dan cryptocurrency secara keseluruhan dapat berfluktuasi berdasarkan berbagai faktor, seperti berita dan peristiwa terkini.
- Adopsi Bitcoin: Peningkatan adopsi Bitcoin oleh bisnis dan institusi dapat meningkatkan permintaan dan harga Bitcoin.
Prediksi Harga:
- Analis memprediksi harga Bitcoin akan terus berfluktuasi di tahun 2024.
- Beberapa analis memprediksi harga Bitcoin dapat mencapai Rp 1.800.000.000.000 atau lebih.
- Namun, ada juga analis yang memprediksi harga Bitcoin dapat turun kembali ke Rp 600.000.000.000. (*)