KABARBURSA.COM – Aksi jual yang menyeret harga Bitcoin kembali ke bawah USD100.000 tidak hanya memunculkan kegelisahan baru, tetapi juga menegaskan bahwa pasar kripto sedang berada di persimpangan sentimen.
Tekanan yang memuncak di area USD96.000 membuat Bitcoin resmi keluar dari zona nyaman psikologisnya. Kondisi ini langsung memicu gelombang reaksi teknikal bertubi-tubi.
Di sisi fundamental, pernyataan Vice President Indodax Antony Kusuma sejatinya menangkap denyut pasar dengan cukup akurat. Menurut dia, koreksi kali ini tidak bisa dipisahkan dari konteks makro global yang serba goyah.
Shutdown pemerintah AS memang telah berakhir, namun ketidakpastian arah kebijakan suku bunga The Fed tetap menjadi variabel kunci. Selama bank sentral AS belum memberikan sinyal yang tegas, pasar akan terus memainkan nada sumbang berupa volatilitas ekstrem dan preferensi untuk menunggu kejelasan sebelum kembali masuk.
Antony menyebutkan, fase ini sebetulnya merupakan konsolidasi menuju pematangan pasar. Itu terlihat dari cara investor institusional mengurangi posisi, sementara investor ritel terpancing pada setiap gejolak.
Jika benar pemangkasan suku bunga Desember muncul, titik balik ini dapat menjadi katalis penting yang menghidupkan kembali minat beli. Apalagi respons historis Bitcoin terhadap siklus kebijakan moneter longgar selalu lebih agresif dibanding aset tradisional.
Teknikal Harian Beri sinyal Jual Kuat
Namun yang lebih keras berbicara dalam beberapa hari terakhir adalah teknikal, dan teknikalnya tidak ramah. Rangkuman indikator mengunci posisi Bitcoin di level “Sangat Jual”.
Dari RSI yang masih merangkak di area 32,8 hingga MACD yang makin dalam di zona negatif, semuanya merujuk pada tekanan berkelanjutan. Bahkan Stochastic yang menunjukkan kondisi overbought pada kerangka pendek menggambarkan betapa cepatnya harga memantul dalam sesi-sesi tipis tanpa mengubah tren menurun secara keseluruhan.
Tekanan terbesar datang dari Moving Average. Seluruh MA—dari MA5 hingga MA200—serempak memberi sinyal jual. Bitcoin berada jauh di bawah seluruh garis rerata, sinyal klasik dari pasar yang belum siap membalik arah.
MA20 dan MA50 yang tertinggal cukup jauh menandakan tren menurun ini bukan gerakan sesaat, melainkan struktur yang sudah terbentuk dalam beberapa pekan. Selama harga gagal kembali ke area pivot di sekitar Rp1,61 triliun (setara USD100.000 lebih sedikit), pemulihan teknikal masih dianggap prematur.
ATR yang berada di zona volatilitas tinggi hanya menegaskan satu hal: rentang pergerakan intraday Bitcoin saat ini sangat lebar dan penuh risiko. Sementara indikator seperti Williams %R dan CCI yang berada di area ekstrem memperlihatkan pasar sudah masuk ke fase emosional yang biasanya mendahului pembalikan jangka pendek.
Namun pembalikan itu masih membutuhkan satu hal yang belum datang—konfirmasi.
Level-level pivot menunjukkan batasan yang cukup jelas. Di atas, area resistance terdekat berada di sekitar Rp1,65 triliun hingga Rp1,71 triliun. Dua level ini menjadi benteng pertama sebelum Bitcoin bisa kembali ke struktur bullish.
Di bawah, area Rp1,55 triliun hingga Rp1,52 triliun menjadi support yang diuji berkali-kali. Penembusan di bawahnya berpotensi membuka ruang untuk tekanan tambahan, terutama jika investor besar melanjutkan aksi distribusi.
Singkatnya, struktur teknikal Bitcoin hari ini menggambarkan pasar yang tengah berada dalam jurang koreksi, dengan sentimen global menjadikan tekanan semakin dalam.
Namun di balik semua itu, narasi yang disampaikan Indodax bahwa ini adalah bagian dari dinamika pasar menuju fase yang lebih dewasa bukan tanpa dasar. Pasar kripto memang sedang menunggu satu hal: kepastian The Fed.
Sebelum itu datang, volatilitas bukan sekadar hambatan, tapi gambaran paling jujur dari pasar yang sedang mencari arah.(*)