KABARBURSA.COM - Investor bitcoin bersiap menghadapi potensi penurunan signifikan setelah mata uang kripto terbesar dunia ini gagal mencapai rekor USD100 ribu. Dilansir dari Reuters, platform perdagangan kripto mengungkapkan pergeseran strategi pasar menuju perlindungan terhadap risiko.
Pada 22 November lalu, bitcoin mencatatkan rekor tertinggi di USD99.830. Namun, sejak itu nilainya merosot lebih dari 8 persen hingga menyentuh level terendah mingguan di angka USD91.377,32.
Meskipun begitu, bitcoin telah melonjak 120 persen sepanjang tahun ini dan naik 34 persen hanya dalam bulan November. Kenaikan tersebut dipicu kemenangan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat dan kehadiran sejumlah anggota Kongres yang mendukung kripto. Selama kampanye, Trump menggaungkan janji menjadikan Amerika Serikat sebagai “pusat kripto dunia” dan menyusun cadangan nasional bitcoin.
Nick Forster, pendiri protokol opsi terdesentralisasi Derive, dalam pernyataannya pada Selasa mengungkapkan bahwa indeks call-put skew bitcoin untuk jatuh tempo 27 Desember menunjukkan penurunan signifikan sebesar 30 persen dalam 24 jam terakhir. Perubahan ini mencerminkan pergeseran sentimen pasar menuju strategi yang lebih defensif.
Call-put skew mencerminkan perbedaan volatilitas tersirat antara opsi beli (call) dan opsi jual (put). Meskipun opsi beli masih mendominasi, proporsinya telah menurun. “Ini menunjukkan para pedagang sedang melindungi diri dari potensi risiko penurunan,” ujar Forster.
Namun, ia menambahkan, koreksi seperti ini bukan hal yang asing dalam pasar bullish.
Tenggat waktu 27 Desember menjadi sorotan karena USD11,8 miliar opsi bitcoin akan kadaluarsa. Hal ini dapat memicu pergerakan besar, baik ke atas maupun ke bawah. Menurut Forster, ada kemungkinan 68 persen bitcoin akan turun 16,03 persen ke USD81.493 atau naik 19,9 persen ke USD115.579 pada tanggal tersebut.
Ada pula kemungkinan lebih kecil, sekitar 5 persen, bitcoin akan bergerak lebih ekstrem—jatuh 29,49 persen ke USD68.429 atau melonjak 41,83 persen ke USD137.645.
Data dari Derive juga menunjukkan peluang bitcoin mencapai USD100 ribu meningkat menjadi 45 persen, dari 34 persen pekan lalu. Selain itu, terdapat kemungkinan 4 persen bitcoin menembus USD 150 ribu.
Forster menambahkan, volatilitas bitcoin dalam tujuh hari terakhir relatif stabil. Tingkat volatilitas tersirat tujuh hari tercatat 63 persen, sementara untuk 30 hari berada di level 55 persen. “Keselarasan ini menunjukkan pasar sedang mengantisipasi pergerakan besar dalam waktu dekat,” katanya.
Tekanan saat ini diduga berasal dari aksi ambil untung oleh investor. Anthony Pompliano, CEO Professional Capital Management, dalam suratnya kepada klien, mengutip analisis _checkonchain.com yang menunjukkan bahwa pemegang bitcoin jangka panjang telah melepas bitcoin senilai USD 60 miliar dalam 30 hari terakhir.
Sebanyak 21 persen dari pasokan yang dilepas pemegang jangka panjang sejak titik terendah bitcoin di USD 15.479, yang terjadi saat keruntuhan FTX dua tahun lalu, terjadi pada November ini. “Ini adalah aksi ambil untung terbesar dalam siklus ini,” tulis _checkonchain.com di platform X.
Tren Melambat
Perjalanan Bitcoin menuju level psikologis USD100.000 menghadapi hambatan setelah aksi jual masif mendorong harga turun ke bawah USD93.000.
Seperti dikutip dari CoinTelegraph, Likuidasi besar-besaran menimpa pedagang margin yang mengambil posisi beli (long), dengan total likuidasi di seluruh pasar Kripto mencapai USD 337,6 juta dalam 24 jam terakhir.
Data dari volume perdagangan di berbagai bursa utama menunjukkan bahwa tekanan jual terbesar terjadi di platform yang menawarkan perdagangan kontrak berjangka (perpetual futures). Aksi jual ini tidak hanya dipicu oleh likuidasi posisi long, tetapi juga oleh aksi jual dari pemegang Bitcoin jangka panjang (LTH).
Menurut analisis Glassnode, kelompok pemegang Bitcoin jangka panjang dengan periode kepemilikan 6 hingga 12 bulan menjadi salah satu penyebab utama aksi jual ini. Mereka memanfaatkan kenaikan harga Bitcoin dari USD74.000 ke USD99.000 untuk merealisasikan keuntungan besar, dengan biaya rata-rata sekitar 71 persen lebih rendah dari harga pasar saat ini (USD57.900).
“Dengan kenaikan harga Bitcoin dari USD74.000 ke USD99.000, mereka memanfaatkan momentum ini untuk mengambil keuntungan besar,” ujar analis Glassnode.
Pasar Kripto, seperti halnya pasar keuangan lainnya, selalu bergantung pada keseimbangan antara pembeli dan penjual. Namun, aksi harga saat ini menunjukkan adanya perubahan sentimen, dari dominasi posisi beli (long) ke posisi jual (short).
Penurunan harga Bitcoin yang mendekati USD90.000 mendorong pembukaan lebih banyak posisi short, yang turut mengerek tingkat pendanaan (funding rate) Bitcoin dari 0,019 menjadi 0,04.
Data peta likuidasi menunjukkan jika harga Bitcoin terus turun di bawah USD94.000, ini dapat memicu gelombang likuidasi berikutnya hingga mencapai USD90.000. Beberapa pedagang bahkan menyatakan kesediaannya untuk membeli di kisaran harga tersebut, melihat peluang saat harga mencapai titik itu.(*)