KABARBURSA.COM - Black Friday yang terjadi selama sepekan terakhir di bulan November 2024, menunjukkan kenyataan pahit. TikTok Shop, yang merupakan platform belanja digital, beserta rekan-rekan online lainnya, menjadi raja. Sementara, toko offline tampak tak menarik lagi.
Ya, Black Friday tahun ini mencatatkan dinamika yang menarik dalam perilaku belanja konsumen di Amerika Serikat.
Menurut data Mastercard SpendingPulse dan penyedia data lainnya, belanja online menunjukkan pertumbuhan signifikan, sementara penjualan di toko fisik mengalami perlambatan. Pergeseran preferensi konsumen ke belanja digital semakin mempertegas tren e-commerce yang mendominasi musim belanja akhir tahun.
Data Mastercard menunjukkan, bahwa penjualan di toko fisik hanya tumbuh tipis sebesar 0,7 persen dibandingkan tahun lalu. Sebaliknya, belanja online melonjak 14,6 persen.
Meski angka ini belum disesuaikan dengan inflasi, tren tersebut menunjukkan bahwa konsumen lebih tertarik berburu diskon melalui perangkat digital mereka. Bahkan, data dari Facteus mencatat penurunan penjualan di toko fisik sebesar 5,4 persen, sementara belanja online meningkat 11,1 persen. Setelah mempertimbangkan inflasi, pertumbuhan belanja online turun menjadi 8,5 persen, sedangkan penurunan penjualan di toko fisik mencapai 8 persen.
Kepala ekonom di Mastercard Economics Institute Michelle Meyer, menjelaskan bahwa inflasi saat ini memang berada di atas 2 persen. Tetapi, harga barang-barang yang terkait musim liburan, seperti pakaian, peralatan olahraga, produk perawatan pribadi, dan perhiasan, cenderung stabil atau hanya meningkat secara moderat.
Hal ini mendorong konsumen untuk lebih selektif dalam membelanjakan uang mereka, dengan banyak yang menunggu diskon besar seperti di Black Friday, untuk memaksimalkan daya belinya.
Hari belanja Black Friday, yang menjadi awal resmi musim belanja liburan, semakin menunjukkan pergeseran ke belanja online.
Konsumen seperti Corey Coscioni, seorang pemburu diskon di kawasan Chicago, memanfaatkan kombinasi belanja di toko dan online untuk mendapatkan penawaran terbaik. Dengan smartphone di tangan, banyak konsumen seperti Coscioni yang tetap aktif mencari diskon meski sedang berada dalam antrean di toko fisik.
Namun, toko fisik seperti Macy's, Kohl's, dan Target menghadapi tantangan besar. Dengan hanya 26 hari antara Thanksgiving dan Natal, musim belanja tahun ini lebih pendek dibandingkan biasanya.
Data Facteus kembali menunjukkan penjualan di Best Buy dan Target pada Black Friday relatif stagnan dibandingkan tahun lalu. Sebaliknya, raksasa e-commerce seperti Amazon dan Walmart, yang telah berinvestasi besar dalam pengiriman langsung ke rumah konsumen, menunjukkan performa yang lebih baik.
Selain itu, platform e-commerce yang sedang naik daun seperti Shein, Temu milik PDD, dan TikTok Shop dari ByteDance juga mencatat pertumbuhan penjualan yang kuat selama pekan menjelang Black Friday. Platform ini tampaknya menjadi pilihan utama bagi konsumen yang mencari produk dengan harga kompetitif dan pengalaman belanja yang lebih mudah.
Hari Belanja Nasional Naik 3,4 Persen
Secara keseluruhan, belanja pada Black Friday meningkat 3,4 persen dibandingkan tahun lalu. Menurut Mastercard SpendingPulse, angka ini tidak memperhitungkan inflasi.
Sementara itu, Adobe Inc. melaporkan bahwa belanja online pada Black Friday mencapai sekitar USD10,8 miliar, naik 10,2 persen dari tahun sebelumnya. Barang-barang seperti makeup, speaker bluetooth, dan mesin espresso menjadi produk yang paling laris.
Salesforce, yang memantau kategori belanja yang berbeda, mencatat bahwa belanja online di Amerika Serikat naik 7 persen menjadi USD17,5 miliar. Perusahaan ini mencatat peningkatan pembelian peralatan rumah tangga dan furnitur melalui platform digital.
Melihat pola belanja ini, jelas bahwa e-commerce terus menjadi pemenang dalam dinamika belanja modern. Dengan fleksibilitas, kenyamanan, dan pilihan yang beragam, belanja online semakin menjadi pilihan utama bagi konsumen Amerika Serikat, bahkan di momen belanja besar seperti Black Friday.
Di sisi lain, toko fisik harus terus berinovasi untuk tetap relevan di tengah dominasi digital yang kian kuat.
Di Indonesia sendiri, pesona platform digital sungguh luar biasa. CEO Indosat Ooredoo Hutchison,Vikram Sinha mengungkapkan bahwa jumlah akun TikTok di Indonesia saat ini lebih banyak dibandingkan dengan jumlah pemilik rekening bank.
"Saya ingin memberikan fakta, hari ini ada lebih banyak akun TikTok di negara ini daripada akun (rekening) bank,” kata Vikram dalam acara Indonesia AI Day 2024 di Jakarta, Kamis, 14 November 2024.
Ekspansi ke Makanan dan Minuman
TikTok, melalui platform Shop Tokopedia (dulu dikenal sebagai TikTok Shop), sedang melakukan uji coba layanan inovatif yang memungkinkan pengguna untuk memesan makanan dan minuman langsung dari aplikasi.
Aditia Grasio Nelwan, Head of Communications E-commerce Tokopedia and Shop Tokopedia, menjelaskan bahwa langkah ini merupakan bagian dari sinergi strategis antara Tokopedia dan TikTok.
“Iya lagi uji coba istilahnya. Tapi sebenarnya kalau kita melihat itu masih dalam uji coba. Tidak ada yang baru juga sih karena di Tokopedia juga ada hal-hal yang sama. Ini bagian dari sinergi kita juga antara Shop (Shop Tokopedia) dan Tokopedia,” ujarnya, Jumat 19 Juli 2024.
Layanan baru ini menawarkan skema di mana konsumen dapat menggunakan kupon atau voucer yang tersedia di aplikasi Shop Tokopedia. Konsumen yang memilih layanan ini akan diarahkan ke aplikasi pendukung lainnya, di mana transaksi pembayaran akan dilakukan.
“Kalau lihat di aplikasi, itu sebenarnya transaksinya juga bukan di kita. Misalnya ada yang mau mencoba experience, di usernya TikTok itu kan ada linknya, nanti linknya mencoba akan lari ke apps yang di taruh di portal experience,” jelasnya.
Secara khusus, layanan pesan makanan dan minuman ini juga mendukung pemesanan untuk makan di tempat (dine in).
“Sekarang mungkin lagi voucher untuk dine in, ada salah satu tempat kopi itu untuk dine in dan tetap transaksi tidak ada di kita, pastinya akan lari ke apps lain,” tambahnya.
Selain layanan makanan dan minuman, Aditia juga mengungkapkan kemungkinan pengembangan fitur pemesanan tiket pesawat dan hotel di TikTok.
“Saya belum bisa memberikan detailnya saat ini. Tapi nanti begitu ada, akan diumumkan rencananya, itu banyak sih. Namanya bisnis, tapi kalau kita di Tokped produk digital udah cukup maju dan kita lagi coba kalau di Shop Tokopedia seperti apa. Karena again, journeynya beda ya antara pengguna Tokped dan Shop Tokopedia, jadi kita masih coba lihat-lihat seperti apa peluangnya,” tutupnya.
Namun, hal yang perlu dicatat, TikTok harus memastikan privasi dan keamanan data pengguna dengan baik, terutama terkait dengan informasi pembayaran dan data pribadi. Kegagalan dalam melindungi data pengguna dapat merusak kepercayaan pengguna dan berdampak negatif pada reputasi TikTok Food.
TikTok perlu memahami budaya dan regulasi di Indonesia yang terkait dengan layanan pesan antar makanan. Ketidakpatuhan terhadap regulasi dapat menimbulkan masalah hukum dan menghambat operasional TikTok Food.(*)