KABARBURSA.COM-Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan bahwa hingga kini belum ada investor yang sungguh-sungguh tertarik untuk mengambil alih posisi perusahaan minyak dan gas bumi (migas) dari Rusia, Zarubezhneft, di Blok Tuna, Kepulauan Natuna.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji, menyatakan bahwa meskipun data room sudah dibuka, belum ada penawaran yang serius untuk menggantikan peran perusahaan Rusia tersebut dalam eksplorasi Blok Tuna bersama Harbour Energy. "Meskipun ada minat dari beberapa perusahaan yang membuka data room untuk Blok Tuna, hingga saat ini belum ada yang menunjukkan keseriusan untuk menandatangani kontrak atau berkomitmen pada tahap komersialisasi," katanya Senin 14 Februari 2024.
Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, mengonfirmasi bahwa saat ini proses pembukaan data room Blok Tuna sedang berlangsung, dengan 14 perusahaan menunjukkan minat untuk menggantikan peran Zarubezhneft.
Menurut Dwi, perusahaan-perusahaan yang tertarik berasal dari luar negeri dan mereka diberi waktu hingga Maret 2024 untuk menunjukkan keseriusan mereka.
Wakil Kepala SKK Migas, Nanang Abdul Manaf, menyatakan bahwa proses pencarian operator pengganti Zarubezhneft di Blok Tuna masih berlangsung, sambil berharap agar proses divestasi tersebut selesai dalam tahun ini.
Blok Tuna, yang dioperasikan oleh Harbour Energy melalui Premier Oil Tuna B.V., terkena dampak sanksi dari Uni Eropa dan Inggris karena partner mereka, Zarubezhneft, berasal dari Rusia. Oleh karena itu, Zarubezhneft memutuskan untuk menarik diri dari proyek tersebut.