KABARBURSA.COM - PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC) melayani bongkar muat kendaraan sebanyak 238.819 unit sampai dengan Februari 2025, atau meningkat 23.916 unit atau 11,12 persen (yoy) dari sebelumnya 127.045 unit.
Bagus Dwipoyono, Direktur Operasi dan Teknik IPCC menjelaskan jika dibandingkan dengan Januari 2025, meningkat 15.271 unit atau 13,6 persen. Selain kinerja cargo, jumlah kunjungan kapal yang berkunjung ke dermaga-dermaga yang dikelola IPCC meningkat 17,7 persen atau 79 kunjungan lebih banyak secara yoy atau secara total 526 Call hingga bulan Februari 2025.
"Pencapaian yang lebih baik dari tahun lalu dipengaruhi oleh meningkatnya jumlah impor kendaraan utamanya pada CBU berbasis BEV (Battery Electric Vehicle) sejumlah 6.778 unit dengan dominasi pabrikan asia (BYD, Vinfast, AION dan berbagai brand lainnya) dan peningkatan jumlah ekspor sejumlah brand otomotif yang memiliki basis lini produksi di Indonesia," kata Bagus dalam keterangannya.
Kinerja positif berhasil dicatatkan perseroan terhadap penanganan cargo CBU sampai dengan bulan Februari 2025 sebesar 133.585 unit meningkat 11.795 unit atau 9,6 secara yoy.
Peningkatan tersebut didominasi oleh ekspor kendaraan yang diproduksi dalam negeri untuk memenuhi permintaan pasar internasional dengan jumlah ekspor hingga bulan Februari sejumlah 49.954 unit atau 4,19 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Mengutip data Gaikindo pada laporan produksi hingga Februari 2025 tercatat produksi CBU 165.166 unit. Performansi cargo alat berat tumbuh 712 unit atau meningkat 16,2 persen yoy dimana hingga Februari 2025 berhasil menangani 33.710 unit.
Adapun peningkatan cargo alat berat terjadi baik untuk cargo ekpor maupun impor yang didominasi oleh 5 Brand ternama Hitachi, Caterpillar, Sumitomo, Hyundai dan Komatsu.
Sementara itu Endah Dwi Liesly, Sekretaris Perusahaan IPCC menambahkan dengan melihat kinerja operasional perusahaan sampai dengan bulan Februari 2025, manajemen yakin kinerja IPCC sepanjang tahun 2025 akan lebih baik.
Dengan berbagai inisiatif strategis seperti implementasi PTOS -C pada terminal internasional dan beberapa terminal satelit akan memperkuat kinerja operasional. "Kami juga melakukan commercial enhancement melalui perluasan layanan inti kepada carmaker yang belum bekerja sama langsung dengan IPCC serta optimalisasi penggunaan teknologi informasi berbasis digital," kata Endah.
Kinerja Keuangan IPCC
Sebelumnya diberitakan, Indonesia Kendaraan Terminal mencatat laba bersih sebesar Rp212,22 miliar sepanjang 2024, meningkat 11,19 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp190,85 miliar.
Direktur Keuangan IPCC, Wing Megantoro, mengungkapkan bahwa pencapaian ini bukan hanya mencerminkan pertumbuhan laba, tetapi juga menjadi rekor tertinggi sepanjang sejarah perusahaan, pertama kalinya menembus angka Rp200 miliar.
"Keberhasilan ini didorong oleh transformasi aspek komersial dan operasional, serta standarisasi dan digitalisasi di berbagai lini pendukung perusahaan," ujar Wing.
Secara lebih rinci, kenaikan laba bersih ini sejalan dengan peningkatan pendapatan sebesar 12,16 persen, dari Rp735,2 miliar menjadi Rp824,60 miliar.
Kontribusi terbesar berasal dari Tanjung Priok, yang menyumbang 91,09 persen atau Rp757,77 miliar dari total pendapatan. Sementara itu, Terminal Satelit IPCC di berbagai wilayah, seperti Belawan, Pontianak, Balikpapan, Makassar, dan Banjarmasin (yang mulai beroperasi pada 1 Oktober 2024), menyumbangkan 8,76 persen atau sekitar Rp66,34 miliar.
Dari segi jenis kargo, pendapatan terbesar berasal dari CBU, yang mencapai Rp613,61 miliar atau 74,79 persen dari total pendapatan. Sementara itu, pendapatan dari alat berat dan bus/truk masing-masing mencapai Rp80,45 miliar (9,76 persen) dan Rp90,10 miliar (10,93 persen).
Total aset IPCC juga mengalami peningkatan sebesar 3,49 persen, dari Rp1,78 triliun pada 2023 menjadi Rp1,85 triliun pada akhir 2024. Kenaikan ini terutama dipicu oleh peningkatan Kas dan Setara Kas yang mencapai Rp810 miliar, atau naik 20,92 persen.
"IPCC terus berupaya menciptakan nilai tambah dalam setiap layanan, terutama dalam aspek keuangan, dengan menerapkan efisiensi biaya yang tidak berkaitan langsung dengan pendapatan. Selain itu, perusahaan juga mengadopsi sistem pembayaran digital terintegrasi seperti PRAYA, yang memungkinkan pelanggan memantau tagihan layanan secara real-time, mengurangi interaksi tatap muka, serta mempercepat rata-rata periode penagihan (ACP) perusahaan," jelas Wing.
Dalam upayanya menjadi terminal kendaraan pilihan utama pelanggan, IPCC menerapkan Standar Nasional Indonesia sebagai dasar operasional. Pada 2024, upaya ini diakui dengan penghargaan kategori perunggu dari Badan Standarisasi Nasional (BSN).
Selain itu, untuk memastikan strategi bisnis dijalankan sesuai dengan prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik (GCG), IPCC juga menerapkan manajemen risiko yang kuat. Keberhasilan ini membawa IPCC meraih penghargaan bergengsi tingkat ASEAN, yaitu Runner-Up ASEAN Risk Champion Kategori 1 dalam ajang ASEAN Risk Award 2024 yang diselenggarakan di Bangkok, Thailand. (*)
Bongkar Muat IPCC Naik 11 Persen usai Melaba Rp212 Miliar
Angka ini meningkat 23.916 unit atau 11,12 persen (yoy) dari sebelumnya 127.045 unit
