KABARBURSA.COM - PT Campina Ice Cream Industry Tbk (CAMP) melaporkan perubahan signifikan dalam struktur kepemilikan sahamnya, setelah Sabana Prawirawidjaja, pemegang saham mayoritas dan pengendali, meningkatkan kepemilikannya menjadi 83,94 persen. Perubahan ini terungkap melalui keterbukaan informasi yang dirilis oleh perseroan pada Kamis, 23 Januari 2025.
Menurut dokumen tersebut, Sabana Prawirawidjaja, yang juga menjabat sebagai Presiden Direktur PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (ULTJ), sebelumnya menguasai 43,94 persen saham CAMP, atau setara dengan 2,59 miliar lembar saham.
Sagita Melati, Sekretaris Perusahaan CAMP, dalam keterangannya menyampaikan, pada transaksi yang berlangsung pada 27 Desember 2024, Sabana membeli 2,35 miliar lembar saham tambahan dengan harga Rp230 per saham. Nilai total transaksi ini mencapai Rp541,42 miliar.
Dengan pembelian tersebut, jumlah total saham yang dimiliki Sabana meningkat menjadi 4,94 miliar lembar saham, yang merepresentasikan 83,94 persen dari keseluruhan saham perseroan. “Transaksi ini dilakukan untuk tujuan pengembangan bisnis,” jelas Sagita.
Campina telah menjadi salah satu pemain utama dalam industri es krim Indonesia. Namun, peningkatan kepemilikan saham oleh Sabana terjadi di tengah penurunan performa keuangan CAMP. Pada kuartal III 2024, laba bersih perusahaan turun signifikan sebesar 47,3 persen menjadi Rp59,1 miliar, dibandingkan Rp112,2 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan ini turut diiringi oleh penurunan pendapatan bersih sebesar 6,9 persen, dari Rp872,9 miliar pada kuartal III 2023 menjadi Rp851,2 miliar pada kuartal III 2024.
Meskipun demikian, perseroan berhasil menekan Beban Pokok Penjualan (COGS) menjadi 40,97 persen dari total penjualan, dibandingkan 41,59 persen pada kuartal sebelumnya. Upaya efisiensi ini dilakukan pada beberapa komponen, seperti bahan baku dan tenaga kerja langsung. Namun, beban operasional tetap meningkat menjadi Rp289,6 miliar, dengan alokasi terbesar pada promosi (8,28 persen) dan biaya angkutan (7,45 persen).
Sementara itu, Sabana juga memiliki peran strategis di Ultrajaya Milk Industry & Trading Company, perusahaan yang bergerak di sektor makanan dan minuman. Portofolio produk ULTJ mencakup merek-merek terkenal seperti Ultra Milk, Teh Kotak, dan Sari Kacang Hijau, yang memperkuat posisi perusahaan di pasar domestik dan regional.
Dengan status Sabana sebagai pemegang saham pengendali utama, manajemen CAMP memiliki peluang untuk memanfaatkan sinergi dengan ULTJ guna memperluas jaringan distribusi dan menciptakan inovasi produk baru. Namun, efektivitas langkah-langkah ini masih harus dibuktikan di tengah persaingan ketat di industri es krim dan tantangan ekonomi yang terus berkembang.
Adapun dengan valuasi saham yang tinggi dan tekanan finansial yang ada, langkah Sabana dalam mengambil kendali penuh di CAMP menjadi momen krusial yang akan menentukan arah masa depan perusahaan.
CAMP Andalkan Strategi ini Hadapi 2025
Sebelumnya diberitakan Kabarbursa.com, Samudera menjelaskan langkah perusahaan terkait rencana ekspansi menjelang akhir 2024 dan tahun mendatang, yakni 2025.
Salah satu langkah penting adalah pembelian tanah di sebelah pabrik Rungkut yang memberikan peluang ekspansi lebih lanjut. Namun, perusahaan saat ini tengah melakukan evaluasi ulang terhadap strategi tersebut, mengingat kondisi ekonomi global yang tidak menentu dan pasar domestik yang sedang menurun. Evaluasi ini bertujuan untuk memastikan langkah-langkah yang diambil tetap relevan dengan dinamika pasar.
“Kami berharap tanggapan ini dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai situasi dan rencana kami ke depan. Terima kasih atas perhatian dan dukungan yang diberikan,” ujar Samudera, dalam paparan publik seperti dikutip Jumat, 27 Desember 2024.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Pemasaran & Penjualan CAMP, Adji Anjono Purwo, mengakui bahwa pertumbuhan tahun 2024 relatif datar, dengan sedikit peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya.
Meski demikian, ia optimistis terhadap prospek pertumbuhan pada 2025. Untuk mencapainya, perusahaan akan meluncurkan produk-produk baru yang lebih terjangkau, menyesuaikan dengan daya beli masyarakat yang terdampak oleh berbagai faktor, termasuk Pajak Pertambahan Nilai atau PPN.
“Kami beradaptasi dengan situasi ekonomi saat ini dengan menghadirkan inovasi produk baru yang dapat menjangkau daya beli masyarakat. Dengan strategi ini, kami yakin perusahaan akan lebih siap menghadapi tantangan pasar di tahun 2025,” ujar Adji.
Melihat ke depan, industri es krim diproyeksikan akan terus berkembang. Samudera mengungkapkan keyakinannya bahwa peningkatan permintaan konsumen terhadap produk es krim berkualitas dan inovatif akan menjadi motor penggerak pertumbuhan. Dengan strategi yang tepat dan pemahaman yang mendalam tentang tren pasar, Campina optimis dapat memanfaatkan peluang ini untuk mempertahankan posisinya sebagai pemimpin pasar.
“Kami berkomitmen untuk terus berinovasi dan beradaptasi dengan tren pasar, sehingga Campina dapat tetap menjadi pemimpin di industri es krim. Terima kasih atas perhatian dan dukungan yang diberikan,” tutup Samudera.
Jadi, dapat ditarik sebuah simpulan bahwa Campina Ice Cream Industry menunjukkan kesiapan untuk menghadapi tantangan ekonomi dengan strategi ekspansi yang hati-hati dan fokus pada inovasi produk. Dengan proyeksi pertumbuhan positif untuk tahun 2025, perusahaan ini optimis dapat terus memperkuat posisinya di industri es krim melalui pendekatan adaptif dan inovatif. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.