KABARBURSA.COM - PT Barito Renewables Energy Tbk dengan kode saham BREN, akhirnya angkat bicara terkait dikeluarkanya perusahaan dari indeks FTSE lantaran isu penguasaan kepemilikan saham hanya pada segelintir pihak. Lewat surat tanggapan tertanggal 22 September 2024 dan ditandatangani oleh Direktur and Corporate Secretary BREN Merly, begini jawabannya:
Perusahaan menjelaskan, sampai saat ini tidak ada perubahan signifikan terhadap kepemilikan saham oleh empat pemegang saham sebagaimana telah disampaikan secara resmi kepada Bursa dan OJK pada proses penerbitan saham perdana (IPO) di 2023 lalu.
Kala itu kepemilikan saham oleh empat pemegang saham tersebut adalah sebagaimana yang telah diungkapkan di dalam Pernyataan Pendaftaran, Prospektus, dan dokumenlainnya untuk keperluan IPO. Setelah itu sampai dengan 19 September kemarin, terdapat perubahan yang disediakan untuk emiten oleh Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) sebagaimana berikut ini:
- PT Barito Pacific Tbk: 64,666 persen (saat IPO) menjadi 64,666 persen (per 19 September 2024)
- Green Era Energy Pte Ltd: 23,603 persen (saat IPO) menjadi 23,603 persen (per 19 September 2024)
- Jupiter Tiger Holdings: 4,365 persen (saat IPO) menjadi 3,942 persen (per 19 September 2024)
- Prime Hill Funds: 4,365 persen (saat IPO) menjadi 3,761 persen (per 19 September 2024)
Ada sedikit perubahan kepemilikan saham dari awal IPO hingga 19 September kemarin, yaitu dari 97,000 persen menjadi 95,971 persen.
"Perseroan telah memberikan informasi lengkap mengenai status pengendalian dan afiliasi dari semua pihak yang tercatat sebagai pemegang saham. Kami tidak menambahkan informasi baru, karena semua sudah sesuai dengan ketentuan dan aturan yang berlaku, serta terungkap dalamlaporan yang relevan," bunyi surat pernyataan tersebut, yang diterima Kabarbursa.com pada Senin, 23 September 2024.
Untuk itu, perseroan melihat bahwa jumlah saham telah memenuhi persyaratan free float berdasarkan ketentuan Bursa, yaitu 15.694.413.334 lembar atau 11,73 persen (berdasarkan prospektus IPO).
Selanjutnya, terkait FTSE yang mengeluarkan BREN dari daftar sahamnya, direksi menyampaikan bahwa FTSE Russell (FTSE) merupakan lembaga independen yang memiliki kriteria, persyaratan dan aturan yang diterapkan sebelum memutuskan masuk atau keluarnya suatu saham dari indeks tersebut.
Dalam hal ini, perseroan bersifat pasif dan tidak memiliki kewenangan apapun yang dapat mempengaruhi keputusan yang diterbitkan FTSE. Hanya saja, perseroan kembali menegaskan bahwa sejak 23 Agustus 2024 (berdasarkan pengumuman FTSE Global Equity Indeks Series, Asia Pacific Ex Japan Ex Shina September 2024 Semi-Annual Review oleh FTSE) hingga 19 September 2024, tidak terjadi perubahan signifikan terhadap kepemilikanempat pemegang saham tersebut.
"Seluruh informasi kepemilikan saham tersebut telah dilaporkan dan diungkapkan sesuai ketentuan yang berlaku," lanjut pernyataan tersebut.
Selanjutnya, terkait informasi atau kejadian penting lainnya yang material dan dapat mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan, serta dapat mempengaruhi harga saham perusahaan, telah disampaikan sesuai ketentuan yang berlaku. Di antaranya:
- April 2024: PT Barito Wind Energy, anak perusahaan Barito Renewables, telah menyelesaikan akuisisi 99,99 persen saham di PT UPC Sidrap Bayu Energy dari UPC Renewables Asia Pacific Holdings Pte Ltd, UPC Renewables Asia III Limited, Sidrap (HK) Limited,dan Sunedison Sidrap BV. Ini menandai ekspansi Barito Renewables ke sektor energi angin, melengkapi sektor geothermal, yang mengantarkan komitmen perusahaan pada energi berkelanjutan di Indonesia.
- 27 Agustus 2024: ACEN, perusahaan energi yang terdaftar dari grup Ayala, dan Barito Renewables mengumumkan kemitraan transformatif yang dirancang untuk mempercepat pengembangan proyek energi angin terbarukan di Indonesia. Kemitraan strategis ini akan dilaksanakan melalui anak perusahaan ACEN, yaitu ACEN Indonesia Investment Holdings Pte Ltd dan PT Barito Wind Energy.
- 18 September 2024: Star Energy Geothermal, anak perusahaan Barito Renewables, meningkatkan kapasitas terpasanya, yang diumumkan melalui pemenang tender terpilih di International Geothermal Conferenceand Exhibition 2024 (HGCE), di mana Star Energy Geothermal sebagai tuan rumah.
Adapun inisiatif yang dilakukan dari aktivitas 18 September 2024 tersebut adalah:
- Penambahan pembangkit baru/ekspansi: Ekspansi Salak Unit 7 (penambahan 40 MW) dengan mitra JO T Timas Suplindo dan PT Rekayasa Industri. Kemudian, Ekspansi Wayang Windu Unit 3 (penambahan 30 MW) dengan mitra PT Inti Karya Persada.
- Peningkatan Kapasitas di Unit yang Ada: Retrofit Wayang Windu Unit 1 dan 2 (peningkatan 18,4 MW) dengan mitra Konsorsium Fuji Electric Co Ltd (lead firm) dan PT Wasa Mitra Engineering Retrofit. Lalu, Retrofit Salak Unit 4, 5, dan 6 (peningkatan 7,2 MW) dengan mitra PT Fuji Electric Indonesia Proyek Retrofit Salak. Dan, Retrofit Darajat Unit 3 (peningkatan 7 MW) dengan mitra PT Mitsubishi Power Indonesia.
- Kolaborasi Layanan Laboratorium dengan mitra PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. Kemitraan ini berfokus pada pengambilan sampel dan analisis fluida geothermal untuk lebih meningkatkan efisiensi operasional dan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik.
Dengan surat klarifikasi ini, BREN menegaskan bahwa apa yang disampaikan dalam keterbukaan informasi sejak IPO hingga 19 September 2024 tidak mengalami perubahan yang signifikan.
FTSE sebagai lembaga independen memiliki hak penuh terhadap saham apa saja yang berhak masuk dan keluar indeks, sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.