Logo
>

BUKA Perkuat Pilar Bisnis: Bmoney Catat AUM Rp2 Triliun

Ditulis oleh Pramirvan Datu
BUKA Perkuat Pilar Bisnis: Bmoney Catat AUM Rp2 Triliun

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - PT Bukalapak Tbk (BUKA) semakin mengukuhkan pijakan bisnisnya melalui penguatan platform investasi digital Bmoney. Langkah ini menjadi strategi utama perseroan untuk mendorong pertumbuhan kinerja jangka panjang.

    Direktur Utama Bukalapak, Willix Halim, menegaskan bahwa investasi digital merupakan pilar fundamental dalam memperluas inklusi keuangan di Indonesia. Dengan inovasi yang berkelanjutan, Bukalapak berkomitmen menjadikan Bmoney sebagai platform investasi yang semakin relevan bagi masyarakat.

    "Kami akan terus mendukung pengembangan Bmoney agar semakin inovatif dan memberikan manfaat optimal bagi investor," ujar Willix dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa.

    Hingga saat ini, dana kelolaan atau Asset Under Management (AUM) Bmoney telah menembus Rp2 triliun dengan lebih dari 700.000 investor aktif.

    CEO Bmoney, Angganata Sebastian, menyebutkan bahwa pencapaian tersebut tidak lepas dari kerja sama strategis dengan sejumlah mitra, termasuk PT Ashmore Asset Management Indonesia Tbk (AMOR), PT CGS International Sekuritas Indonesia, serta Treasury.

    "Dengan dukungan ekosistem yang solid, kami memastikan portofolio investasi pengguna tetap aman dan stabil," ungkap Angganata.

    Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa dalam tiga tahun terakhir, pertumbuhan AUM Bmoney telah melonjak lebih dari 20 kali lipat, memperkuat posisi platform ini sebagai salah satu pilar bisnis utama Bukalapak.

    Untuk mencapai profitabilitas yang berkelanjutan pada 2025, Bmoney telah menyiapkan tiga inisiatif strategis, yakni integrasi produk investasi, ekspansi ke wilayah baru, serta pengembangan segmen pasar.

    Pengelolaan Keuangan Perusahaan

    Direktur PT Bukalapak.com Tbk atau dalam kode saham BUKA, Victor Putra Lesmana, memaparkan alokasi penggunaan dana hasil penawaran umum perdana (IPO) serta rencana pengelolaan keuangan perusahannya ke depan.

    “Dana IPO telah kami alokasikan terutama untuk modal kerja di Bukalapak dan berbagai entitas anak kami. Ke depannya, sisa dana IPO juga akan digunakan untuk pembelian aset strategis dan investasi jangka panjang,” kata Victor dalam public expose secara daring dikutip di Jakarta, Jumat 17 Januari 2025.

    Victor menjelaskan bahwa hingga saat ini, dana hasil IPO telah digunakan secara signifikan untuk mendukung modal kerja perseroan dan entitas anak. Selain itu, BUKA juga sedang mempersiapkan aksi korporasi tambahan di masa mendatang, termasuk potensi akuisisi di sektor-sektor strategis. “Kami tidak menutup kemungkinan adanya akuisisi, terutama jika terdapat peluang di sektor yang memiliki potensi positif untuk pertumbuhan saham kami ke depannya,” ujarnya.

    Namun, perusahaan tidak akan melepas prinsip kehati-hatian, mengingat kondisi industri yang tengah menghadapi tantangan besar baik di tingkat nasional maupun global. Menurut dia, Bukalapak tidak menggunakan dana IPO dalam bisnis atau investasi yang memiliki risiko tinggi terhadap nilai perusahaan.

    Berdasarkan data laporan Bukalapak, laporan realisasi penggunaan dana hasil IPO untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2024. Sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) No. 30/POJK.04/2015. Hingga akhir tahun 2024, Bukalapak telah merealisasikan penggunaan dana IPO sebesar Rp11,99 triliun, atau sekitar 56 persen dari total dana yang dihimpun.

    Sebagian besar dana dialokasikan untuk modal kerja perseroan induk, dengan total penggunaan mencapai Rp8,53 triliun, atau sekitar 80,92 persen dari anggaran yang dialokasikan. Sementara itu, modal kerja entitas anak perusahaan juga menjadi fokus utama, meliputi beberapa entitas strategis seperti PT Buka Mitra Indonesia, PT Buka Usaha Indonesia, PT Buka Investasi Bersama, PT Buka Pengadaan Indonesia, Bukalapak Pte. Ltd dan PT Five Jack.

    Perseroan juga menggunakan dana hasil IPO dengan tujuan mendukung pertumbuhan bisnis dan pengembangan usaha yang berkelanjutan. Dari total dana sebesar Rp21,32 triliun, sekitar Rp9,95 triliun atau 39,12 persen akan dialokasikan untuk berbagai kebutuhan strategis, termasuk ekspansi usaha melalui pembelian saham atau aset strategis, penyertaan saham dalam perjanjian joint venture, serta metode transaksi lain yang relevan. Dana tersebut juga akan digunakan untuk melunasi fasilitas pinjaman yang sebelumnya dimanfaatkan untuk mendukung ekspansi bisnis.

    Catatan Kerugian Bersih

    Dilansir dari laporan keuangan Stockbit pada Jumat, 17 Januari 2025 saham BUKA mengalami penurunan signifikan dalam kinerja keuangan dan harga sahamnya dalam setahun terakhir. perusahaan mencatatkan kerugian bersih sebesar Rp1,186 triliun pada periode 12 bulan terakhir (TTM), dengan pendapatan sebesar Rp4,499 triliun.

    Kendati demikian, perusahaan ini mencatatkan pendapatan yang cukup besar, margin keuntungan bersih perusahaan tercatat sangat negatif, yakni mencapai minus 9,00 persen untuk margin laba operasi dan minus 4,63 persen untuk return on assets (ROA).

    Pada sisi likuiditas, perusahaan memiliki rasio lancar yang sangat tinggi, mencapai 25,32, yang mengindikasikan posisi likuiditas yang sangat sehat. Hal ini didukung oleh kas yang sangat besar, yaitu Rp11,36 triliun, dengan total aset sebesar Rp25,65 triliun dan total liabilitas yang relatif kecil, yakni Rp848 miliar. Dalam hal solvabilitas, perusahaan menunjukkan pengelolaan utang yang baik, dengan net debt yang tercatat sebagai kas bersih, yaitu minus Rp11,36 triliun, menandakan tidak adanya beban utang jangka panjang.

    Namun, perusahaan juga mengalami penurunan dalam sejumlah metrik kinerja lainnya, termasuk penurunan 14,75 persen pada pendapatan tahunan dibandingkan tahun lalu, serta penurunan tajam sebesar 53,09 persen pada laba kotor untuk kuartal ini. Meskipun demikian, laba bersih untuk kuartal ini mencatatkan pertumbuhan signifikan sebesar 139,94 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan adanya pemulihan pada beberapa aspek operasional meskipun ada tantangan yang dihadapi.

    Berdasarkan rasio valuasi, harga saham BUKA saat ini menunjukkan ketidakseimbangan, dengan rasio price to earnings (PE) yang negatif, baik secara tahunan maupun TTM. Rasio PE saat ini berada di angka minus 15,54 dan minus 10,43 TTM,mencerminkan kerugian per saham yang signifikan.

    Sementara itu, rasio price to sales (P/S) sebesar 2,75 dan price to book value (P/B) sebesar 0,50 memberikan gambaran bahwa saham BUKA diperdagangkan dengan valuasi yang relatif rendah. Namun, rasio price to cashflow (P/CF) yang sangat tinggi, yakni 47,66, mencerminkan ketergantungan tinggi terhadap arus kas operasional dalam mendukung valuasi saham.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Pramirvan Datu

    Pram panggilan akrabnya, jurnalis sudah terverifikasi dewan pers. Mengawali karirnya sejak tahun 2012 silam. Berkecimpung pewarta keuangan, perbankan, ekonomi makro dan mikro serta pasar modal.